Mira sebenarnya ingin membantu Emilia. Akan tetapi, sejak dulu Emilia memintanya untuk tidak ikut campur dalam urusan keluarganya, bahkan jika dia kalah dan akhirnya diambang kematian saat melawan Ezekiel suatu saat, Mira tak boleh membantunya. Terkecuali ketika Emilia sudah tewas, maka Mira diizinkan untuk melakukan balas dendam demi sahabatnya.
"Mengapa kau tak membantunya? Bukankah kau memiliki kekuatan yang kuat juga?" tanya Rika.
"Tidak, aku tak harus melakukannya. Ezekiel bukanlah tandingannya, aku yakin sahabatku bisa menjatuhkannya dengan mudah."
Sesaat setelah Mira berkata demikian, mereka berdua melihat Emilia terkena serangan Ezekiel yang luar biasa hebat hingga terpental ke dasar laut hingga menyebabkan pandangan mereka terhalang oleh pasir.
Beruntungnya, Mira masih bisa mengawasi pertarungan itu walau tak terlalu jelas karena di sekitar Emilia dan Ezekiel diselimuti oleh pasir. Akan tetapi, dia tak melihat Emilia kembali, melainkan Ezekiel yang berenang ke bawah dengan cepat. Saat itu juga Mira kehilangan Ezekiel dari pandangannya karena Ezekiel berenang ke bawah yang lebih banyak pasirnya.
Lagi dan lagi getaran yang sangat dahsyat membuat mereka berdua terperanjat, Mira mulai mencemaskan keadaan sahabatnya di sana yang tak kunjung terlihat.
Banyak coldlight yang menghampiri asal suara itu dan bersiap-siap dengan senjatanya. Tak lama kemudian Ezekiel keluar dari air keruh itu. Mira tertegun saat melihat Ezekiel membawa Emilia yang tak sadarkan diri dengan cara dijambak rambutnya. Tak hanya itu, wajahnya juga sangat babak belur.
"Kita menang! Aku telah membunuh siren yang telah melarangku untuk melahirkan kalian!" Ezekiel mengangkat kepala Emilia untuk membuktikannya pada para coldlight.
Melihat Ezekiel seperti itu, lantas para coldlight yang ada di sana bersorak pertanda bangga memiliki pemimpin yang sangat tegas seperti Ezekiel ini.
Di sisi lain, hati Mira hancur berkeping-keping, dia tak menyangka akan kehilangan sahabat terbaiknya dengan cara yang seperti ini.
"Aku turut berduka, Mira, tapi sepertinya kita harus segera pergi dari sini sebelum mereka mengetahui keberadaan kita," ujar Rika.
"Tidak, kita tak akan kembali. Kita jangan menyia-nyiakan pengorbanannya. Dia dulu sangat membenci Clara karena selalu melawannya sampai dia sadar bahwa dialah yang bersalah. Hingga sampai saat ini aku tak menyangka dia akan mengorbankan nyawanya hanya demi Clara," tutur Mira.
"Tidak, kau salah. Dia berkorban untuk Salacia, bukan untuk Clara," timpal Rika.
"Sama saja, kita masuk ke sini karena untuk mencari Clara, bukan Ezekiel. Seandainya dia tak peduli pada Clara, mungkin nasibnya tak akan seperti ini."
"Apa maksudmu?" tanya Rika yang mulai curiga pada Mira seperti hendak menyalahkan Clara.
"Maksudku pasti Clara memiliki sesuatu yang tak Emilia miliki, itulah kenapa dia sampai mau kembali bergabung bersama kami dan mencari Clara sejauh ini."
Mira merasa sangat geram pada Ezekiel yang merasa sangat bangga membunuh Emilia dan terus menerus menunjukkannya pada para coldlight. Saat itu juga dia melihat sebuah gua yang tak jauh di belakang Ezekiel, tidak lain dan tidak bukan itu adalah gua yang dimana Clara masuk ke dalamnya.
"Apa kau melihat gua di belakangnya?" tanya Mira.
"Ya, memangnya kenapa?"
"Aku melihat mulut gua itu dilapisi sihir, aku yakin Clara ada di sana."
"Tapi bagaimana cara kita melewati mereka. Kita tak mungkin melawannya."
"Kita tak akan melawannya, aku memiliki ide yang cukup bagus," balas Mira.
***
Mereka berdua menunggu sampai Ezekiel dan para coldlight pergi. Setelah semuanya kembali tenang seperti semula, mereka melihat coldlight wanita yang sepertinya paling muda di antara yang lainnya, dia hendak masuk ke rumah yang dijadikan tempat persembunyian oleh Mira dan Rika.
Wanita itu membuka pintu dan penerangan di dalamnya mati yang menyebabkannya hendak kembali menggunakan sihirnya untuk menerangi rumah kecilnya.
Rumah tersebut memiliki pencahayaan yang cukup ketika dia menggunakan sihirnya hanya untuk penerangan. Namun, dia terperanjat saat melihat Rika ada di hadapannya. Dia memutar badannya hendak keluar. Akan tetapi, Mira sudah menjaga pintunya agar dia tak bisa keluar.
"Jangan berteriak, jangan berisik, dan jangan mengirim sinyal bantuan apapun." Mira mengubah satu lengannya menjadi es dan ujung lengannya sangat tajam, dia melakukannya hanya untuk mengancam wanita coldlight itu.
Tubuh wanita coldlight itu bergetar terlihat seperti baru pertama kalinya dia diancam seperti ini.
"Kumohon ... biarkan aku pergi, aku tak ada hubungannya dengan semua ini. Aku hanya habis berbelanja saja dan langsung kembali ke sini."
"Siapa namamu?" tanya Mira.
"A-aku Flo."
"Baiklah, Flo, apa yang kau tahu soal Ezekiel?"
"Ezekiel? Dia pemimpin kami, para coldlight, dan dia sering bercerita padaku bahwa dia sangat ingin bertemu kembali dengan siren setelah ribuan tahun lalu dia memisahkan dirinya, dia juga mengatakan bahwa dia sangat mencintai kaum siren," tutur Flo.
"Kau percaya padanya?"
"Ya, tentu saja aku percaya."
"Sayangnya kau telah percaya pada orang yang salah, kau hanya dibodohi saja olehnya."
"Kenapa? Jika kau tak percaya, silakan tunjukkan dirimu pada Ezekiel, dia akan menyambutmu."
"Bagaimana jika kau melihat ini?" Mira menggunakan telekinesis untuk mendorong wanita itu ke arah jendela dan melihat Ezekiel memegang jasad Emilia dengan cara yang tidak lazim.
Mata Flo berkaca-kaca saat melihat hal itu, dia sangat terkejut sampai tak bisa berkata-kata.
"Bagaimana? Kau masih percaya pada pemimpinmu yang ternyata adalah pembunuh kaum siren?"
"A-aku pikir dia melindunginya," balas Flo.
"Apa maksudmu?" tanya Mira.
"Dia melindunginya dari serangan penjaga, tapi tunggu!" Flo berusaha fokus terhadap apa yang dilihatnya. "Siren ini berbeda, ini bukan siren yang terjatuh di pasar."
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)
Fantasy[Adventure, Fantasy] {Sequel Kutukan Siren} { Update Setiap Hari! Support Dengan Vote Untuk Membuat Author Semangat} 50 tahun telah berlalu, Clara sudah bisa merelakan kepergian Rita, ibunya. Namun, kematiannya meninggalkan teka-teki yang membuat Cl...