"Wah, wah ... Kalian tidak tahu cara berterima kasih padaku, ya," kata Clara.
"Jauhilah adikku dan kita lupakan masalah ini," balas Kinar.
"Jadi begitu? Kalian sudah berani melawanku hanya karena kalian tahu kalau sebagian energiku ada pada temanku, Rika. Baiklah, aku akan melayani kalian."
Melihat Clara yang hendak menyerang, George langsung menghalangi Kinar dan Karin, lalu meminta Clara untuk tidak menyerangnya.
Tak semudah itu untuk meredam emosi Clara, dia sudah sangat muak dengan si kembar yang kini menjadi sombong. Lantas dia meminta dengan halus pada George untuk menghindar dan jangan mencampuri urusannya.
"Sudah cukup, Clara, kumohon! Kau seorang pemimpin di sini, jika saja para warga lainnya melihat kau seperti ini, mereka tak akan percaya padamu lagi," tutur George.
Apa yang dikatakan George ada benarnya, jika Clara berperang bersama Kinar dan Karin, hal itu akan menyebabkan para warga terbangun dan melihat sifat asli Clara.
Memikirkan konsekuensinya untuk menyerang, Clara menguburkan niatnya dalam-dalam. Dia pun memberi kesempatan pada si kembar dan memperingatkan untuk tidak berusaha mengambil alih kedudukannya.
"Tunggu, apa maksudmu mengambil alih kedudukanmu?" tanya Kinar.
"Tanya saja pada adikmu!" Clara beranjak pergi dari sana dan mengajak George.
Berada di dalam rumahnya, Clara menceritakan apa yang dia dan Rick lihat, bahkan saat ini Rick sedang ditangkap oleh makhluk yang masih belum diketahui namanya.
George yang mendengar Rick ditangkap oleh makhluk asing lantas terperanjat dan menanyakan dimanakah tempat makhluk yang Clara maksud.
Clara pun kembali membawa George ke tempat dimana George membantunya keluar dari lubang kecil.
"Kau yakin di sana tempatnya?" tanya George.
"Sangat yakin, lihat saja sendiri!"
"Tapi lubang itu terlalu sempit. Mustahil ada kehidupan di dalam sana."
"Sama halnya seperti Telford, lubang besar yang menjadi pintu masuk Atlantis. Pertama kali aku masuk ke sana aku bahkan tak menyangka akan ada kehidupan siren karena aku menempuh perjalanan yang cukup panjang di lubang itu, hanya saja perjalananku lebih cepat karena arus yang cukup kencang di sana."
"Tapi ini bukan Telford, lubang ini lebih kecil, Clara."
"Arghh ... Ayolah! Kenapa kau sebodoh ini? Aku bukan menyamakan dengan bentuknya, tapi dengan sesuatu yang tidak kita sangka. Seperti Telford mengarah ke Atlantis dan ada kehidupan di sana, sekarang aku dan Rick menemui lubang ini dan mengarah ke suatu tempat yang terdapat kehidupan beberapa makhluk aneh."
Kali ini George mengerti dengan penjelasan Clara walau Clara sendiri harus menjelaskannya berulang kali agar dia paham.
Sebelumnya dia ragu untuk memercayai Clara, tapi dia yakin bahwa Clara tidak akan pernah berbohong atas apa yang dikatakannya. Dia pun memutuskan untuk masuk ke sana dengan syarat Clara harus mengikutinya. Dengan keinginan George yang sangat ringan, tentu saja gadis cantik itu menerimanya.
"Lihat? Tidak ada apa-apa di sana," kata George setelah keluar dari sana.
Clara memastikan matanya tidak ada yang salah, dia menguceknya dan kembali melihatnya, tak ada apapun di sana selain jamur raksasa yang sudah busuk.
"George, percayalah padaku. Aku tak berbohong padamu, aku melihat jamur-jamur ini bukan jamur busuk, tapi mereka seperti menjadikan jamur ini rumah," tutur Clara untuk meyakinkan George.
"Cukup, Clara. Setelah kau ditangkap oleh manusia, kau rela membagi energimu pada manusia itu."
"Apa maksudmu? Itu tak ada hubungannya dengan ini."
George menatap mata Clara dengan tajam. "Tak ada hubungannya kau bilang? Apa kau melupakan apa yang telah kau perbuat pada si kembar? Aku tak pernah melihatmu marah sampai menyerang mereka sejak aku menjadi siren. Tapi kali ini kau sangat pemarah dan tak ragu untuk menghabisi siren yang menurutmu bersalah."
"Itu berbeda, George. Kita tak membahasnya di sini."
"Tak ada yang berbeda, kau pasti sudah diberdaya oleh manusia itu untuk memecah belah kaum siren dengan perlahan." George beranjak dari sana setelah berkata demikian.
"Apa? Tidak, tunggu!" Sangat disayangkan, kini George kehilangan rasa percayanya pada Clara.
Clara tak tahu apa yang harus dia lakukan, dia saja tak menyangka pemandangan sebelumnya akan berubah begitu saja.
"Seharusnya aku tidak menceritakannya pada siapapun," gumam Clara sembari menunduk dengan rasa penuh penyesalan.
"Máš pravdu, ostatným sirénam by si nemal nič povedať." Suara lelaki terdengar dari belakangnya.
Clara mengangkat kepalanya terkejut mendengar suara itu, dia bersiap menyerangnya menggunakan sihir.
Dia berbalik dengan tiba-tiba dan mengarahkan tangannya pada makhluk itu, tapi tak ada serangan yang keluar.
"What the fuck?" umpatnya.
"Prečo? Nemôžeš na mňa zaútočiť?"
"Apa? Aku tak mengerti bahasamu."
Pria itu mirip sekali dengan siren, yang membedakan hanya saja dia memiliki kulit berwarna biru dan rupa yang lebih menyeramkan dari Dark Siren. Dari pinggang sampai sikut pun memiliki selaput, ini adalah makhluk paling aneh yang pernah Clara temui.
"Aku tak peduli apa yang kau katakan, sekarang tunjukkan dimana temanku? Siren pria berkulit coklat yang kalian tangkap."
Pria itu kembali berbicara dengan bahasanya yang sama sekali tak Clara pahami. Dia pun mulai merasa bosan dan hendak menyerangnya lagi. Akan tetapi, lagi dan lagi serangannya tak muncul.
"Ada apa ini? Kenapa aku tak bisa menyerangnya?" gumamnya sembari melihat kedua tangannya.
"Seberapa keras kau mencoba, sihirmu tetap tak akan bekerja di sini." Lagi lagi terdengar suara asing di telinganya, kali ini seorang wanita.
Clara menengoknya dan melihat makhluk wanita yang sangat menyeramkan sembari membawa sebuah trisula. Uniknya hanya kedua telapak kaki wanita ini saja yang menjadi ekornya. Tak hanya itu, wanita itu memiliki ekor tambahan di belakangnya.
(Ilustrasi yg Clara lihat)
"Ya ... Tuhan ... Makhluk macam apa kalian ini?" Clara spontan bertanya seperti itu.
"Kami adalah Coldlight, penguasa lautan," balas si wanita.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)
Fantastik[Adventure, Fantasy] {Sequel Kutukan Siren} { Update Setiap Hari! Support Dengan Vote Untuk Membuat Author Semangat} 50 tahun telah berlalu, Clara sudah bisa merelakan kepergian Rita, ibunya. Namun, kematiannya meninggalkan teka-teki yang membuat Cl...