Chapter 25 - Energi Gelap

62 12 0
                                    

Karen terheran-heran dengan Karin yang berada di hadapannya yang memiliki energi pekat sembari menjawab pertanyaan itu dengan menyeramkan.

"Kau bukanlah kakakku. Kakakku sedang bertarung melawan Ezekiel di sana, enyahlah kau dari sini!" tegas Karen.

"Apa kau bisa sopan sedikit pada orang yang telah menyelamatkanmu? Jika aku tak menolongmu, sudah dapat dipastikan kau akan tewas," balas Karin.

Karen sudah merasa geram dengan kembaran Karin yang muncul secara tiba-tiba, dia pun memutuskan untuk tak menggubrisnya lagi.

Dia mengalihkan pandangannya pada Karin yang mati-matian berjuang melawan Ezekiel yang sudah jelas kekuatannya tak sepadan, dia kembali menjalankan tugasnya sebagai siren medis, dia memulihkan kembali Karin yang terluka. Akan tetapi, perlawanan kali ini lebih sulit karena Ezekiel yang bertambah kuat dan juga Karin yang terlihat kelelahan karena energi yang sudah terkuras.

"Hey! Bantu dia! Apa kau hanya menonton saja dan membiarkan kakakku bertarung seorang diri?!" tegas Karen sembari menatap ke arah kembaran Karin.

"Aku tidak ditugaskan untuk membantunya, melainkan untuk menjagamu," balasnya.

"Aku tidak membutuhkan penjaga, kau sudah menghabisi para coldlight. Jadi, apa yang kau tunggu lagi?"

"Aku menunggunya tewas."

Karen tertegun mendengarnya, kini dia mulai berasumsi bahwa yang menjadi kembaran Karin itu merupakan energi gelap yang selama ini berdiam di dalam tubuh kakaknya itu.

Dia meninggalkan kembaran Karin dan menghampiri Karin yang asli di medan pertempuran.

"Karin, sudahi saja ini, kita harus segera pergi dari sini. Kau sudah terlalu lelah," ujar Karen. Dia tak ingin kehilangan kakaknya dengan cara seperti ini, walaupun tewas cara ini terbilang mulia, tapi tetap saja dia belum siap untuk kehilangan Karin.

"Apa-apaan kau ini? Kenapa kau tidak pulihkan saja aku di tempat persembunyianku?" tanya Karin. Matanya masih berwarna merah dan memancarkan cahaya energi berwarna merah juga.

Karin kembali mengalihkan pandangannya pada Ezekiel, terlihat Ezekiel hendak menyerangnya. Lantas dia mengarahkan telapak tangannya pada Ezekiel.

"Vinculum," gumamnya.

Tiba-tiba Ezekiel terhenti karena terdapat energi berwarna merah dengan bentuk lingkaran menyerupai kurungan. Saat Karin mengepalkan telapak tangannya, kurungan yang tadinya besar langsung menyusut dan menekan Ezekiel. Akan tetapi, tangannya bergetar akibat perlawanan dari Ezekiel.

"Karen, aku tak memiliki banyak waktu. Pergilah dari sini dan kembalilah ke kota," kata Karin.

"Apa?! Tidak, aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku lebih baik mati bersamamu dari pada harus meninggalkanmu," balas Karen.

"Tak ada waktu lagi untuk drama!! Jika kau tak bisa membantu sebaiknya pergi dari sini!"

Karen terperanjat, dia sama sekali tak menyangka kakaknya akan mengatakan itu. Akan tetapi, perkataan seperti itu tak akan pernah membuat dirinya untuk meninggalkan Karin, dia tetap nekad untuk tetap bersama kakaknya itu.

"Ah! Terserah kau saja," kata Karin.

Sesaat setelah Karin berkata seperti itu, dia juga sudah tak sanggup menahan Ezekiel dan pada akhirnya Ezekiel pun terbebas dari kurungan itu. Perlahan pria itu berenang menghampiri mereka berdua.

"Ah ... kita akan mati sekarang," cetus Karin.

"Karin, kumohon, lakukan sesuatu!"

"Sudah kukatakan kau sebaiknya pergi dari sini, kau belum siap untuk tewas."

"Arrgh! Ayolah, Karen! Berpikirlah!" Karen mengepalkan tangannya memaksa isi kepalanya yang kosong untuk berpikir mencari jalan keluar.

JLEB!

Karen tertegun, dia tak bisa berkata-kata lagi saat melihat melalui ekor matanya Karin ditusuk dari belakang.

Perlahan dia melihat ke samping untuk memastikan apa yang dilihatnya tidaklah salah, tapi dalam hatinya dia berharap apa yang dilihatnya itu salah.

Tak ada yang salah dengan pandangan Karen, dia melihat jelas Ezekiel yang tiba-tiba berada di belakang Karin hanya untuk menusuknya. Kemudian kembali ke hadapan mereka berdua hanya dengan satu kedipan mata saja.

Karin tak bisa lagi menahan tubuhnya, perlahan dia hendak jatuh ke dasar laut. Karen bergegas memeganginya agar Karin tak kesakitan saat menyentuh dasar laut.

"Karen ... maafkan aku, aku ... tak seharusnya ... melakukan itu," lirih Karin.

"Aku paham, kau melakukannya karena terpaksa untuk menyelamatkanku. Maafkan aku, aku yang telah membuatmu seperti ini." Air mata mulai keluar dan menjadi butiran mutiara.

"Ssstt ... kau tak harus menangis, Karen. Kau siren paling hebat yang pernah kukenal, kau tak harus menangis. Aku hanya berpesan padamu, jika kau menjumpai kembaranku, tolong bunuh saja dia. Dia memiliki niat sangat licik," tutur Karen.

Gadis itu sudah tak bisa menahannya lagi akibat luka tusuk yang dia peroleh. Karen sudah berusaha menyembuhkannya, tapi tak bisa disembuhkan, entah pedang macam apa yang Ezekiel gunakan sehingga sihir Karen tak mampu untuk menyembuhkan kakaknya.

Karin pun mengembuskan nafas terakhirnya dan menutup mata untuk selamanya.

"Well, well ... Drama yang cukup menyedihkan," kata Ezekiel yang belum menyerang lagi untuk menyaksikan kematian Karin.

"Kau," gumam Karen. Dia mengepalkan kedua tangannya dan memasang raut yang terlihat sangat kesal.

***

"Hey, guys! Apa kalian merasakannya?" tanya Mira kepada teman-temannya yang sudah kembali berkumpul dan masih belum berhasil menemukan Clara.

"Ya, aku merasakannya. Energi ini ...? Shit! Karen!" Kinar langsung beranjak dari sana untuk menghampiri kedua adiknya yang sedang berhadapan dengan Ezekiel.

To Be Continued

Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang