Part 26

96 2 0
                                    

Happy Reading

*
*

Baskara menyembul melewati atap bocor dari rumah mungil Seraphina. Silaunya mampu menyadarkan gadis itu dari tidur singkatnya. Tubuhnya terasa ditimpa beban berat tak leluasa sekedar merenggangkan persendiannya yang kebas.

Lambat laun kesadarannya kembali begitu melihat sosok Chandra sudah memeluk erat tubuh ringkihnya. Kaki panjang Chandra bahkan membelitnya dalam kungkungan. Seketika ritme jantungnya bekerja lebih cepat. Sekujur tubuh gadis itu terasa terbakar membayangkan perbuatan mereka semalam.

Tangan Seraphina terulur membelai wajah Chandra. Menyapu dari rambut turun hingga kepangkal hidung. Beralih menyentuh rahang tegas itu. Seakan terhipnotis Seraphina menyentuh sudut bibir Chandra. Benda kenyal itu terlihat padat dengan pinggiran meredup pengaruh nikotin.

Oksigen terasa berhenti mengaliri otaknya begitu netra dingin nan tajam itu terbuka. Tidak cukup sampai di situ, tangan besar Chandra menghentikan jemari mungil gadisnya bermain-main menyapu wajahnya. Seraphina bahkan berpikir untuk pingsan begitu dihadiahi senyuman singkat Chandra.

"Terpesona, hm?" gumam Chandra dengan suara parau terkesan seksi.

"Ini namanya percobaan pembunuhan!" Saraf gadis itu bahkan sudah berteriak histeris.

Seraphina kira Chandra akan bangkit untuk berpamitan pulang. Di luar dugaan, lelaki itu mengeratkan pelukan mereka. Mengangkat Seraphina menindih tubuhnya. Gadis itu sontak memekik menyadari sesuatu mengganjal di bawah sana.

"Lepas. Aku enggak nyaman," rengek Seraphina.

"Gini dulu, ya. Aku kangen," tolak Chandra mengecup singkat kening gadisnya.

Demi Tuhan. Seraphina bahkan lupa bagaimana caranya bernapas. Tubuhnya mendadak kaku, ingin melepaskan diri tapi kekuatan Chandra tak sebanding dengannya. Gadis itu takut, perbuatan mereka sudah melebihi batasan garis wajar—dari semalam.

"Chandra ...," lirih Seraphina dengan mata berkaca-kaca. Seolah meminta pengampunan untuk segera dilepaskan.

"Kenapa Sayang?" Chandra seakan betah melihat kepanikan dari lawannya.

Gadis itu bahkan sudah melupakan kewajibannya. Sepagi ini Seraphina sudah berbuat dosa lebih dari semestinya. Dirinya memang jauh dari kata alim, tapi untuk kewajiban yang satu itu hampir tidak pernah Seraphina tinggalkan.

"Chan, aku belum sholat."

Seperti tersambar petir, otot tubuh Chandra mendadak kaku. Tangannya langsung melepas Seraphina, menjauhkan gadis itu dari jangkauan. Entahlah, Chandra hanya merasa malu begitu Seraphina menyebutkan salah satu rukun islam.

"Udah jam segini, emang masih bisa?" tanya Chandra melirik arlojinya.

"Iya. Asal langsung disegerakan," jelas Seraphina menuju kamar mandi.

Hatinya berdesir melihat Seraphina sholat. Begitu menenangkan ketika gerakan sistematis itu terulang beberapa kali. Chandra semakin menyadari begitu jauh dirinya dengan Sang Pencipta. Terlebih dengan dosa yang diperbuatnya bercucuran tanpa henti.

"Kamu udah mau pulang?" tanya Seraphina merapikan perlengkapan sholatnya.

Suasana hatinya yang tenang berganti kesal begitu mendengar pertanyaan Seraphina serupa mengusirnya. "Kamu hobi banget ngusir aku," ketus Chandra menuju ruang tamu.

"Enggak gitu, Chan. Aku itu nanya. Kalo kamu belum mau pulang, aku bisa buatin sarapan dulu." Seraphina gelagapan menghampiri Chandra sudah menatapnya tajam.

L O S T (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang