Ghost Of You

67 14 40
                                        

"Halo, sayang? Kau sudah ada di perjalanan pulang, 'kan?"

Menenteng masuk dua kantong belanja di tangan, wanita berambut pirang itu menutup pintu apartemen di belakangnya menggunakan kaki, telepon genggamnya terapit di bahu.

"I'm so sorry, Love," suaminya di seberang panggilan menjawab. "Sepertinya aku akan pulang terlambat malam ini. Ada masalah di tempat kerja."

Wanita itu meletakkan kantong belanja di atas konter dapur. Sebuah kentang dari dalam kantong itu terguling keluar, namun ia dengan cekatan menangkapnya sebelum kentang tersebut menggelinding jatuh ke lantai.

Clarisse, si wanita berambut pirang, mengembuskan napas dan mengambil alih ponsel yang sebelumnya terapit di bahu. "Tapi kau akan pulang malam ini, 'kan?" balasnya. "Hari ini anniversary ke-3 pernikahan kita, dan aku berniat membuatkanmu sesuatu yang lezat untuk merayakannya."

"Tentu saja aku akan pulang, Sayang. Tunggu aku, oke? Segera setelah masalah ini selesai, aku akan langsung pulang." Seseorang di seberang panggilan menginterupsi, mengalihkan perhatian pria itu sejenak. "Aku sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan lezatmu," imbuh suaminya.

Mendengar hal tersebut, Clarisse tersenyum sipu. Mulut pria itu terlalu manis. "Baiklah kalau begitu. Aku akan menunggumu di rumah," balas Clarisse.

"Aku harus mematikan ponselku, baterai ponselku tersisa 20%, jadi aku harus mematikannya agar tak kehabisan baterai untuk mengabarimu nanti," jelas Liam, suaminya. "Sampai bertemu nanti, Sayang. I love you!"

"I love you too," balas Clarisse. Dengan sebelah tangan diletakkan di pinggang, ia mengingatkan, "Hati-hati di jalan! Mengerti? Tidak perlu mengebut, aku akan menunggumu di rumah."

Terdengar kekehan ringan dari seberang panggilan. "I got it, Love. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan pulang ke rumah."

ㅤㅤ
Clarisse mematut pakaian yang ia pilih di depan cermin. Setelah menelepon Liam, wanita itu memutuskan untuk pergi mandi dan mengenakan gaun yang ia beli beberapa hari lalu. Dirinya tak segera merias wajah, melainkan menata rambut terlebih dahulu.

Ia berpikir, bahwa dia bisa bersiap-siap lebih dulu, kemudian pergi memasak, sebelum merias wajahnya. Dengan begitu, makanan yang ia siapkan akan masih tetap hangat ketika Liam datang, dan riasan wajahnya tak akan tercoreng karena keringat.

Satu setengah jam setelah makanan yang ia siapkan telah matang, Clarisse kembali ke kamar untuk berdandan. Sesekali, ia akan mengecek ponsel demi memastikan ia tak kelewatan lupa membalas pesan dari Liam.

Namun tak ada notifikasi dari Liam di sana.

Sejenak, Clarisse mempertimbangkan untuk menelepon pria itu dan bertanya apakah ia sudah dalam perjalanan pulang. Suara guntur yang tiba-tiba bergemuruh membuatnya cemas. Karena pagi hari tadi, ia melihat pembawa berita memberi perkiraan, bahwa malam ini akan hujan lebat, dan kemungkinan akan terjadi badai.

Clarisse menggelengkan kepala, mengenyahkan pemikiran buruk yang terlintas di kepala. "Aku akan mengirim pesan nanti," ia bergumam rendah, berharap itu bisa menenangkan kecemasannya yang berlebih.

Satu jam menunggu, masih belum ada kabar dari suaminya. Clarisse termangu menatap ke luar jendela apartemen. Rintik hujan yang turun dengan lebat menampar kaca itu. Sesekali, petir akan bergemuruh di sela derasnya hujan yang turun membasahi bumi.

Menekan tombol untuk memeriksa ponselnya, Clarisse lagi-lagi harus mendesah kecewa karena belum mendapat kabar dari Liam. Pandangannya memburam seraya wanita itu melamun, maniknya secara tanpa sadar melayang ke arah jendela.

Aku harap dia baik-baik saja....

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan yang berasal dari pintu depan mengalihkan perhatian Clarisse. Wanita itu segera bangkit dari duduknya, harap-harap cemas, berdoa dalam hati bahwa yang tengah berdiri di balik pintu itu adalah pria yang ia nanti-nanti kedatangannya.

OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang