Part 12

94 4 0
                                    

Happy Reading

*
*

"Lo tunggu sini. Gue mau ke atas dulu," ujar Chandra menunjuk lantai dua rumahnya.

"Tap—"

"Enggak ada yang bakal gigit lo. Oma gue bentar lagi keluar. Tunggu aja."

Seraphina terpaksa mengangguk. Dilihatnya punggung tegap Chandra semakin menjauh. Gadis itu menghela napas menghalau kegugupannya.

Matanya menatap keadaan rumah Chandra. Sewaktu pertama kali berkunjung, perempuan itu tidak sempat memperhatikan ruang tamu Chandra. Tanpa sengaja matanya melihat foto berukuran besar—seperti foto keluarga. Terdapat dua orang dewasa dan anak remaja perempuan, jangan lupakan balita laki-laki di gendongan remaja itu.

Lucu.

Gadis itu bergerak maju, ingin menyentuh foto itu. Sebelum berhasil, seseorang dari arah belakang sudah lebih dulu memanggilnya.

" Seraphina?" seingat Seraphina orang di depannya pasti nenek lelaki itu.

"Iya, Nek," jawabnya kikuk.

"Panggil oma saja. Ayo duduk," ajak Oma menggamit tangan Seraphina.

Ternyata wanita tua di depannya terlihat masih cantik, walaupun beberapa kerutan pada area wajahnya sudah tidak mampu ditutupi. Kulit Oma Chandra juga putih dan bersih. Seraphina jadi beranggapan bahwa semua golongan kelas atas pasti seperti wanita di sampingnya.

"Chandra ke mana?" tanya Oma.

"Katanya pamit ke atas dulu, Oma. Sera disuruh tunggu di sini," jawabnya pelan masih terdengar malu-malu.

"Kebiasaan anak itu. Sebentar, oma panggil Chandra dulu," pamit Oma.

Seraphina memandang tubuh Oma yang mulai ringkih. Menurut penglihatan Seraphina, Oma kesusahan menaiki tangga. Dengan tangkas Seraphina berlari ketika melihat jalan Oma tidak seimbang.

"Oma, enggak apa-apa?" tanya Seraphina berhasil memegang pundak Oma.

"Capek juga, ya. Oma minta tolong kamu saja yang panggil Chandra, bisa 'kan?"

Gadis itu hampir merosot jika tidak mengingat dirinya juga menahan Oma. Tidak pernah terbayangkan seorang gadis sepertinya, memasuki kamar Chandrabha Anubhawa—Sang Pembuat Onar di sekolah.

Kemungkinan terburuk sudah Seraphina pikirkan. Bagaimana jika Chandra murka karena area privasinya dimasuki orang asing—walaupun sekarang Seraphina berstatus temannya—tetap saja gadis itu merasa tidak pantas.

"Bisa 'kan panggil Chandra? Kamarnya yang itu." Tunjuk Oma pada ruangan di sudut rumah yang tertutup rapat.

Permintaannya memang dibalut senyum, tapi Seraphina cukup tahu bahwa Oma berharap dirinya tidak menola.

"Iya, Oma. Sini biar Sera bantu turun."

"Enggak usah, Nak. Oma bisa sendiri." Oma menolak. Melepaskan tangan Seraphina dari pundaknya.

Seraphina menghela napas sebelum menaiki undakan demi undakan tangga. Perempuan itu berharap kegugupannya menghilang di balik pintu kamar Chandra. Sekali lagi Seraphina menghela napas—kali ini cukup besar.

Satu ketukan,

Dua ketukan,

Tiga ketukan.

Chandra tidak kunjung membuka pintu. Seraphina jadi bertanya-tanya, apa sebenarnya yang remaja tanggung itu lakukan. Mungkinkah Chandra sedang membersihkan badan atau balik bermimpi indah.

L O S T (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang