Chapter 16 - Bahaya

67 14 0
                                    

Ezekiel melepas kembali sihirnya, mengurungkan niatnya untuk menyerang Clara hanya ingin mengujinya saja, dia pikir hal itu hanya akan membuang waktunya saja.

"Jadi, kau Poseidon sekarang?" Ezekiel berbalik.

"Ya, itulah kenapa aku tak bisa menuruti kata-katamu untuk diam beberapa hari, aku harus membenahi kaumku terlebih dahulu."

"Dimana mereka?"

Mendengar pertanyaan itu, Clara tak ingin dirinya terkecoh, dia berpikir Ezekiel pasti akan berusaha mencari tahu tempat tinggalnya dan menyerangnya.

"Atlantis, mereka ada di Atlantis," jawab Clara berbohong.

"Oh, Atlantis. Jadi, kau sudah merebut tahta Poseidon dari Emilia setelah dia memimpin kaum siren selama ribuan tahun?"

"Aku tidak merebut tahtanya, dia sendiri yang mengatakan bahwa aku adalah Poseidon."

"Tcih, hanya seperti itu saja kau sudah mengakui sebagai Poseidon. Berapa manusia yang sudah kau kutuk menjadi siren?"

Clara mulai merasa kesal, Ezekiel hanya mengulur waktu saja, dia pun sengaja berbohong untuk mempercepat pembicaraannya dengan pria itu.

"Pembohong! Aku tahu kau hanya mengutuk dua orang saja selama 70 tahun menjadi siren. Kenapa mereka setuju kau jadi pemimpin, ya? Padahal kau lemah sekali, bahkan untuk mengutuk manusia saja tidak bisa."

"Aku tidak lemah! Aku hanya tak ingin mengusik kehidupan mereka saja karena sejatinya aku pernah menjadi manusia seperti mereka."

"Lalu apa? Kau senang dengan kehidupanmu sebagai manusia? Aku sudah banyak mengenal siren yang awalnya manusia biasa, mereka justru ingin membalaskan dendam kepada manusia lainnya dengan cara merenggut kehidupan mereka dan menjadikannya siren."

"Kalau begitu mereka adalah ORANG BODOH! Mereka hanya dibutakan oleh dendam sampai mencuri kebahagiaan orang lain. Tak semua manusia saling menyakiti satu sama lain, mereka hanya berlebihan saja."

Ezekiel tertawa mendengar penuturan Clara. "Berlebihan kau bilang? Siren seperti kau memang tak cocok untuk menjadi pemimpin, kau hanya akan membuat populasi siren berkurang saja."

Perdebatan mereka berlangsung tanpa hentinya, bahkan Ezekiel yang hendak pergi saja selalu dipancing emosinya oleh Clara agar tak meninggalkannya karena dia yakin Ezekiel akan memasang sihir agar Clara tak bisa keluar.

Di tengah perdebatan mereka terdengar gemuruh seperti gua yang mau roboh. Lantas mereka terdiam, Ezekiel beranjak dari sana untuk melihat ke mulut gua apa yang sedang terjadi. Ternyata beberapa coldlight menyerang gua yang sudah dilapisi mantra pelindung oleh Ezekiel. Para coldlight itu menyerang karena tak bisa masuk ke gua, andai kata Ezekiel tak memasang pelindung di mulut gua, sudah dapat dipastikan para coldlight itu akan menyergap mereka.

"Shit!" umpat Ezekiel yang kemudian kembali menemui Clara.

"Ada apa di sana?" tanya Clara.

"Sekelompok coldlight menyerang gua ini, untung saja aku sudah memasang pelindung. Mereka memburumu, Clara."

"Kalau begitu aku akan menghadapi mereka."

"Tidak semudah itu, kekuatan mereka jauh diatasmu. Bahkan Emilia dengan Alter Egonya saja kesulitan melawan sekelompok coldlight dua puluh ribu tahun lalu ketika siren dan coldlight mulai memutuskan hubungannya sebagai teman."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Keluar dari sini, gua ini menuju laut lepas. Kau tinggal mencari tempat aman setelah keluar dari sini."

Walaupun Ezekiel sudah menyuruhnya keluar, tapi Clara tetap tak ingin pergi kemana pun selain ke kota yang dimana kaumnya tinggal saat ini. Dia pun hendak menghampiri Ezekiel ke mulut gua. Akan tetapi, dia menabrak medan magnet yang Ezekiel pasang di hadapannya agar dia tak bisa pergi kemana pun selain ke belakang.

"Ezekiel! Lepaskan mantramu!" tegas Clara.

"Clara, dengarkan aku! Ini untuk kedua kalinya aku harus bertarung dengan kaumku sendiri hanya demi menyelamatkan satu siren saja. Jangan sia-siakan bantuan dariku." Ezekiel beranjak dari sana.

"Tunggu! Aku tak membutuhkan bantuanmu!" Sayang sekali, Ezekiel tak kembali menemuinya. Jalan satu-satunya hanyalah ke belakang, mau tak mau dia harus pergi dari sana dengan menggunakan sihir sebagai penerang jalannya.

***

"Ah, kenapa perasaanku tiba-tiba saja tidak enak seperti ini?" tanya George pada diri sendiri yang berada di kamarnya.

Saat itu juga dia mengingat kejadian sebelumnya yang dimana dia marah-marah terhadap Clara. Dia mulai menyesalinya dan ingin meminta maaf pada Clara.

Dia datang ke tempat Clara tinggal, tapi dia tak melihat tanda-tanda adanya Clara di sana. Dia mulai mencari Clara dan menanyakan pada beberapa siren yang belum tidur. Akan tetapi, tak seorang pun melihat Clara kembali ke kota.

"Sial!" George baru ingat dia keluar seorang diri dari lubang kecil yang Clara membawanya masuk. Dia berpikir Clara masih di dalam sana, lantas dia bergegas kembali ke lubang.

George dibuat terkejut dengan lubang yang sudah menghilang, padahal dia sudah yakin tempatnya memang di situ.

"Tidak, tidak, tidak. Ini mustahil." George meraba-raba batu yang ada di hadapannya. "Kemana lubang itu, aku yakin tadi ada di sini," lanjutnya.

Melihat kejanggalan dalam hal ini, dia teringat untuk meminta bantuan si kembar. Dia bergegas menghampiri mereka bertiga.

Sesampainya di sana, Kinar, Karin, dan Karen terkejut dengan berita yang dibawakan George mengenai hilangnya Clara di tempat yang tak diketahui siapapun. George pun memutuskan membawa si kembar ke tempat yang dimana lubang itu berada.

"Clara meyakinkanku bahwa dia melihat kehidupan makhluk lain selain siren di balik sini, tapi saat aku masuk ke sana aku hanya melihat jamur besar yang sudah busuk dan tak ada apapun di sana. Dia juga mengatakan bahwa Rick diculik, tapi aku tak percaya setelah aku melihat tak ada siapa-siapa di tempat yang dia maksud. Aku keluar dari sini tanpa memperhatikannya dan aku baru menyadarinya ketika keluar dari sini bahwa Clara tak bersamaku," tutur George.

"Tunggu! Kau mengatakan jamur besar yang sudah busuk?" tanya Karen.

"Ya, kenapa? Apakah itu kata kunci yang cukup penting?"

"Yap, itu kata kunci yang sangat penting. Aku tahu siapa orang yang tahu mengena jamur itu." Karen beranjak dari sana hendak membawa siren yang tahu mengenai topik yang George bahas.

Tak berapa lama kemudian, Karen kembali dengan membawa Emilia dan juga Mira. George terperanjat melihatnya, ternyata memang si kembar yang menyembunyikan mereka berdua di penjara.

"Setelah kalian mengurung kami, sekarang kalian meminta bantuan kami? Konyol sekali," kata Mira.

"Kumohon! Clara dan Rick dalam bahaya," timpal George.

"Kau tahu, kami tak ak—" ucapan Emilia terhenti seketika yang membuat semuanya bingung.

"Emilia, ada apa?"

"Energi ini ... Ezekiel."

To Be Continued

Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang