Part 27

86 3 0
                                    

Happy Reading

*
*

Malam ini Chandra sengaja mengendarai motor. Lelaki itu tersenyum simpul membayangkan Seraphina memeluk erat pinggangnya. Sekarang, Chandra sudah memarkirkan motor di depan rumah Seraphina.

Gadis itu mengulum senyum melihat Chandra menghampirinya. Menerka ke mana Chandra akan membawanya jalan-jalan. Memikirkannya saja membuat Seraphina bergerak salah tingkah.

"Kenapa enggak pakai dress?" tanya Chandra.

Sontak Seraphina mengernyitkan kening menatap pakaiannya. Malam ini Seraphina sengaja memakai pakaian yang biasa dia kenakan, kemeja dan jeans. Toh, juga Chandra tidak memberitahu tujuan mereka. "Memangnya kita mau ke mana?" tengsinnya.

"Club." Chandra menyeringai melihat raut wajah Seraphina berubah gamang. "Bercanda," sambungnya sudah tertawa mengelus surai kekasihnya.

Seraphina mendelik memasang wajah cemberut. Tak urung dipakainya helm pemberian Chandra tempo hari.

Lelaki itu mencapit bibir Seraphina membuat Sang Empu meringis. "Bibirnya minta dicium?" tanyanya.

"Ih ..., Chandra. Sakit tau," kesal Seraphina menyentak tangan Chandra yang tengah tertawa melihat kekesalannya.

Remaja tanggung itu menggamit tangan Seraphina. Mengajak gadisnya untuk segera naik. "Rumah udah dikunci 'kan?" tanya Chandra membuat Seraphina melirik pintu rumahnya sebelum mengangguk pasti.

Hari sudah malam, hawa dingin kian terasa menyapu kulit mereka. Diperjalanan, Chandra membalap motornya membuat Seraphina memeluk pinggang lelaki itu erat. Beberapa kali punggungnya ditepuk pelan dan gerutuan Seraphina terdengar.

Malam ini gadisnya menjadi ekspresif, melupakan sifat malu-malu yang kerap kali menganggu sekaligus menguntungkan di mata Chandra. Lelaki itu sesekali melirik spion, menatap Seraphina bersandar nyaman pada punggungnya.

Sesaat setelah Chandra memarkirkan motor di salah satu taman Ibu kota, lelaki itu langsung menggamit tangan Seraphina. Ditakutkan jika gadis itu hilang dari jangkauannya.

Suasana taman nampak temaram. Beberapa sumber cahayanya berasal dari bangunan tinggi di sekeliling kota. Chandra membawa perempuan itu duduk—beralaskan jaket kulit—di hamparan rumput jepang. Awalnya Seraphina menolak, tapi kalah ketika Chandra menatapnya dingin.

Lelaki itu juga ikut duduk walau setengah bokongnya tak teralasi. Tangannya beralih memeluk pundak Seraphina. Menatap gadis itu dari samping. Terlihat menenangkan melebihi candunya terhadap nikotin.

Entah apa tujuan lelaki itu mengajak Seraphina ke taman malam hari—ketika orang lain lebih memilih menghangatkan tubuh mereka di balik selimut. Tadinya lelaki itu memang berniat mengajak Seraphina bersenang-senang di pub. Tapi setelah melihat mata sayu itu, Chandra meredupkan keinginannya.

Rasanya menenangkan, berdiam diri bersama orang terkasih—tanpa sadar Chandra mulai mengakui Seraphina—melihat danau buatan dengan pantulan cahaya dari salah satu lampu taman. Sama halnya dengan Chandra, gadis itu juga merasakan tenang dan hangat bersamaan.

Ekor mata Seraphina mendapati bahwa sedari tadi netra Chandra tak kunjung beralih menatapnya. Gadis itu gugup berusaha untuk tidak salah tingkah, walau sebenarnya usahanya gagal ketika mendengar celetukan Chandra.

"Dekatan sini. Aku tau kamu salting," bisiknya.

Chandra mengulum senyum mendapati pipi gadis itu merona malu. Seolah belum puas, lelaki itu menyandarkan kepala Seraphina pada bahu lebarnya. Sesekali menghirup dalam aroma sampo Seraphina.

L O S T (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang