Part 18

98 2 0
                                    

Happy Reading

*
*

Seraphina tersenyum haru melihat pakaian yang ia dan kedua adiknya kenakan berasal dari Chandra. Semenjak menjalin hubungan dengan lelaki itu, Seraphina tidak perlu lagi menunggu setahun sekali untuk menambah pakaian baru. Dibandingkan menjadi pacar, Chandra lebih cocok dikatakan sebagai penyumbang kaum fakir—seperti dirinya.

Kedua adiknya terlihat bersemangat mengunjungi kediaman Chandra. Seraphina memang sudah menjelaskan bagaimana besarnya rumah lelaki itu. Adiknya yang menjadi pendengar tentu semakin berandai-andai. Tapi sebelumnya Seraphina telah menasehati untuk kedua adiknya bersikap sopan.

Ponselnya berbunyi, terpampang panggilan masuk dari Chandra. Dijawabnya cepat tidak ingin membuat si penelpon menunggu.

"Aku udah di depan. Kamu bisa ke sini? Soalnya rame banget."

"Iya. Aku tutup pintu dulu," balas Seraphina.

"Eh, tunggu. Kamu bawa buku. Hari ini kita belajar bareng di rumahku."

Perkataan Chandra barusan membuat Seraphina mengulum senyum. Lantas bergegas mengambil buku pelajaran yang akan mereka pelajari. Belajar bersama? Tentu saja menyenangkan. Terlebih di rumah kekasihnya. Membayangkan saja sudah membuat Seraphina menambah lengkungan bibirnya. Harap-harap cemas gadis itu berdoa semoga tidak ada Bian, si pengganggu nomor wahid.

"Sera?" panggil Chandra dari seberang sana, menunggu reaksi Seraphina.

"Iya, Chan. Ini aku udah di jalan," balas Seraphina. Chandra lantas menutup panggilannya ketika melihat Seraphina dan kedua bocah itu.

Selama perjalanan menuju kediaman Danadyaksa—kakek Chandra—hanya diisi suara samar-samar dari kedua adik Seraphina. Anak kembar itu tampak asyik dengan dunia mereka sendiri. Menunjuk kendaraan yang berlalu lalang. Chandra tersenyum melihat dari spion depan.

Sekelebat bayangan dirinya dan perempuan kecil seusianya kembali mendominasi. Ada perasaan merindu yang tidak bisa Chandra gambarkan. Tapi yang tersisa hanya kenangan semata. Berapa kalipun Chandra memohon, garis takdirnya memang telah dirancang seperti itu. Jadi, yang bisa Chandra lakukan adalah meratapi atau berbalik mencari kesenangan.

"Kalian udah makan?" tanya Chandra membuka suara.

"Belum, Kak Chandra." Seperempak kedua bocah itu menjawab. Seraphina menengok dengan mata memperingati kedua adiknya.

"Makan di rumah aja, ya. Oma masak banyak. Tau kalian mau datang," timpal Chandra mengelus kepala Seraphina, tidak peduli jika aksinya menjadi tontonan kedua bocah itu.

Lihat? Bagaimana baiknya lelaki itu memperlakukan Seraphina. Tentu saja gadis yang sekarang menyandang status sebagai pacarnya semakin terlena. Ditambah minimnya pengalaman Seraphina tentang dunia percintaan. Semoga semesta masih berbaik hati kepada remaja perempuan itu.

Tepat ketika mobil mereka terparkir di garasi, Seraphina langsung mendekati kedua adiknya yang semakin terperangah menatap kediaman Chandra. Perempuan itu tidak ingin dibuat malu oleh tingkah laku keduanya.

"Ingat 'kan, pesan kak Sera?" tanyanya.

"Siap. Ingat, Kak." Serentak keduanya bersuara lantang—mengikuti aparat keamanan—membuat Seraphina terkekeh.

L O S T (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang