Happy Reading!
.
.
.
Menjadi pemilik sebuah toko bunga sungguh menyenangkan, terkadang. Sebagian orang akan datang dan memesan sebuket bunga indah yang hendak mereka berikan untuk orang terkasih mereka, entah itu pasangan, orang tua, saudara, atau teman.
Di lain hari, sebagian orang akan memesan buket bunga demi mengunjungi kerabat atau pasangan mereka yang tengah sakit, atau memesan buket bunga untuk diberikan pada kerabat atau orang terkasih mereka yang telah meninggal.
Namun di suatu hari yang hangat pada bulan Februari, tepatnya di malam Valentine, seorang pria mendatangi toko bunga miliknya, memasuki tempat itu dengan raut wajah tak bersahabat dan meletakkan selembar uang seratus dolar di atas meja.
Melirik ke arah lembar uang tersebut, Lucy memberi pria asing itu sebuah senyum ramah sebelum bertanya, "Ada yang bisa kubantu, Sir?"
"Ya," jawab pria itu. "Bisa kau beri aku sebuket bunga yang bermakna 'persetan denganmu'?"
Kedua alis Lucy terangkat, merasa tertarik dengan permintaan tersebut. Namun ia tersenyum. "Tentu saja," jawabnya. "Tunggu sebentar."
Selagi pria asing itu menunggu, Lucy membuatkannya sebuket bunga berisi bunga geranium, bunga foxglove, meadowsweet, bunga anyelir kuning, dan bunga lili oranye. Setelah merangkainya seapik mungkin, Lucy mendekati si pria asing dan menyerahkan buket bunga yang ia pinta.
"Sesuai yang Anda inginkan, Sir," ujar Lucy. "Aku menggunakan bunga geranium untuk melambangkan kebodohan, foxglove untuk ketidaktulusan, sedangkan bunga meadowsweet untuk ketidakgunaan." Selagi Lucy menjelaskan makna bunga-bunga yang ia pilih, si pria asing tampak mendengarkan dengan saksama, sekilas tampak terkesima dengan pilihan buket bunga tersebut.
"Meski sangat cantik, bunga anyelir kuning ini dapat digunakan untuk melambangkan kekecewaan Anda terhadap seseorang," Lucy melanjutkan, "Begitu pula dengan bunga lili oranye ini. Meski bunga ini terlihat indah, mereka dianggap melambangkan kebencian yang mendalam."
"Sempurna," sahut si pria asing. Ia menunjuk selembar uang seratus dolar yang ia taruh di meja. "Apa itu cukup? Kurang?"
Lucy melirik ke arah lembar uang tersebut. "Itu sudah lebih dari cukup, Sir--"
"Fantastis," potong pria itu. Ia menyahut buket bunga tersebut dari tangan Lucy dan berjalan menuju pintu keluar. "Maaf!" serunya sambil lalu, "Sedang buru-buru!"
Lucy termenung di tempat selagi matanya mengikuti kepergian pria asing tersebut. Dialihkan kembali oleh suara pintu yang terbuka, Lucy pun menyambut pelanggannya yang baru saja datang.
"Selamat datang di Bloomings Flower Shop!"
[ ••• ]
Satu minggu berlalu, Lucy tiba-tiba teringat akan si pria asing yang datang ke toko bunganya di malam hari Valentine dan permintaan buket bunganya yang unik. Matanya tertuju ke arah pot bunga lili oranye yang terletak tak jauh darinya.
Pria asing itu hanyalah satu dari sekian banyaknya orang yang datang ke toko bunganya untuk membeli sebuket bunga. Tidak lebih. Tak ada yang istimewa darinya. Hanya saja, permintaan uniknya menarik perhatian Lucy.
Ia bertanya-tanya, untuk siapa kira-kira buket bunga itu? Mantan kekasihnya kah? Seorang teman yang telah membuatnya kecewa? Apakah seseorang mengkhianatinya? Dan... kenapa Lucy memikirkannya?
Gadis itu menggelengkan kepala, mengenyahkan si pria asing dari benaknya. "Get over it, Luce," ia berbisik pada diri sendiri.
Lucy hendak mengambil pot penyiram tanamannya ketika pintu toko di dorong terbuka, dan bel yang terletak di atas kusen berdenting ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
NouvellesHanya beberapa kumpulan cerita fiksi pendek berbagai genre yang terbesit di benak. Mohon dimaklumi ya kalau ada typo dan kesalahan kata, agak males buat ngoreksi hahaha. (Lagian, ini buat seneng-seneng aja. Buat mencurahkan ide doang.) Plagiat PLEAS...
