Suasana saat itu masih ricuh, Sena dan kawan-kawannya berusaha mengurus apa yang telah terjadi. Awalnya memang berat bagi mereka atas permintaan Ronald untuk membantu penyelamatan Rika yang menjadi siren. Akan tetapi, Sena melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa tak semua siren berperilaku sama, lantas dia pun mengajak teman-temannya untuk membantu Ronald dan Ryan.
"Dimana nenek?" tanya Chelsea yang menghampiri putranya. "Jawab aku, dimana nenekmu?!" tegasnya.
Ryan pun mengatakan pada ibunya bahwa Rika akan hidup bersama siren lainnya. Mendengar itu lantas Chelsea memarahi Ryan karena Chelsea merasa bahwa yang dilakukan putranya itu salah.
Usia Rika yang sudah sangat tua akan mudah disakiti oleh kaum siren, dia tak akan bisa melawan jika ada siren atau bahkan manusia yang memburunya, itulah apa yang Chelsea pikirkan.
"Lebih berbahaya jika dia tetap di sini karena akan banyak orang yang dendam atas apa yang kami perbuat," balas Ryan.
"Lalu kenapa kalian membunuh John? Bukankah kalian bisa memberi tahunya secara baik-baik? Kau melakukan kesalahan besar di sini, Ryan."
"Aku terpaksa, tak ada pilihan lain lagi, aku tak ingin melihat nenek mati oleh sahabatku sendiri di hadapanku."
Zack berlari menghampiri mereka bahwa situasi semakin memanas karena para warga sudah berani menyerang Sena dan kawan-kawannya, untung saja mereka sudah mengikat pekerja Siren Hunter lainnya sehingga tugas mereka kini hanya satu, menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin. Akan tetapi, para warga tetap tak terima karena telah menyia-nyiakan siren yang telah ditangkap itu.
"Cukup! Cukup! Dengarkan aku!" tegas Ryan memecah perdebatan dan berdiri di tengah sembari menghadap warga. Seketika para warga pun terdiam sejenak saat melihat Ryan.
"Siren itu adalah nenekku, tapi sebelumnya dia bukanlah siren. Siren yang sebelumnya ditangkap oleh kami terlihat lebih muda dari nenekku, dia memindahkan kutukannya pada nenekku untuk kabur dari sini. Jadi, kumohon ..."
"Kami tidak mempermasalahkan nenekmu! Tapi dia telah membunuh John!!" timpal seorang pria sembari menunjuk Ronald dengan kasar.
"Tak ada jalan lain lagi, John sangat membenci siren dan selalu ingin membunuhnya. Bahkan jika putranya menjadi siren saja, aku yakin dia akan membunuhnya."
"JANGAN BAWA NAMAKU!" tegas Mike yang masih berada di hadapan jasad ayahnya. "Dia tak akan pernah melakukan apa yang telah kau katakan, dia hanya membenci siren liar di luaran sana yang berusaha membunuh manusia."
"Tidak semua siren adalah pembunuh, siren yang ayahmu tangkap itu adalah siren yang menyelamatkanku dan beberapa warga di sini. Jadi, jangan samakan semua siren dengan monster laut yang telah menyerang kita," tutur Sena.
"Lalu jangan samakan ayahku dengan para pembunuh yang kalian kira! Kalian pembunuh yang sebenarnya!" timpal Mike yang sudah terlarut dalam emosinya melihat ayahnya yang tewas dengam cara seperti itu.
***
Di sisi lain, Emilia dan Mira telah kembali. Namun, kali ini mereka menyelamatkan nyawa Clara dari serangan Thalassa.
Beberapa menit menunggu dan mengobrol, Rick kembali menghampiri Clara, kondisinya kini terlihat terluka.
"Mira? Emilia?"
"Halo, Rick!" sapa Mira.
"Baiklah, Rick sudah di sini. Aku ingin mengunjungi Atlantis setelah 70 tahun tak melihatnya," ujar Emilia.
"Tak ada Atlantis lagi," cetus Rick.
Clara, Mira, dan Emilia terperanjat. Mereka langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di Atlantis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)
Fantasy[Adventure, Fantasy] {Sequel Kutukan Siren} { Update Setiap Hari! Support Dengan Vote Untuk Membuat Author Semangat} 50 tahun telah berlalu, Clara sudah bisa merelakan kepergian Rita, ibunya. Namun, kematiannya meninggalkan teka-teki yang membuat Cl...