Mereka mungkin akan menyebutnya monster, namun di mataku, dia adalah makhluk yang indah.
.
Perempuan itu menatap ke seluruh penjuru ruangan, kenangan demi kenangan menyeruak dari benaknya. Sudah terlambat. Jika saja dia pergi ke sini lebih cepat, mungkin dia bisa melihat wajah kakeknya untuk yang ke terakhir kali.
Dia membawa tas dan koper berisi barang pribadi ke kamar tamu. Setelah mengganti baju, dia memutuskan untuk membersihkan rumah itu. Tidak banyak yang bisa dilakukan, karena rumah itu selalu bersih mengingat kakeknya orang yang rapi dan selalu menjaga kebersihan.
Gadis bermata hijau kecokelatan itu menelusuri rumah, menginspeksi barang-barang yang menarik perhatiannya. Namanya Astraea, atau orang-orang terdekatnya lebih sering memanggilnya Rhea. Gadis berusia 23 tahun itu pindah dari kota tinggalnya Los Angeles ke kota asal ibunya, di Põlva, yang terletak di bagian tenggara Estonia.
Seorang pengacara tiba-tiba datang ke tempatnya dan memberitahukan jika kakeknya, satu-satunya keluarga yang dipunya Astraea, telah meninggal. Gadis itu terkejut bukan main, mendengar berita bahwa kakeknya telah tiada.
"Beliau meninggalkan rumahnya untuk Anda. Dia menolak menjual rumahnya dan berharap Anda mau tinggal di rumah itu," katanya.
Astraea pergi ke dapur untuk mencari sesuatu yang dapat dia makan. Perutnya bergemuruh begitu melihat isi kulkas yang kosong. Gadis itu menghela napas. Dia mengambil dompet dari tasnya dan pergi keluar.
Rumah kakeknya tergolong sederhana, dengan dua tingkat dan berjarak sedikit jauh dari rumah lain, serta terletak di dekat hutan. Maka itu artinya, dia harus berjalan jauh untuk mencapai supermarket terdekat.
Matahari yang mulai tenggelam dan pohon-pohon bertangkai tebal di hutan membuat gadis itu berjalan cepat-cepat, tak mau pulang kembali ke rumah ketika matahari telah lama tenggelam.
Semasa dirinya kecil dulu, kakeknya pernah bercerita mengenai cerita legenda yang sering beredar di desa itu. 'Sang penjaga,' begitulah mereka memanggilnya. 'Dia' di sini adalah sebuah makhluk yang katanya merupakan penjaga desa itu.
Beberapa orang mengklaim pernah melihatnya. Beberapa dari mereka mendeskripsikan makhluk itu memiliki badan yang besar dan mata yang bersinar terang di kegelapan. Cerita lain mengatakan dia berbadan tinggi dan ramping, dengan mata segelap malam, sepasang taring, serta kuku yang setajam kuku hewan buas. Namun belum ada berita yang asli mengenai seperti apa rupa Sang Penjaga sebenarnya.
Konon katanya, dia akan keluar di malam hari, saat bulan purnama tiba. Menurut cerita kakeknya, dia akan berkeliling desa, memerangi kejahatan yang terjadi di malam itu.
Sejenak Rhea mengernyit geli mengingat hal itu. Dia terdengar seperti Batman, pikirnya.
Bukannya Rhea tak mempercayai mitos itu, hanya saja ... cerita itu terdengar agak tak masuk akal. Layaknya mempercayai jika vampir dan manusia serigala pernah ada. Itu hanya cerita untuk menakut-nakuti anak kecil.
Dia mencapai supermarket dan mengambil sebuah troli. Ketika dia tengah berkeliling di area sayur dan buah-buahan, Rhea mendengar bisikan orang-orang di dekatnya.
"Apa kau tahu jika malam ini adalah malam bulan purnama?"
"Benarkah?"
Rhea yang tengah memilik sayur pun menajamkan telinga untuk mendengarkan sembari berpura-pura memilih sayur.
"Iya!" desis salah satunya. "Cepat selesaikan belanja kalian dan segera pulang!" Seseorang dari mereka tampak mendorong trolinya menjauh.
Rhea menggeleng-gelengkan kepala ketika orang-orang itu bergegas pergi. Dia melanjutkan aktivitasnya dan membayar belanjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
Short StoryHanya beberapa kumpulan cerita fiksi pendek berbagai genre yang terbesit di benak. Mohon dimaklumi ya kalau ada typo dan kesalahan kata, agak males buat ngoreksi hahaha. (Lagian, ini buat seneng-seneng aja. Buat mencurahkan ide doang.) Plagiat PLEAS...