Chapter 22 - Song 🎶

76 12 0
                                    

"Kenapa? Kau terkejut, Ezekiel?" tanya Neptunus.

Ezekiel tak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa diam dan pasrah dengan apa yang akan Neptunus lakukan selanjutnya.

"Aku benar-benar tak menyangka, kau adalah sahabatku sendiri dan kau yang mengendalikan monster laut untuk menyerangku. Aku bukan takut, hanya saja aku tak ingin membunuh mereka yang sebenarnya tak bersalah, tapi semuanya sudah terlanjur, saat itu aku membunuh mereka karena terpaksa mereka telah mengancam istriku," tutur Neptunus.

Di momen itu Ezekiel masih tertunduk dan tak berani berani membalikkan badannya untuk menatap Neptunus.

"Kau tahu apa yang membuatku terkejut? Aku melihat sihirmu pada salah satu monster yang aku tangkap sebelum membunuhnya."

Ezekiel memberanikan diri untuk berbalik dan mengatakan yang sejujurnya bahwa dia memang ingin membunuh Neptunus karena sejak dulu Neptunus selalu saja tak ingin memperbanyak kaum siren.

Neptunus dan Salacia menganggap itu hanyalah hal sepele. Akan tetapi, bagi Ezekiel itu bukanlah sepele karena dia berpikir andai saja Atlantis ada yang menyerang dan hancur, maka tak ada generasi lain yang melanjutkan kaum siren.

Bertolak belakang dengan Neptunus, dia justru menganggap tak akan ada yang bisa menyerang Sang Dewa Laut karena tidak ada satu siren pun yang memiliki kekuatan setara dengannya.

Setelah mendengar kejujuran Ezekiel. Neptunus tak terlihat marah, bahkan dia hanya tersenyum saja.

"Terima kasih karena telah mengatakan yang sejujurnya, Sahabatku, tapi karena kau telah membahayakan nyawa istriku. Sebaiknya kau pergi dari Atlantis," tutur Neptunus.

Ezekiel tak terkejut mendengar hal itu karena dia sudah yakin bahwa dirinya akan diusir dari sana akibat tindakannya di masa lalu. Namun, dia tak diusir secara kasar oleh Neptunus, tapi dia masih dikeluarkan dengan hormat dari Atlantis.

Melihat kebaikan Neptunus padanya yang sama sekali tak menghakimi, terdapat rasa penyesalah di hati Ezekiel. Akan tetapi, dia terlalu gengsi untuk meminta maaf, lagi pula dia tak sepenuhnya menganggap dirinya salah.

***

Ezekiel angkat kaki dari Atlantis. Sedangkan, Salacia mengungkapkan rasa bangganya pada putri angkatnya, Emilia, karena telah berakting menjadi tahanan dengan baik.

"Kau bangga dengan putri kita, kan?" Salacia menatap suaminya.

"Dia bukan putri kita," cetus Neptunus yang kemudian pergi ke ruangannya.

Perkataan Neptunus yang seperti itu membuat Emilia sakit hati, tapi dia masih berusaha berpikir positif mungkin saja Neptunus belum mengakuinya sebagai anak karena Emilia baru diangkat menjadi putrinya sejak dua puluh tahun lalu.

"Lupakan saja ucapannya, ya. Ayahmu mungkin sedang kesal karena Ezekiel telah menghianatinya." Salacia mencoba membuat Emilia agar tak sakit hati.

Sebelumnya Emilia memang berusaha berpikir positif, tapi entah kenapa seperti ada sesuatu di dalam dirinya yang mengganggu.

"Tidak, aku sudah bosan hidup seperti ini terus, Bu." Kedua matanya berubah warna menjadi hitam sepenuhnya.

"Kenapa kau berkata seperti itu?" tanya Salacia sembari menatap Emilia yang ada di sampingnya.

"Karena aku tak ingin kita punah," balasnya sembari menatap balik Salacia.

Salacia terperanjat mengetahui mata Emilia yang berubah warna menjadi hitam. Tak hanya itu, dia juga merasakan perubahan energi dalam diri putrinya.

"Ada apa denganmu, Em?"

Menghiraukan pertanyaan Salacia. Emilia beranjak dari sana hendak meninggalkan Atlantis.

"Emilia, tunggu!" Salacia mengarahkan telapak tangannya pada Emilia dan mengeluarkan rantai dari telapak tangannya untuk menarik Emili kembali. Akan tetapi, sebelum rantai itu mengenai ekor Emilia, justru Emilia berbalik dan menggunakan sihirnya untuk memusnahkan rantai itu hingga membuat Salacia terhempas.

Melihat perlakuan kasar Emilia terhadap Sang Ratu, lantas para prajurit pun menyerang Emilia. Namun, kali ini Emilia benar-benar tidak segan menghabisi prajurit-prajurit di sana dan langsung keluar dari Atlantis.

Di sisi lain, Neptunus yang mendengar keributan di luar lantas bergegas beranjak dari ruangannya dan menghampiri istrinya.

Betapa terkejutnya saat dia menemui Salacia ada di lantai dengan keadaan lemah tak berdaya.

"Sayang, apa yang terjadi di sini?" tanya Neptunus.

"Emilia ... dia pergi ..." lirih Salacia.

Neptunus memegang tangan istrinya itu untuk melihat ingatannya. Dia terperanjat saat melihat ternyata Emilia menyerangnya dengan racun.

"Apa kau sudah coba menyembuhkan dirimu?"

"Aku sudah mencobanya, aku hanya bisa menahannya, tapi tidak menyembuhkan."

***

Emilia sedang berenang bebas di laut lepas, entah apa yang dia cari.

Dia berenang kesana-kemari dan seperti kebingungan karena tak menemukan apa yang dicarinya. Namun, setelah melihat sebuah kapal di atas permukaan, dia berenang ke atas sana menghampiri kapal tersebut.

Dia mengelilingi perahu tersebut seakan mencari perhatian para nelayan di kapal itu, dia mulai bersenandung dan menyanyikan sebuah lagu untuk memikat hati para nelayan di sana.

To Be Continued

Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang