Happy Reading
*
*Baskara belum menampakkan sinarnya, tapi sedari tadi seorang gadis sudah terlihat beraktivitas. Seraphina bahkan baru mendapatkan tidurnya menjelang subuh—ketika keadaan kamarnya dibuat gelap gulita. Gadis itu tidak berhenti memikirkan Chandra, yang notabene adalah pacarnya.
Pagi ini Seraphina telah bersiap menunggu Chandra untuk menjemputnya. Bibir perempuan itu sedari tadi mengulum senyum tanpa bisa dicegah. Hari ini terasa spesial karena dirinya dan Chandra resmi menjadi sepasang kekasih.
Matanya kian berbinar menatap Chandra yang tersenyum menatapnya. Lelaki itu baru sampai dan langsung dihadiahi senyuman manis seorang Seraphina Rose.
"Kenapa senyum-senyum?"
"Enggak apa-apa. Ayo berangkat," jawabnya lembut memakai helm, menghampiri Chandra.
Sebelum berangkat, Chandra sudah lebih dulu memposisikan tangan Seraphina untuk melingkari pinggangnya. Gadis itu menunduk merasakan kedua pipinya memanas. Seraphina sampai kehilangan kosakata.
Kini gadis itu tahu, bagaimana rasanya memiliki pacar di bangku sekolah. Biasanya Seraphina hanya menjadi pendengar ketika tak sengaja mendengar teman sekelasnya bergosip. Tapi hari ini, semesta seolah memberikan kesempatan kepada Seraphina untuk merasakannya jua.
"Kamu ngantuk?" tanya Chandra merasakan kepala Seraphina menumpu pada punggung lebarnya.
"Enggak," cicitnya disertai gelengan.
Tidak ada lagi yang berbicara sampai mereka tiba di parkiran sekolah. Seraphina lebih dulu turun menunggu Chandra menyimpan helm mereka berdua. Seolah tidak membiarkan warna pipi gadis itu memudar, Chandra memperbaiki tatanan rambut Seraphina. Tentu saja beberapa siswa yang lewat tampak mencari celah menatap mereka.
"Beres. Aku antar ke kelas, ya." Suara Chandra mengalun merdu ke telinga Seraphina.
"Enggak usah. Aku bisa sendiri" Seraphina menolak. Melangkah lebih dulu.
Chandra mendengus melihat gadis itu masih menjaga jarak. Tanpa tahu alasan dibalik penolakan Seraphina. "Kamu ini dari tadi enggak-enggak terus. Ayo!"
Tangan mereka saling menggenggam tepatnya Chandra yang menggamit jemari Seraphina. Kelas mereka terletak di lantai tiga, sesuai dengan urutan kelas. Ketika sampai di depan kelas Seraphina, lelaki itu menyempatkan mengelus kepala gadisnya. Senyum yang sedari tadi Seraphina tahan, membentuk garis menukik ke atas tanpa bisa dicegah.
Eksperesi datar kembali terpasang pada wajah Chandra ketika berbalik. Lelaki itu menuruni tangga menuju lantai satu, tempat rahasianya dan Bian. Tanpa permisi, Chandra membuka pintu serta menyalakan senter dari ponsel miliknya. Terlihat Bian sedang khidmat menghisap nikotin.
"Udah jadian?" tanya Bian begitu Chandra duduk di sampingnya.
"Beritanya cepat juga," celetuk Chandra.
"Bisa jadi tranding, sih. Pembuat Onar pacaran sama Gadis Cupu." Bian tertawa setelah melontarkan ejekannya. Sementara Chandra memilih menghidupkan rokoknya.
Mereka berdua begitu menikmati peraduan akibat kepulan asap rokok. Setelah beberapa menit rokok keduanya habis, Bian kembali bersuara.
"Dra, gue punya ide," sahut Bian menepuk pundak Chandra. Bian kembali bersuara ketika melihat kerutan kening pada lawan bicaranya. "Gimana kalo lo manfaatin Si Cupu lagi, sambil tunggu malam prom night."
Chandra berusaha menerka apa maksud dari pembicaraan Bian. Ada titik dalam hatinya yang tidak membenarkan perbuatan mereka sekarang. Tapi dirinya langsung menepis perasaan simpati itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
L O S T (End)
Dla nastolatkówChandra berbeda dari remaja kebanyakan. Lelaki itu memilih menghabiskan waktunya dengan melakukan pelanggaran. Tak peduli sebanyak apa buku tata tertib itu tercoret tinta berwarna merah. Nyatanya bagi Chandra kehidupannya lebih pekat dari tinta mera...