Part 23

84 2 0
                                    

Happy Reading

*
*

Cahaya baskara masih malu menampakkan diri. Tak urung membuat Chandra bergegas membersihkan diri. Sekilas lelaki itu melihat kembarannya yang masih betah bergelung di balik selimut.

Agenda Chandra hari ini cukup membuatnya mengulum senyum sedari tadi. Lelaki itu tidak sabar menghabiskan waktu berdua dengan Seraphina. Chandra juga berniat membelikan Seraphina dress vintage—serupa milik Chanda. Menghayalkan bagaimana pakaian itu membalut tubuh ringkih gadisnya.

Tadinya Chandra ingin meminta dress vintage kembarannya. Tetapi ketika melihat bagaimana jemawanya Chanda memandang Seraphina, membuatnya berbelok mengurungkan niat. Jatah bulanannya masih sangat banyak memenuhi kebutuhan hidup kekasihnya.

Remaja tanggung itu mematut diri di depan cermin besar. Chandra memakai kaos hitam senada dengan celananya. Tidak lupa memakai jaket denim berwarna mocca, terlebih dengan arloji yang tidak pernah lepas dari pergelangan tangan kiri, semakin menambah kesan maskulin dalam diri lelaki itu.

Chandra yakin gadisnya akan semakin terpesona melihat penampilannya. Jika perlu lelaki itu ingin melasik mata Seraphina, supaya sadar bahwa kekasihnya adalah seorang Dia Chandrabha Anubhawa. Jangankan berpaling, memikirkan untuk mendua saja Seraphina akan jatuh sakit karena terjerat pesona Chandra.

"Narsis banget gue," batinnya.

Sebenarnya masih sangat pagi untuk seseorang bertamu. Tetapi lelaki itu sengaja, ingin mempercepat pertemuan mereka. Memikirkannya saja sudah membuat Chandra menambah garis bibirnya.

Lelaki itu bersiul pelan mengambil kunci mobil di laci nakas. Dilihatnya Chanda tidak terusik dengan pergerakannya. Harap-harap cemas lelaki itu meninggalkan adiknya. Semoga saja gadis manja itu tidak menganggu waktunya dengan Seraphina.

"Abang pergi dulu, Chanda." Chandra mengelus lembut kepala Chanda.

Sebelum sampai garasi, lelaki itu kembali melihat penampilannya dari kaca jendela. Baru kali ini Chandra merasa suasana hatinya tergelitik—membayangkan akan bertemu Seraphina. Jangan sampai lelaki itu termakan omongannya sendiri. Chandra harus bisa mengontrol perasaannya.

"Ingat Chandra, gadis itu hanya target kesenangan!" Logikanya mengingatkan.

Mobilnya melaju sedang menuju kediaman Seraphina. Lelaki itu sengaja tak memberitahu Seraphina tentang kedatangannya sepagi itu. Penasaran juga melihat wajah bangun tidur gadisnya—terlepas tempo hari Seraphina tertidur di kamarnya—mungkin saja terlihat menggemaskan. Lelaki itu memarkirkan mobilnya. Turun berjalan menuju rumah mungil Seraphina.

Lampu teras rumah Seraphina masih menyala. Menandakan gadis itu belum bangun. Chandra mengetuk pintu, terdengar suara parau dari dalam rumah. Wajah mengantuk Seraphina menyambut Chandra.

Penampilan gadis itu cukup memperihatinkan—kalau kata Chandra—terlihat dari rambutnya berantakan, serta piyama bergambar doraemon sudah memudar termakan usia.

"Hai ...," sapa Chandra tersenyum merekah.

Tunggu dulu Seraphina sangat hapal di luar kepala suara itu. Seketika kesadaran gadis itu kembali seutuhnya. "Kamu kok udah di sini," pekiknya berlari menuju kamar.

Chandra tertawa melihat spontanitas Seraphina. Lelaki itu menikmati wajah konyol gadisnya. Mungkin perasaan sayang sudah bercokol di hati, tapi ego lelaki itu selalu mengelak. Tidak memberikan celah perasaannya berkembang.

"Kamu kenapa enggak bilang kalau datang sepagi ini?" teriak Seraphina dari dalam kamar. Kedatangan tiba-tiba Chandra membuat Seraphina kaget luar biasa.

L O S T (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang