Chapter 24 - Pertarungan (3)

61 14 1
                                    

"Aku semakin yakin tempat kalian tak jauh dari sini, dimana kalian tinggal?" tanya Ezekiel.

Karen merasa bingung sejenak karena sebelum masuk ke kawasan Ezekiel terdapat mantra di dinding pemisah sebelum Emilia yang melepasnya.

"Kau benar-benar tak tahu?" Karen bertanya balik.

Merasa dihina hanya dengan pertanyaan itu, Ezekiel hendak mengepalkan tangannya dengan perlahan yang menyebabkan rasa sakit bagi Karen seperti ada tangan yang menggenggamnya. Semakin Ezekiel hampir mengepalkan tangannya, tekanan itu dirasakan semakin kuat oleh Karen.

"Baik, baik, akan kukatakan!"

Ezekiel kembali membuka telapak tangannya dan memberikan Karen kesempatan untuk berbicara.

"Kami tinggal di Atlantis," kata Karen.

"Atlantis sudah ditinggalkan, kau tak perlu berbohong padaku. Dimana kalian tinggal?"

[Sial! Bagaimana mungkin dia tahu kalau Atlantis memang sudah ditinggalkan?]

"Jawab aku!" tegas Ezekiel.

Karen berpikir sejenak mengenai pilihan yang akan dipilihnya itu. Jika dia memberi tahu Ezekiel, maka akan banyak korban jiwa akibat serangan Ezekiel. Akan tetapi, jika dia tak memberi tahunya, kemungkinan besar nyawanya akan melayang.

"Sampai kapan pun aku tak akan menjawab pertanyaanmu. Aku tak peduli walau nyawa taruhannya, lebih baik Atlantis kehilangan satu nyawa dari pada ratusan nyawa yang jelas-jelas tak ikut campur," tutur Karen.

Karen lebih memilih untuk mengorbankan jiwanya dibanding harus mengorbankan siren lainnya.

"Ah, baiklah. Itu sudah menjadi pilihanmu, dan sekarang aku akan mengirimmu ke neraka." Ezekiel mengarahkan telapak tangannya yang terbuka ke arah Karen. Sebuah energi hitam menggumpal di hadapannya.

Tak berbasa-basi lagi, Ezekiel sudah tak ingin mengulur waktu dan meluncurkan satu serangan pada Karen yang dalam keadaan tak bisa bergerak sama sekali.

Karen hanya bisa pasrah dan menutup matanya walau tak siap menyambut kematian yang kini berada di hadapan matanya. Akan tetapi, serangan itu tiba-tiba saja ada yang menebasnya dan berhasil menyelamatkan Karen.

Betapa terkejutnya Karen saat melihat dimana Karin, kakaknya, menggunakan pedang energi berwarna merah. Tak hanya itu, mata Karin pun berubah menjadi warna merah bercahaya.

Anehnya, Karin tak menghampiri dan memastikan kondisi adiknya terlebih dahulu. Melainkan langsung menyerang Ezekiel dengan kedua pedang mematikannya.

Akibat dari serangan Karin, sihir yang dilakukan Ezekiel terhadap Karen agar tak bisa bergerak langsung sirna dan kini Karen bisa kembali bergerak bebas.

"Apa? Bagaimana mungkin?" gumamnya.

Pertarungan kali ini bukanlah pertarungan bisa, melainkan pertarungan yang sangat hebat, Karin sudah seperti dirasuki oleh seseorang. Setiap serangannya berbeda dari sebelumnya.

Di satu momen, Karin terpental ke arah dekat adiknya, Karen. Sontak Karen pun bergegas menghampirinya.

"Karin, kau baik-baik saja?" Karen berusaha membantu kakaknya kembali bangkit.

"Pulihkan aku!" perintahnya tanpa menjawab pertanyaan Karen. Kemudian dia langsung kembali melanjutkan pertarungannya dengan Ezekiel.

Walau merasa aneh sejenak, Karen harus menuruti apa yang Karin bilang agar kakaknya bisa leluasa bertarung melawan siren dengan energi yang besar.

"Sakra! Zaútočte na neho!" tegas Ezekiel sembari menunjuk ke arah Karen.

Ezekiel terlihat kerepotan dengan Karen yang terus menerus memulihkan Karin, dia memutuskan untuk menyuruh para coldlight untuk menyerang Karen juga.

"Oh shit!" umpat Karen saat melihat beberapa coldlight hendak menyerangnya.

Karin melihat ke arah Karen, lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Ezekiel yang hendak menyerang.

[Sial! Apa aku harus menggunakannya sekarang.]

Sebuah bola energi melayang ke arah Karin dari kejauhan.

[Tak ada waktu untuk berpikir lagi.]

"Scinditur corpus!" gumamnya.

Di sisi lain, Karen kebingungan apa yang harus dilakukannya, dia sama sekali tak pernah mempelajari sihir untuk bertarung.

Lagi dan lagi dia dibuat terkejut karena para coldlight yang sudah dekat dan hendak menyerangnya tiba-tiba terbelah.

"Siapa kau?" tanya Karen yang melihat Karin dengan energi yang lebih pekat telah menolongnya. Akan tetapi, dia semakin dibuat bingung saat melihat Karin yang lain sedang bertarung dengan Ezekiel. Dengan kata lain, kini Karen melihat kakaknya ada dua, hanya saja yang menolongnya itu Karin dengan energi merah pekat.

"Aku adalah pembalasan," balasnya.

To Be Continued

Siren's Curse : Battle of Atlantis (TELAH TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang