Happy Reading!
.
.
.
"Dan ... selesai!"
Gadis itu membuka mata. Dia mengerjapkan mata beberapa kali ketika melihat dirinya dari pantulan cermin.
"Wow," ia berkomentar. "Harus kuakui, Ruby, kemampuan meriasmu memang tak tertandingi," pujinya.
Kemampuan Ruby dalam merias memang patut diacungi jempol. Gadis itu membantu Riley merias dan menambahkan tiga buah luka gores buatan di lehernya sebagai pelengkap kostum halloween-nya malam ini. Dan untuk menambah kesan seram, ia mengenakan sepasang lensa kontak berwarna putih.
"Kita harus segera berangkat. Jane baru saja mengirimiku pesan jika dia sudah sampai di festival bersama Noah."
Ruby memasukkan ponsel ke saku gaunnya. Riley segera bangun dan meraih keranjang kecilnya, lalu mengikuti Ruby berjalan kaki menuju di mana festival halloween diadakan.
Mereka menemukan Jane dan Noah tengah berswafoto bersama. Keduanya terlihat serasi mengenakan kostum Joker dan Harley Quinn.
Riley tak mengatakan apa-apa ketika Ruby menyapa pasangan itu. Alih-alih, dia memandang sekitar. Festival malam ini cukup ramai, dipenuhi anak-anak, para remaja, serta orang dewasa. Teriakan pengunjung yang berasal dari wahana rumah hantu membuat Riley bergidik ngeri.
"Kita harus mencoba wahana itu," saran Jane sambil menunjuk ke arah rumah hantu tersebut.
"Kenapa harus?" balas Riley.
Jane menatapanya remeh. "Jangan bilang, kau takut untuk pergi ke rumah hantu?"
"Siapa bilang aku takut? Aku tidak takut, kok!" elak si gadis berkostum Red Riding Hood tersebut.
"Kalau begitu, kita harus mencobanya."
"Tentu. Siapa takut?"
"Baiklah." Jane melipat lengannya. "Bagaimana jika kau yang mengantre untuk membeli tiketnya? Aku malas."
Riley merengut kesal. Dia melirik Ruby yang diam membisu. "Kenapa kau tidak membelaku?" ia mendesis rendah.
"Aku benci rumah hantu," balas Ruby.
Begitu juga denganku, rengek Riley dalam hati. Tapi ia tetap pergi ke antrean untuk membeli tiket masuk wahana tersebut.
Perempuan yang duduk di balik meja menyobek empat buah tiket. Riley menyerahkan sejumlah uang dan menerima tiketnya. Dia kembali ke tempat di mana teman-temannya berada, namun tak berhasil menemukan mereka. Riley lalu mendengar Jane berseru dan terkikik di barian wahana komedi putar.
"Kuharap kau tidak menjerit ketakutan, Riley!" seru Jane.
Dia mengepalkan tangan penuh amarah dan rasa malu, mengakibatkan tiket yang dipegangnya berubah lecek. Ia melihat Ruby ditarik menaiki wahana komedi putar. Maaf, Riley menangkap Ruby berujar tanpa suara.
Gadis itu menghela napas pasrah. Dia menatap tiket di tangannya dan berpikir bahwa ia mungkin bisa mengembalikannya dan meminta ganti rugi.
"Maaf, honey, kami tidak bisa melakukannya," kata perempuan yang duduk di balik meja tiket. "Tapi, hei, kau bisa memasuki wahana empat kali, 'kan?"
Bunuh diri namanya, jika dia harus memasuki wahana itu empat kali. Riley mengerang kesal. Tak ingin membuat masalah, dia membalikkan badan pada antrean di belakangnya.
"Buat kalian saja." Riley menyerahkan ketiga tiket itu pada segerombolan anak laki-laki yang mengantre di belakangnya.
"Woah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
Short StoryHanya beberapa kumpulan cerita fiksi pendek berbagai genre yang terbesit di benak. Mohon dimaklumi ya kalau ada typo dan kesalahan kata, agak males buat ngoreksi hahaha. (Lagian, ini buat seneng-seneng aja. Buat mencurahkan ide doang.) Plagiat PLEAS...
