The Witch and The Hybrid:
2 - new friend.
.
."Rook, aku ingin kau bertemu--"
Rook mendesis marah pada pria yang kini tengah berdiri di samping Drusilla. Bulu ekornya berdiri, kedua telinganya menegang waspada.
Drusilla menghela napas. "Rook, perkenalkan, ini Oberon." Dia melirik pria bertubuh tegap yang berdiri kikuk di sampingnya. "Dia terluka. Aku membawanya kemari agar aku bisa mengobati lukanya."
Rook masih terlihat tak suka dengan kehadiran Oberon. "Apa kau yakin ingin membiarkannya singgah di sini?"
"Kenapa tidak?" balas Dru. "Dia terluka, Rook."
"Dia manusia serigala, Dru!" desis Rook.
"Aku tahu," balas gadis itu santai.
Rook memicingkan mata curiga. Oberon tak mengeluarkan sepatah kata. Pria itu hanya berdiri kikuk sambil memegangi lengannya yang terluka. Darah pria itu mengucur cukup deras dan mengotori lantai kayu rumah Dru.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Rook berbalik. Sambil mengibaskan ekornya kesal, dia berjalan menghentakkan kaki.
Drusilla mengembuskan napas. "Maaf soal dia. Rook memang sedikit sensitif pada orang baru." Dia menoleh pada Oberon. "Duduklah, biar kuambilkan obat dan perban untuk lukamu."
.
."Dia terus memandangku," ujar Oberon pelan.
Dru menoleh ke belakang. Benar saja, Rook tengah mengawasi mereka dari kejauhan. Anak itu bersembunyi di balik jendela, mengamati Oberon dengan mata waspada.
"Dia memang begitu." Dru menaruh sisa perban di kotak.
Oberon meneliti hasil kerja Drusilla. "Dari mana asalnya?"
"Kota Mirfield. Pemiliknya melantarkan Rook di Hutan Claremont, jadi aku menawarkannya sebuah rumah. Rumah besar ini terasa sepi untuk kutinggali sendiri."
Dru tersenyum pada diri sendiri. "Dia teman serumah yang baik. Aku membawanya ke hutan untuk mencari tanaman herbal suatu hari, dan sejak itu Rook jadi lebih sering menghabiskan waktu berkeliling di sana. Sesekali dia akan memburu kelinci jika menemukan satu."
Oberon menurunkan pandangan, tampak menerawang. "Apa kau akan menerimaku jika aku kemari lagi untuk bertamu?"
"Huh?"
Pria itu mengangkat kepala. "Jika aku kemari, sebagai tamu, apa kau akan menerimaku di rumahmu?" Dia melirik ke arah jendela, di mana Rook masih mengamati mereka. "Aku bisa mengajarinya berburu mangsa. Aku juga bisa mengajarinya untuk membela diri."
Senyum Dru mengembang. "Kau dengar itu, Rook?!" serunya, tahu pasti kalau Rook dapat mendengar percakapan mereka. "Tidakkah kau tertarik untuk mengetahui cara berburu mangsa yang berukuran lebih besar darimu?"
Mereka menoleh ke arah jendela, namun Rook tak lagi ada di sana. Sebuah senyum samar tercetak di bibir Oberon. Dia menoleh ke belakang, mendengar Rook mendekat tanpa suara. Jika dia tak mendengarkan dengan benar, Oberon pasti akan terkejut dengan kemampuan Rook berjalan tanpa menimbulkan banyak suara.
"Benarkah kau akan mengajariku?" tanya Rook masih dengan nada penuh kecurigaan. "Ataukah itu hanya alibimu untuk mendekati Dru?"
"Rook!" seru Dru. Wajah gadis itu sontak merona.
Oberon tersenyum, ada kilat bangga terlintas di matanya. "Aku serius akan mengajarimu. Sekadar informasi, aku ini salah satu petarung hebat di kawananku."
Mata Rook melebar. "Benarkah?"
"Sungguh." Oberon menunjukkan lengannya yang diperban oleh Dru. "Kau lihat ini? Ini adalah salah satu dari sekian banyak luka yang kudapatkan dari pertempuran yang telah kulalui."
"Wow," gumam Rook kagum. "Apa kau juga pernah ikut perang?"
"Dua kali. Mau mendengarnya?"
"Bolehkah?"
"Tentu saja."
Anak itu mendekat tanpa sadar, ekornya berkibas penuh minat. Dru tersenyum pada diri sendiri. Dia menjauh tanpa kata, membiarkan keduanya berbincang lebih leluasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
NouvellesHanya beberapa kumpulan cerita fiksi pendek berbagai genre yang terbesit di benak. Mohon dimaklumi ya kalau ada typo dan kesalahan kata, agak males buat ngoreksi hahaha. (Lagian, ini buat seneng-seneng aja. Buat mencurahkan ide doang.) Plagiat PLEAS...