Part 6

126 3 0
                                    

Happy Reading

*
*

Sedari tadi gadis itu memilih baju yang akan dipakainya bermalam minggu. Seraphina meringis melihat kondisi kamar tidurnya. Baju perempuan itu sudah berserakan memenuhi ranjang.

Pilihannya jatuh pada kemeja flannel dan jeans pencil. Hanya itu pakaian yang layak Seraphina gunakan untuk menemui Chandra di luar sekolah. Bagaimanapun gadis itu ingin terlihat menarik di hadapan Chandra walau dengan pakaian dan fisik seadanya.

"Gini amat jadi orang susah," ujarnya membereskan pakaian yang tadi dihamburnya.

Gadis itu juga menyempatkan meminta bedak tabur kedua adiknya, berharap dengan begitu mampu menutupi wajah kusamnya. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai dengan jepitan rambut berwarna gelap pada kedua sisi kepalanya. Tak lupa Seraphina memakai kacamata untuk menelisik jauh penampilannya.

Dua kata untuk Seraphina. Ketinggalan zaman.

Gadis itu menghela napas, menunggu balasan pesan dari Chandra. Setelah mengirim lokasinya, lelaki itu hanya membaca. Tanda online pada room chat Chandra menandakan lelaki itu mungkin sudah diperjalanan menuju rumahnya.

Harap-harap cemas Seraphina menantikan kehadiran Chandra. Ditakutkan lelaki itu memandangnya perihatin karena kondisinya teramat mengenaskan. Bisa saja setelah malam ini, Chandra memilih menjauhinya.

Bunyi notifikasi pada ponselnya membuat gadis itu sadar dari lamunannya. Dibacanya pesan Chandra yang ternyata telah sampai.

Chandra XII NS5

Gue udah di depan.

Seraphina bergegas menghampiri Chandra, takut membuat lelaki itu menunggu lebih lama. Dengan gemetar tangannya meraih gagang pintu. Begitu terbuka Chandra sudah berdiri tepat dihadapannya.

Ternyata lelaki itu berniat mengetuk pintu rumah Seraphina. Tapi Sang Empu lebih dulu membukanya. Jadilah posisi mereka hanya berjarak beberapa senti. Wangi sabun mandi Seraphina bahkan menusuk indra penciuman Chandra.

Sebelum mundur Chandra menatap Seraphina seperti mesin scan. Membuat gadis itu menunduk salah tingkah. Walaupun dengan pakaian sederhana, penampilan Seraphina mampu menghipnotis Chandra.

Lelaki itu berdeham sekali menyadari ketidapsopanannya. "Lo udah siap?" Pertanyaan basa-basi untuk membuat suasana mencair.

"Iya. Tapi tunggu sebentar, ya. Gue izin sama adik-adik gue dulu," pamit Seraphina tak menunggu respon lawan bicaranya.

Lelaki itu mengikuti Seraphina tanpa dipersilahkan. Ketidaksopanan kedua yang melebur akibat rasa keingintahuannya yang tinggi. Chandra bahkan ikut mengintip pada kamar adik-adik Seraphina. Matanya menatap prihatin kondisi tempat tinggal gadis itu. Bagaimana kehidupan yang Seraphina lalui tentu tidak sebanding dengan Chandra yang seringkali menghamburkan uangnya.

"Kakak siapa?" tanya bocah lelaki itu.

"Ini kak Sera," jawab Sera menunjuk dirinya. Tak menyadari seseorang di belakangnya.

"Bukan Kak Sera, tapi cowok yang di belakang Kak Sera. Dia siapa?" Kini beralih bocah perempuan itu yang menimpali.

Seraphina terkejut melihat Chandra tepat di belakangnya dengan posisi berdiri. Tak memedulikan raut wajah Seraphina, lelaki itu memilih memperkenalkan dirinya.

"Gue Chandra. Teman baru Kak Sera," ujarnya tak mengubah gaya bicaranya.

Kedua bocah itu mengangguk paham. Seraphina kembali pada tujuan awalnya untuk meminta izin. Sebenarnya perempuan itu tidak tega meninggalkan kedua adiknya, tapi dirinya sudah lebih dulu membuat janji. Lebih tepatnya Chandra yang memaksa.

L O S T (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang