Chapter 29 - Pilihan

62 9 0
                                    

"Clara, jujur saja aku tak tahu siapa dia," kata Rick.

"Kau bohong, aku melihatmu mengobrol dengannya. Apa sebenarnya yang kau sembunyikan?"

Setelah berkata demikian, gadis itu pergi dari sana untuk menemui Rika yang sudah ada di rumahnya, dia ingin memastikan keadaannya baik-baik saja.

Terlihat Rika sedang merebahkan tubuhnya di tempat tidur yang beralaskan rumput laut dan dedaunan.

"Hey, kau baik-baik saja?" tanya Clara.

Rika mengangkat tubuhnya dan menghadap ke arah Clara yang baru saja masuk.

"Ah, ya, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Tidak apa-apa, aku hanya merasa sedikit sakit di bagian lenganku."

"Biarkan aku memeriksanya."

Clara duduk di samping Rika dan memperlihatkan lengannya yang dirasa sakit.

Rika melihat banyak memar di punggung Clara dan di tangannya, ternyata selama ini di punggungnya terdapat memar, hanya saja rambut Clara dapat menyembunyikan luka itu.

"Ya Tuhan ... apa yang mereka perbuat padamu?" Rika tak menyangka melihat luka memar sebanyak itu, tapi yang Clara rasakan hanya di bagian lengan saja.

"Apa maksudmu?" tanya Clara yang mendengar tutur kata Rika terdengar cemas.

"Kau banyak sekali memar di punggung dan lenganmu."

"Oh, ya? Ah ... mungkin ini karena aku bertarung hebat dengan salah satu coldlight di sana sebelum bertemu dengan Ezekiel."

"Tunggu sebentar! Aku akan mengambil alat pengobatan di ruang medis." Rika beranjak dari sana.

Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya dia kembali datang untuk mengobati Clara. Sembari mengobatinya, dia menanyakan dari mana Clara mengerti bahasa para coldlight.

Gadis itu menceritakannya pada Rika yang ternyata saat dia keluar dari gua, dia berada di kota Atlantis, tapi bukan Atlantis yang sebelumnya dijadikan tempat tinggalnya.

Satu hal yang membuat Clara terkejut, yaitu melihat seorang pria manusia setengah ular yang duduk di singgasana kerajaan sembari bermain dengan seekor ular kecil di tangannya.

Clara memberanikan diri untuk mendekati pria itu, walau ada rasa takut di hatinya, tapi dia tak ingin terjebak di Atlantis asing ini.

"Halo!" sapa Clara.

Pria itu menoleh ke arah Clara dengan kasar, tak mengeluarkan sepatah kata pun, dia beranjak dari singgasana-nya. Lalu mengubah ular yang ada di tangannya menjadi sebilah pedang.

"What the fuck?" gumam Clara.

"Hey, hey, aku bukanlah musuh. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu." Clara mencoba membuatnya tenang agar tak diserang.

Lagi dan lagi pria itu tak berkata apapun, dia malah berenang dengan cepat dan menyerang Clara.

Untung saja Clara masih dapat menghindar, dia mulai kebingungan bagaimana cara melawannya, posturnya saja tak seimbang, pria itu memiliki postur tubuh lebih besar dari siren.

"Ah, baiklah, aku akan melayanimu," gumam Clara.

Dia mengumpulkan energi yang tersisa di dalam tubuhnya dan mencoba mencari celah dari setiap serangan pria itu.

Memerlukan beberapa menit baginya untuk menemukan celah, dan akhirnya dia bisa menemukannya lalu langsung menyerang pria itu.

Pria itu merasa sedikit kesakitan akibat serangannya, memanfaatkan momen itu, Clara mengepalkan tangannya dengan kuat untuk meluncurkan sihir yang dapat membuat pria itu terjatuh.

"Long range offa!" Dia hendak melakukan pukulan jarak jauh menggunakan sihirnya. Akan tetapi, sihirnya tak bekerja karena Clara kekurangan energi.

"Apa yang kau katakan?" tanya pria itu. "Long range offa? Dari mana kau tahu itu?"

"Kau tak perlu tahu dari mana aku mengetahuinya."

"The Olympians, aku akan membunuhmu," ucap pria itu.

"The Olympians? Apa itu?"

Tak sempat mendapat jawaban, Clara justru melihat pria itu seperti mengumpulkan energinya dan postur tubuhny menjadi semakin besar.

Terbesit di kepalanya untuk segera melarikan diri dari sana sebelum pria itu selesai mengunpulkan energinya.

Baru saja hendak memasuki mulut gua, pria itu menyerangnya dan membuat mulut gua tertutup reruntuhan.

"Sial! Kemana lagi aku harus pergi?" gumam Clara yang mulai panik.

"Ayolah, Rachel, bantu aku!"

Dengan energinya yang tak penuh, Clara kesulitan untuk bertemu dengan Rachel. Dia hanya bisa mengeluarkan sihir-sihir tingkat rendah saja.

"Sudah masuk ke sini, kau tak akan bisa keluar lagi, The Olympians."

Clara benar-benar kebingungan karena pria itu memanggilnya "The Olympians." Sedangkan, dia sendiri tak tahu apa-apa mengenai apa yang diucapkan pria itu.

"Clara! Sebelah sini!" Terdengar seorang pria berteriak di sana.

Clara mencari arah suara itu dan berhasil menemuinya, ternyata dia adalah Rick yang sedang bersembunyi di dalam bangunan.

Mendengar suara Rick, pria setengah ular itu justru melihat ke arah bangunan dimana Rick berada. Mengabaikan Clara, pria itu justru berenang ke arah Rick dan menghancurkan bangunannya tanpa sisa.

"Rick!!" teriak Clara.

"Clara, kau membutuhkan bantuanku?"

Clara tertegun saat mendengar suara Rachel, kali ini dia benar-benar mendengarnya, bukan mengobrol di alam bawah sadar.

"Rachel? Itu kau? Kenapa aku bisa mendengarmu?"

"Aku merasakan ketakutan dalam dirimu, Clara, baru kali ini aku merasakannya. Jika kau membutuhkan bantuanku, tutuplah matamu sejenak dan fokuskan padaku," tutur Rachel.

Clara hendak menyerahkan kendali tubuhnya ke alter ego yang sudah bersamanya sejak menjadi siren. Dia mulai menutup matanya.

"Clara, dengarkan aku! Jika aku mengambil alih tubuhmu, energimu akan sangat terkuras dan kau akan sangat kelelahan. Tak hanya itu, energimu yang tidak penuh bisa menyebabkan kematian padamu jika pria itu sulit untuk dilawan."

Clara terperanjat saat mendengar bahwa kendali tubuh diserahkan pada Rachel dengan energi yang sedikit justru akan menyebabkan kematian.

Kini dia memiliki dua pilihan. Mati oleh pria setengah ular yang berusaha membunuhnya, atau mengambil risiko untuk menyelamatkan sahabatnya.

"Lakukan, Rachel!"

Clara membuka matanya, matanya kembali bersinar berwarna putih yang menandakan bahwa Rachel sudah mengambil alih tubuhnya.

"Ayo kita bunuh bajingan ini!" gumam Rachel.

To Be Continued

Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang