Duduk di balik jeruji besi bukanlah cara yang menyenangkan untuk menghabiskan hari Sabtu malamku.
Aku melirik sinis ke arah pria yang baru saja didorong masuk ke sel di sebelahku. Pria itu membalas lirikanku, dan memutar bola matanya. Ugh! Ingin rasanya kucolok mata biru itu.
Aku melipat lengan di dada. Suara langkah kaki petugas polisi itu menjadi melodi singkat yang menemani keheningan di antara kami berdua, sebelum akhirnya petugas itu pergi dan sunyi melingkupi ruangan pengap tersebut.
Tak tahan karena harus berdiam diri, aku menoleh ke samping, bersamaan dengan pria itu.
"Ini semua salahmu," ucapku dengan nada menuduh.
"Kenapa kau menyalahkanku? Ini salahmu, Nona," balas pria itu. "Kau membuat kita berdua dijebloskan ke penjara."
"Well, ini semua tidak akan terjadi jika KAU bisa mengerem mobilmu tepat waktu," aku membalas tak kalah sengit. Berani sekali dia menyalahkanku?
Pria itu menghela napas. "Bukankah aku sudah meminta maaf? Aku juga sudah menjelaskan padamu, bukan? Rem mobilku blong, dan aku sudah membunyikan klakson dari jarak lima meter agar KAU menyingkir supaya tidak terjadi kecelakaan."
"Aku baru belajar menyetir, Tuan," sinisku. "Bunyi klaksonmu membuatku panik hingga aku tidak sempat menyingkir. Dan kau membuat mobil baruku disita!"
"Jangan salahkan aku atas kesalahanmu sendiri, Nona," ujar pria itu. "Kau membawa mobil itu tanpa surat lengkap. Apa kau tidak tahu jika membawa surat kendaraan dan mempunyai SIM adalah salah satu syarat dalam berkendara?"
Aku tidak membalas. Yah ... aku akui, itu adalah kesalahanku sendiri.
"Tenanglah," pria itu kembali berbicara. Dia duduk dengan punggung menyandar ke dinding. "Ini tidak akan lama."
Aku mengernyitkan kening. "Kenapa kau terlihat begitu santai dengan ini semua? Apa ini bukan pertama kalinya kau dijebloskan ke penjara?"
Aku memiringkan kepala sedikit. Apakah hanya khayalanku, atau aku baru saja melihat pria itu tersenyum?
"Kurasa itu bukan urusanmu, Nona," jawab si pria asing.
Suara langkah kaki yang mendekat mengunci bibirku. Aku mengalihkan perhatian dari si pria asing, dan melihat kakak perempuanku datang ditemani seorang petugas polisi.
"Silakan keluar, Nona."
Aku bangkit dari dudukku, dan berjalan keluar dari sel. Kakakku segera melingkarkan lengannya ke pundakku, membuatku meringis ketika dia mencubit punggungku diam-diam.
"Saya minta maaf atas semua kekacauan ini, Officer," katanya. "Saya akan membawanya pulang."
"Bagaimana dengan mobilku?" aku menyela. Aku mengaduh pelan ketika Kakak mencubit pinggangku. Aku hanya bisa mencebik ketika Kakak memelototiku.
"Percy akan membawa mobilmu," jawab Kakak. Sekadar informasi, Percy adalah nama kakak iparku. "Dia yang akan membereskan sisanya. Ayo."
Aku membiarkan Kakak menyeretku meninggalkan ruang penjara. Aku menoleh ke belakang, melihat pria asing itu memperhatikanku tanpa kata.
•
•
•Kayanya menarik nih kalau dibuat versi panjangnya, menurut kalian gimana? 🤔
![](https://img.wattpad.com/cover/278448339-288-k150857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
NouvellesHanya beberapa kumpulan cerita fiksi pendek berbagai genre yang terbesit di benak. Mohon dimaklumi ya kalau ada typo dan kesalahan kata, agak males buat ngoreksi hahaha. (Lagian, ini buat seneng-seneng aja. Buat mencurahkan ide doang.) Plagiat PLEAS...