Obsession and Vengeance (3)

127 52 10
                                    

"Hei, bisa kau beritahu aku bagaimana cara meluluhkan hati perempuan?" tanya Kenric. "Kau sudah menikah, bukan? Kau pasti punya pengalaman meluluhkan hati istrimu."

"Segala hormat untuk Anda, My King. Tapi perlukah saya beritahu jika istri saya bersedia menikah dengan suka rela, tanpa ada unsur paksaan sama sekali?"

Kenric memicingkan matanya. "Hei, aku masih rajamu. Sopanlah sedikit," rutuknya.

Laki-laki itu terkekeh geli. "Ya, My King. Maafkan saya." Pria yang berprofesi sebagai penasihat kerajaan itu mengusap dagu sembari berpikir. "Hmm, saya kurang tahu soal itu. Karena istri saya juga bukan wanita yang pemarah."

Kenric menghela napas. "Hal yang sia-sia bertanya padamu."

Hamlin Conrad, seorang laki-laki yang baru menginjak usia pertengahan 20 itu menatap sang raja penuh penasaran. "Jika saya boleh bertanya, apa sesuatu terjadi dengan Anda dan Ratu Aelia, Your Majesty?"

"Begitulah," jawab Kenric. "Dia masih bersikap dingin padaku."

.
.

Satu tahun telah berlalu. Hari ini adalah hari festival. Malam ini, kerajaan akan dibuka untuk umum, dan malam ini akan diadakan pesta dansa di kastil.

Aelia memandang dirinya dari pantulan cermin. Dia meringis pelan ketika Avice mengeratkan korsetnya. Lalu, wanita paruh baya itu memakaikan sarung tangan berwarna senada dengan gaun yang dikenakan Aelia. Setelah itu, Avice memanggil penata rias untuk merias wajah Aelia dan membantu sang ratu memakai mahkotanya.

Hamlin memasuki ruangan, dan menunduk hormat. "Salam, Yang Mulia Ratu." Dia menegakkan badan dengan kedua tangan dilipat di belakang tubuh. "Raja Kenric menyuruh saya untuk menjemput Anda. Kehadiran Anda sudah di tunggu."

Aelia melirik Avice, wanita itu mengangguk samar ke arah sang Ratu. Dia pun meraih lengan Hamlin yang terulur ke arahnya. Mereka berjalan menuju ke ruang dansa, di mana semua orang sudah menunggu dirinya. Aula itu tampak penuh dengan semua orang, mulai dari penduduk kerajaan Cordon Peak hingga bangsawan dari kerajaan lain.

Kenric yang tengah duduk di kursi singgasananya melihat Aelia memasuki ruangan. Dia pun bangkit untuk menghampiri sang ratu.

Hamlin melepaskan Aelia ketika Kenric berhenti di depannya. Pria itu mengulurkan tangan. Aelia dengan senang hati menyambutnya. Kenric tampak tertegun melihat gadis itu tersenyum padanya.

"Kenapa? Cat got your tongue?" goda Aelia.

Kenric mengerjap. Dia membalas senyumannya, lalu membawa Aelia ke tengah ruangan. Lautan manusia di ruangan itu segera tersibak seraya keduanya terus berjalan ke tengah ruangan. Kedua tangan Kenric diletakkan di pinggang Aelia, dan kedua tangan gadis itu di pundaknya.

Alunan lagu melantun merdu. Pasangan itu bergerak. Aelia berdansa begitu luwes, layaknya ombak di lautan, pikir Kenric. Gadis itu berdansa dengan indahnya, membuat napas Kenric tercekat di tenggorokan, terpukau dengan keindahan sang istri.

Kenric tak bisa mendeskripsikan perasaan bertalu-talu di dadanya, tapi dia bisa mengatakan dengan yakin jika dia mencintai gadis itu. Sangat.

Beberapa pasangan lain ikut berdansa bersama keduanya, tapi Kenric merasa seolah mereka hanya berdua di ruangan itu, sendirian. Mata Aelia tak pernah meninggalkan mata Kenric, namun dia tak tahu apa yang dipikirkan gadis itu seraya dia memutar tubuh Aelia.

Alunan lagu terhenti dengan gadis itu di pelukannya. Napas Aelia tersengal, dan gadis itu tiba-tiba tersenyum lebar. Ingin sekali Kenric mencium gadis itu, tapi mereka sedang berada di tengah kerumunan. Akan sangat memalukan jadinya jika Aelia malah menampar Kenric di depan semua orang, dan bukannya membalas ciuman pria itu.

OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang