Laki-laki itu mengernyit melihat dua buah balon yang diikat di pegangan tangga depan. Dia menggeleng kecil dan melanjutkan langkahnya memasuki rumah yang pintu depannya terbuka lebar. Lampu bekerlap-kerlip menyambutnya, berbagai dekorasi yang memenuhi ruangan membuatnya berpikir, Dia bekerja terlalu keras untuk sebuah pesta murahan.
Seseorang terkesiap. "Kau datang!"
Alisnya terangkat tinggi melihatnya duduk sendirian di kursi, kue ulang tahunnya tergeletak di hadapannya dengan lilin masih menyala dan hampir meleleh seutuhnya.
"Di mana semua orang?"
Lelaki itu mendengus. "Aku mengajak beberapa orang di sekolah tapi tak satu pun dari mereka yang sepeduli itu untuk datang," balasnya. Dia memandang lelaki yang berdiri tak jauh di dekatnya. "Tapi seperti biasanya, kau tak pernah kuundang untuk datang, tapi kaulah satu-satunya orang yang datang ke pestaku."
Aaron, lelaki yang berdiri dengan sebuah kotak di tangannya melayangkan pandangan ke ruangan itu, menolak untuk menatap mata Indiana, si laki-laki yang berulang tahun. "Di mana orang tuamu?"
"Di bandara LA, terjebak badai. Mereka harus menunggu setidaknya sepuluh jam. Jadi ... begitulah." Indy menggosokkan kedua tangan ke pahanya. "Terima kasih sudah repot-repot datang, aku tahu kau punya hal lain yang lebih penting untuk dilakukan--tapi silakan ambil makanan atau minuman apa pun yang kau mau dan kau boleh pulang."
"Kau mengusirku?"
"Apa? Oh, tidak. Bukan begitu. Tak ada lain yang bisa kau lakukan di sini. Untuk apa bersinggah lebih lama?"
Indy melirik kue ulang tahun buatannya. Sayang sekali. Dia sudah menghabiskan dua hari ini menyiapkan segalanya, bahkan membuat semua camilannya sendiri, namun semua itu berakhir sia-sia.
Dia meniup lilin-lilin itu agar tak mengotori kuenya. Indy mencabut lilin-lilin tersebut lalu bangkit dari duduknya.
"Tunggu." Aaron mencekal lengan Indy sebelum lelaki itu sempat pergi. "Aku membawa ini untukmu."
Indy melirik kotak kado yang tersodorkan ke arahnya. "Terima kasih," gumamnya. Dia meraih hadiah tersebut. Tanpa berkata apa pun lagi, dia meninggalkan Aaron untuk mematikan lampu kerlap-kerlip yang terpasang dan mencopoti hiasan ulang tahunnya.
Aaron menduduki kursi yang tadinya diduduki Indy lalu mengambil sebuah garpu di atas meja. Tanpa permisi, dia mencuil kue bertuliskan 'Happy 18th Birthday Indy' tersebut dan memakannya.
"Mm," gumam Aaron, terkejut. Kue itu terasa enak. Dia mencuil lebih banyak dan melirik ke arah Indy yang terlihat sedang menarik paksa dekorasi di dinding. Laki-laki itu menggulung dekorasi tersebut lalu membantingnya ke lantai sebelum menginjak-injaknya dengan kesal.
"Hiasan bodoh, tak berguna," rutuk Indy. "Menjijikkan."
Ujung bibir Aaron berkedut melihat pemuda itu mengumpati diri sendiri. Dia mengalihkan pandangan melihat Indy menunduk sedih dan terlihat kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
Historia CortaHanya beberapa kumpulan cerita fiksi pendek berbagai genre yang terbesit di benak. Mohon dimaklumi ya kalau ada typo dan kesalahan kata, agak males buat ngoreksi hahaha. (Lagian, ini buat seneng-seneng aja. Buat mencurahkan ide doang.) Plagiat PLEAS...