Part 16

95 4 0
                                    

Happy Reading

*
*

Satu bulan lamanya Chandra dan Seraphina menjalin kasih. Kini beritanya sudah beredar luas hingga penjuru sekolah. Gadis itu tidak lagi menjadi bahan bullyan—semuanya memandang Seraphina biasa saja—lebih tepatnya memilih tidak berurusan dengan gadis itu lagi.

"Pawangnya mengerikan," kata mereka serentak.

Hari-hari Seraphina semakin berwarna semenjak satu bulan menjadi pacar Chandra. Walaupun mereka jarang memiliki waktu bersama di luar jam sekolah, tak urung mengurangi perasaan bahagia Seraphina.

Tapi masih ada satu kedongkolan yang gadis itu tahan. Teman Chandra itu selalu membuat ulah jika mereka bertemu. Seperti sekarang, mereka bertiga tengah berada di kantin Sekolah. Sedari tadi Bian terus mengalihkan perhatian Chandra tiap kali lelaki itu ingin berbicara dengan Seraphina.

"Sebentar malam jadi 'kan, Dra?" tanya Bian dengan ekor mata melirik Seraphina.

"Lihat nanti, Yan. Gue mau anterin cewek gue dulu," tolak Chandra mengerlingkan mata ke arah Sang Kekasih.

Seraphina sontak tersipu malu mendapat perlakuan manis itu. Hatinya kembali bertabur bunga. Setiap waktu gadis itu merasa semakin mencintai Chandra. Seraphina memang lemah untuk urusan percintan. Cinta pertamanya berlabuh untuk seorang lelaki pembuat onar. Terlalu memabukkan rasanya, tiap membayangkan wajah Chandra beserta perlakuan manis lelaki itu.

"Lah, bukannya lo kerja?" tanya Bian menatap Seraphina setelah lelaki itu berdecak.

"Chandra mau antar gue pulang kerja," jawab Seraphina kembali menyeruput es teh miliknya.

"Manja banget. Nyusahin doang lo," cibir Bian.

Seraphina menunduk merasa tersinggung dengan perkataan Bian. Perempuan itu bingung membalas apa. Jujur saja, Seraphina hanya ingin seperti sepasang muda-mudi lainnya. Tidak ada niat sedikit pun untuk menyusahkan Chandra.

"Makan lagi." Chandra menyuruh Seraphina makan setelah menatap tajam Bian. Melayangkan kepalan tangan di udara, berniat membuat nyali Bian menciut.

Seraphina menggeleng sesaat. Perempuan itu beranjak dari duduknya dan berlalu menuju kelas. Meninggalkan Chandra dan Bian tanpa niatan berbalik. Semuanya dilakukan tidak lepas dari air mata yang terus menetes. Seraphina tidak ingin terlihat lemah di hadapan Chandra, terutama lelaki bermulut pedas itu—Biantara Arjuna—yang arti namanya tidak memiliki kemiripan dengan tabiatnya.

"Cewek lo ngambek. Kejar sana," ejek Bian.

"Mau lo apa sih, Yan. Kalo kayak gini caranya, mending tawaran itu gue batalin. Lo juga udah enggak pengen mobilnya 'kan?" jengah Chandra menelisik Bian. Temannya itu selalu saja membuat perkara setiap bertemu Seraphina.

Waktu Chandra hanya tersisa sebulan lebih lagi untuk menaklukan Seraphina. Berbagai bentuk gombalan sudah lelaki itu keluarkan untuk membuat Seraphina patuh di bawah kungkungannya. Terlebih gadis itu semakin sibuk belajar untuk persiapan UAS dan UN.

"Si Cupu aja yang lebay, Dra. Berasa pacar beneran aja." Bian menimpali dengan tak acuh.

"Lah, emang beneran," balas Chandra tanpa sadar menganggap Seraphina.

Bian sontak tertawa memegangi perutnya. Chandra menatapnya bingung. Menurutnya Bian terlalu aneh untuk remaja seusia mereka—tanpa sadar dirinya juga aneh karena berteman denga Bian. Jengah dengan suara Bian, lelaki itu mengambil uang dari saku celana. Meninggalkan Bian seorang diri setelah meletakkan uang di atas meja.

Chandra berniat menyusul Seraphina ke kelasnya. Lelaki itu melirik arloji sekilas. Masih ada waktu beberapa menit sebelum guru mata pelajaran masuk. Dilihatnya Seraphina tengah sibuk mencoret buku paket.

L O S T (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang