Happy Reading
*
*Tin—
Klakson sepeda motor berbunyi di depan rumah mungil milik perempuan yang menjadi tulang punggung kedua adiknya. Menyadari siapa orang itu, Seraphina bergegas menjumpai Chandra.
"Maaf, udah nunggu lama," ucapnya merasa bersalah.
"Santai. Gue juga baru sampai," timpal Chandra.
Lelaki itu menyuruh Seraphina naik. Motor matic milik Chandra melaju membelah jalanan Ibu kota. Hawa sejuk masih menerpa karena Chandra memang menjemputnya lebih pagi.
"Tangan lo taruh di saku jaket gue, Ser ...," teriak Chandra takut suaranya terbawa angin.
"Enggak usah, Chan," timpal Seraphina mengusap kedua lengannya.
Chandra menepikan motor. Diambilnya tangan Seraphina dan ditelusupkan pada saku jaketnya. Sedari tadi lelaki itu melirik Seraphina yang tampak menggigil, mungkin karena harus mandi lebih pagi dari biasanya.
"Jangan dilepas. Gue tau lo kedinginan," ucap Chandra melarang. "Sorry ... karena gue, lo jadi mandi kepagian," sesal Chandra menghentikan aksi Seraphina.
Seraphina menggeleng pertanda tidak masalah. Perempuan itu hanya terlalu rentan terhadap udara pagi hari. Itu juga yang menjadi penyebab Seraphina selalu datang saat pintu gerbang sekolah beberapa menit lagi ditutup.
"Sandaran aja kalo lo masih ngantuk," teriak Chandra melirik kaca spion.
"Enggak, deh. Gue takut dibilang modus," timpal Seraphina mencairkan suasana di antara mereka.
Chandra tersenyum di balik kaca helm. Lelaki itu baru memperhatikan senyuman yang terpatri di wajah Seraphina. Ternyata perempuan itu memiliki gingsul di sebelah kiri. Tanpa sadar dirinya semakin menarik garis bibir membentuk huruf U.
"Manis," gumam Chandra hanya mampu didengarnya sendiri.
Remaja tanggung itu menggeleng pelan menyadari respon tubuhnya barusan. Sial. Jangan sampai dirinya berbalik menaruh hati pada Sang Target. Segera ditepisnya pikiran barusan dan menambah kecepatan kendaraannya.
"Chandra ... pelan-pelan," pekiknya menutup mata. Tanpa sadar memeluk erat pinggang Chandra dari balik saku jaket.
"Lo mau peluk gue terus sampai bel bunyi?" ejek Chandra.
Seraphina membuka mata, melirik sekitar. Ternyata mereka telah sampai di parkiran sekolah. Pipinya memanas melihat betapa erat pelukannya pada Chandra. Seraphina segera bangkit dan melepas helmnya. Meninggalkan Chandra yang sedari tadi tertawa mengejek.
"Malu banget," kesalnya berjalan cepat.
***
Chandra mengisap dalam rokok hasil rampasannya dari Bian. Saat ini mereka sedang bersantai di ruangan gelap tak tersentuh cahaya baskara. Penglihatan mereka hanya mampu menembus bara kecil dari asap rokok keduanya.
"Hubungan lo sama Si Cupu udah sampai tahap mana?" tanya Bian.
"Dia udah mulai terbuka sama gue," jawabnya setelah menghadiahi asap rokok ke Bian.
"Lo enggak bakal suka 'kan, sama Si Cupu?"
Bian menghidupkan senter ponselnya, mengarahkan ke Chandra. Lelaki itu ingin melihat ekspresi wajah lawan bicaranya. Membuat remaja tanggung itu berdecak kesal karena cahaya yang tiba-tiba.
"Matiin, enggak!" Chandra mengancam.
"Jawab dulu baru gue matiin," elak Bian.
"Enggak bakal. Gue cuma pengen senang-senang, puas lo! Buruan matiin!"

KAMU SEDANG MEMBACA
L O S T (End)
Teen FictionChandra berbeda dari remaja kebanyakan. Lelaki itu memilih menghabiskan waktunya dengan melakukan pelanggaran. Tak peduli sebanyak apa buku tata tertib itu tercoret tinta berwarna merah. Nyatanya bagi Chandra kehidupannya lebih pekat dari tinta mera...