"Hei, Aaron."
Dia mengangkat kepala. Aaron mengenal perempuan ini.
"Yeah?""Boleh aku duduk bersamamu?"
Aaron menoleh ke seluruh penjuru ruangan. Masih ada meja kosong lainnya. Kenapa gadis ini memilih untuk duduk dengannya? Apa seseorang menyuruhnya?
"Tentu."
Alis Aaron berkerut semakin dalam karena gadis itu duduk di sebelahnya. Dia memandang Aaron sambil tersenyum. Ketika Aaron hendak memakan makan siangnya kembali, matanya melihat Indy berdiri tak jauh dari mejanya, terlihat terkejut dengan keberadaan gadis di sebelahnya.
"Oh! Indy! Kemarilah!" Gadis itu melambai. "Duduklah dengan kami," ajaknya.
Indy berjalan mendekat. "Halo, Aaron. Halo, Sadie."
Suasana di meja itu terasa menegangkan. Aaron tahu Indy memelototinya dan gadis bernama Sadie ini secara bergantian.
"Hei, Aaron," panggil Sadie, mencoba menarik perhatian pemuda itu. "Kulihat kalian akrab-akrab saja akhir-akhir ini. Apa kalian sudah berteman sekarang?"
Aaron mengedikkan bahu, sedangkan Indy menjawab, "Begitulah. Kami menjadi agak dekat."
Aaron berpikir Sadie hendak mengoloknya ketika gadis itu mencondongkan tubuh pada Indy dengan sebelah tangan menutupi mulutnya dan berbisik, "Indy, apa menurutmu kau bisa mencomblangku dengannya?"
Aaron tersedak roti lapisnya. Dia terbatuk-batuk sambil menepuk dadanya. Sadie sontak menepuk-tepuk punggung Aaron. Indy membelalakkan mata. Dia membuka sodanya, hendak memberikannya pada Aaron, tapi Sadie mendahuluinya dengan menyodorkan sebotol air mineral.
"Kau baik-baik saja?" tanya Sadie cemas.
Indy mengetatkan rahang ketika dia memperhatikan bagaimana Sadie mengusap punggung Aaron. Dia menurunkan pandangan, tak ingin melihat pemandangan menjengkelkan di depannya.
Indy ingin menyentak tangan Sadie menjauh dari Aaron ketika gadis itu membersihkan ujung bibir Aaron dengan tisu. Dia menurunkan pandangan, menyadari sebelah tangannya terkepal di atas meja.
Tanpa sepengetahuan keduanya, Indy berdiri dan pergi dari sana. Dia memberikan makan siangnya pada siswa lain dan meninggalkan kantin. Tanpa dia sadari, mata Aaron mengikuti kepergiannya.
ㅤㅤ
Indy tak terkejut melihat Aaron di pintu depan rumahnya sore itu. Dengan sebelah tangan berada di pinggang, dia bertanya, "Ada apa?""Aku membawakanmu ini."
Hati Indy serasa dicubit ketika Aaron menyodorkan sebuah pot mini dengan sebuah tanaman kaktus yang ditempelkan secarik kertas bertuliskan 'aku minta maaf' di duri-durinya.
"Aku tidak tahu apa yang membuatmu marah padaku. Apa karena perempuan tadi siang?"
"Aku tidak marah," kata Indy. Dia menerima hadiah Aaron dan tersenyum tipis. "Tapi aku tetap akan menerimanya."
Sudut bibir Aaron terangkat. "Syukurlah."
Indy membuka pintu lebih lebar. "Mau masuk?"
"Boleh."
ㅤㅤ
Mereka menghabiskan waktu di kamar Indy. Aaron memerhatikan empat buah pot yang terletak di pojok ruangan. Dari sekilas pandang pun, dia tahu Indy merawat tanaman itu dengan baik. Aaron hampir tak dapat menahan senyumnya.Dia menghabiskan cukup banyak waktu mendengar cerita Indy dan menjawab pertanyaannya. Aaron masih belum merasa nyaman untuk membuka diri, tapi dia mendengarkan cerita Indy, menyimpannya baik-baik dalam benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
Historia CortaHanya beberapa kumpulan cerita fiksi pendek berbagai genre yang terbesit di benak. Mohon dimaklumi ya kalau ada typo dan kesalahan kata, agak males buat ngoreksi hahaha. (Lagian, ini buat seneng-seneng aja. Buat mencurahkan ide doang.) Plagiat PLEAS...