Happy Reading
*
*Malam ini Chandra mengajak Seraphina merayakan hari jadi mereka—ke satu bulan—walaupun telat seminggu. Semua karena disesuaikan dengan jadwal libur Seraphina. Jadilah sabtu malam ini, Seraphina memilih ke pusat perbelanjaan setelah disetujui Chandra.
Gadis itu mengatakan ingin seperti muda-mudi lain. Salah satunya menonton bioskop dan berkeliling di pusat perbelanjaan. Awalnya Chandra menolak tapi karena merencanakan sesuatu jadilah lelaki itu sedikit menurunkan egonya.
"Aku scan tiketnya dulu." Chandra berlalu, menghampiri mesin di dekat pintu masuk. Sehari sebelum pergi lelaki itu memang sudah memilih film apa yang akan mereka tonton tanpa niatan memberitahu Seraphina. Terlebih lelaki itu tidak suka mengantri.
"Aku ikut." Seraphina mengikuti lelaki itu. Padahal jaraknya tidak sampai tiga meter. Entahlah gadis itu merasa mulai ketergantungan dengan sosok Chandra.
Mereka memutuskan masuk setelah pintu teater di buka. Seraphina terus mengekori Chandra. Maklum, baru pertama kali perempuan itu memasuki bioskop. Chandra menyeringai membayangkan rencananya akan berjalan lancar. Terlebih kursi yang di pilihnya memang berada paling—pojok—atas.
Beberapa menit film di putar. Gadis itu menelan ludah seperti besaran kelereng. Setiap adegan intim yang tersaji membuat Seraphina bergerak tidak nyaman. Dilihatnya Chandra dari samping, begitu tenang dengan posisinya.
"Chan," panggil Seraphina memukul pelan lengan kekasihnya. Chandra mengangkat satu kening menengok ke samping.
"Ini film apa? Kok mesum," lirihnya menahan malu.
"After. Udah biasa kali, Ser." Chandra terkekeh melihat gadis itu menunduk takut.
"Bagi aku enggak biasa. Harusnya kita nonton film komedi aja," keluhnya sesekali memberanikan diri menatap Chandra.
"Kenapa enggak bilang?" tanya lelaki itu mengusap pelan surai Seraphina.
"Kamu enggak tanya," balas Seraphina.
"Kamu salahin aku?" Skakmat. Chandra memang selalu punya balasan untuk membuat lawannya tersudut.
Tanpa sadar gadis itu menggaruk kepala. Terlebih ketika mendengar suara aneh memenuhi ruangan bioskop. Sedari tadi Chandra menelisik pergerakan Seraphina. Beberapa kali gadis itu menutup mata ketika cuplikan adegan dewasa tersaji.
Tangannya terulur memegang dagu gadisnya. Cahaya temaram dari layar bioskop membuat siluet Seraphina tergambar sempurna. Wajah kusam itu tidak lagi mendominasi penglihatan Chandra. Seraphina mengerjap merasakan sentuhan di dagunya.
Chandra menarik pelan dagu Seraphina. Pergerakannya semakin maju mengikis jarak mendekati gadisnya. Deru napas Seraphina bahkan memenuhi wajahnya. Setelahnya, bibir lelaki itu terasa menyentuh benda kenyal milik Seraphina.
Mata gadis itu membola menatap wajah Chandra yang kini menyentuh wajahnya. Apalagi pergerakan bibir lelaki itu terasa menguasainya. Tulangnya seakan melebur bersamaan dengan Chandra terus mencecap habis bibirnya. Otaknya berhenti mengolah, bingung dengan apa yang terjadi.
Tangan Chandra tidak tinggal diam. Didorongnya tengkuk Seraphina membuat ciuman mereka semakin dalam. Sungguh lelaki itu semakin bernafsu menyesap bibir pucat Seraphina. Jika saja mereka tidak sedang berada di bioskop, dirinya pasti meminta lebih.
Seraphina memukul pelan dada Chandra membuat Sang Empu melepas pagutan mereka. Gadis itu terlihat menghirup oksigen secara membabi buta, bahkan tangannya mengibas di depan wajah. Chandra terkekeh melihat kepanikan yang gadis itu tampilkan

KAMU SEDANG MEMBACA
L O S T (End)
Roman pour AdolescentsChandra berbeda dari remaja kebanyakan. Lelaki itu memilih menghabiskan waktunya dengan melakukan pelanggaran. Tak peduli sebanyak apa buku tata tertib itu tercoret tinta berwarna merah. Nyatanya bagi Chandra kehidupannya lebih pekat dari tinta mera...