🏳️‍🌈 Enemies, Became Lovers (3)

65 29 0
                                    

Indy mengernyit. Lagi-lagi Aaron dan Sadie bersama. Apa yang harus dia lakukan agar Sadie berhenti mengikuti ke mana pun Aaron pergi? Indy benci melihat mereka bersama.

Dia membanting pintu lokernya dan memperhatikan keduanya dari jauh. Aaron tengah bersandar di pintu lokernya, Sadie berdiri di hadapannya, tersenyum. Keduanya terlihat sedang asyik bercanda. Sadie mengatakan sesuatu, dan Aaron tersenyum. Tersenyum!

Dia tak pernah melihat Aaron tersenyum pada orang lain selain Indy. Pemuda itu hampir tak dapat menahan kekesalannya. Rasanya seperti dia ingin memukul sesuatu.

Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi Sadie terlihat semakin dekat dengan Aaron. Laki-laki itu tidak mengatakan dengan jelas apakah dia hanya menyukai laki-laki, atau dia masih memiliki ketertarikan mengencani seorang perempuan. Tapi Indy ingat Darren berkata Aaron pernah berkencan dengan seorang perempuan.

Apa Aaron memberi Sadie kesempatan? Apa laki-laki itu ternyata memang menyukai Sadie?

Indy mengambil satu langkah mendekati mereka, lalu menghentikan diri. Kenapa dia harus peduli jika Aaron memutuskan untuk kembali menyukai perempuan? Kenapa dia harus repot menjauhkan Aaron dari perempuan yang kini tak lagi terasa menyebalkan untuk pemuda itu?

Dia tak punya hak untuk memberitahu Aaron dengan siapa dia harus berdekatan. Indy membalikkan badan. Berjalan berlawanan arah dari tempat Aaron dan Sadie berada.

Aaron mengerjapkan mata ketika Sadie menjentikkan jari di depan wajahnya.

"Kau harus fokus padaku," katanya.

"Untuk apa? Indy sudah pergi."

"Apa?" Sadie menoleh ke tempat di mana Indy berdiri sebelumnya. "Ke mana dia pergi?"

"Aku tidak tahu," gumam Aaron. "Apa kau yakin ini cara yang benar, Sadie?"

"Percayalah. Aku tahu apa yang aku lakukan." Sadie melipat lengan di dada. "Kita lakukan rencana yang lain."

.
.

Indy baru menyadari kalau dia tak punya nomor telepon Aaron. Akan tetapi dia berpikir, apa Aaron bahkan punya ponsel?

Dia tak bisa bertanya untuk mengetahui di mana Aaron berada, atau dengan siapa dia saat ini. Dan sudah terlambat untuk berbalik. Indy menelan amarah yang terasa menekan tenggorokannya. Pandangannya tak pernah luput dari kedua sejoli itu.

"Kenapa kau masih di sini, dear? Aaron ada di sana," kata Mrs. Rogers.

"Aku--" Indy kesulitan mencari kata-kata. Dia ingin meminta maaf dan pergi dari sana, agar dia tak perlu melihat Aaron dan Sadie bersama. Dia membenci pemandangan di depannya.

Seolah mengetahui apa yang ada di benaknya, Mrs. Rogers tersenyum iba. "Kau menyukainya, 'kan? Aku melihat cara kau memandangnya."

"Kita hanya berteman, Mrs. Rogers." Indy mengatakan itu untuk meyakinkan wanita berusia lanjut yang berdiri di sampingnya, tapi kata-kata itu terasa seperti dia sedang meyakinkan diri sendiri, mengingatkan diri kalau itulah statusnya dengan Aaron saat ini. Berteman.

Wanita itu tersenyum. "Berteman," ulangnya dengan nada geli.

Hanya berteman, tegas Indy. Dia menarik napas dan memantapkan diri. "Aku akan menghampirinya."

Mata Aaron menemukannya ketika dia melangkah mendekat. Entah laki-laki itu sadar atau tidak, tatapan mata Aaron terlihat melembut dan sudut bibirnya berkedut.

"Hei," sapa Indy.

"Oh, hai, Indy!" sapa Sadie. Dia berdiri, membersihkan tangannya dari tanah lalu tersenyum pada Indy, namun matanya tertuju pada Aaron. "Aku sedang membantunya. Aku tidak mengira ternyata berkebun cukup menyenangkan."

OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang