You.

3.1K 116 19
                                    

𝐉𝐮𝐥𝐢𝐚𝐧 ❦︎ 𝐘𝐢𝐧


Yin keluar dari rumahnya, langsung menghampiri Julian yang sudah standby di depan rumah Yin dengan motornya.

"Helm-nya mas," pinta Yin dengan senyum jahil, Julian mendelik tak senang sambil memberikan helm, "Mas-mas lu pikir gua gojek?"

"Loh bukannya iya?" Yin memasang wajah polos yang menyebalkan bagi Julian, sebari menaiki motor Julian yang kini mendengus lalu berkata, "Sesuai aplikasi ya mba."

"Bngstt! Gw lanang," amuk Yin.

Julian tergelak kemudian melajukan motornya dengan kecepatan sedang, perjalanan menuju sekolah dibumbui candaan dan obrolan ringan dua sahabat dekat itu.

Sampai di sekolah, Julian menghentikan motornya di tempat parkir, Yin segera turun disusul Julian

"Eh pasangan homo kita tumben boncengan," celetuk Wanwan, kebetulan lewat bersama Melissa dan Beatrix yang bergandengan dengan Claude tak peduli pada Xborg yang menyilangkan tangannya menatap dua mm berbeda gender itu tak senang.

"Mereka gak homo Wan," tegur Melissa dengan aura suram, Wanwan mengedikkan bahu suasana menjadi canggung sampai Yin dan Beatrix tertawa garing.

"Cemburu ciee, Wanwan cuma bercanda kali Mel," ucap Beatrix, Yin mengangguk cepat sambil menghentikan tawanya.

"Gw masih normal kali," sangkal Yin lalu menyenggol siku Julian yang hanya diam membuat Julian seketika mengeluarkan suara, "Ehkem, misalnya gua homo pun mana mau gua sama boti hyperaktif gini."

"Gw juga ogah sama si Juliemo," timpal Yin mengacungkan dua jari tengahnya pada Julian.

"Sat," umpat Julian tak terima, Yin hanya terkekeh sambil mengangkat kedua jarinya, meminta damai.

"Ayo ah ke kelas, cape berdiri terus," ucap Yin sambil menarik Claude dari gandengan Beatrix menuju kelasnya, meninggalkan Wanwan, Beatrix, Melissa dan Julian.

"Eum, Lian istirahat nanti sibuk tidak? Ada yang mau aku bicarakan," ucap Melissa. Beatrix dan Wanwan yang merasa menganggu keduanya perlahan undur diri.

"Tentang apa?" tanya Julian menatap Melissa yang malu-malu.

"Nanti juga tau, datang saja ke taman dibelakang sekolah," pinta Melissa, Julian mengangguk.

"Baiklah, aku duluan ya, sampai jumpa nanti," pamit Melissa berlalu menuju kelasnya.

"Jiakh katanya gak pdktan tapi kok deket terus," ucap Dyrroth tiba-tiba merangkul bahu Julian membuat sang empu kaget.

"Julian mah dah biasa kang php," celetuk Lieh yang datang bersama Vale, Dyrroth memutar matanya malas.

"Apaan dah, gua beneran gak pdktan sama Melissa, dianya aja yang ngedeketin," bela Julian sebari memutar matanya malas, Empat pemuda yang berada di samping Julian menggeleng.

"Tapi lu nyadarkan si Melisaa suka sama lu?" tanya Valir, Julian mengangguk dengan wajah datar.

"Terus perasaan lu gimana sama dia?" Kali ini Dyrroth yang bertanya, Julian menghela nafas pendek

"Gak ada rasa apa-apa, gua cuma nganggep dia temen doang gak lebih," jawab Julian, kini lima pemuda itu mengobrol sambil berjalan menuju kelas.

"Lu kalo gak ada rasa sama dia jangan ngasih harapan bro," decak Lieh, kasian juga dengan Melissa yang jatuh cinta pada pemuda seperti Julian.

"Kapan gua ada ngasih harapan? Perlakuan gua mana yang ngasih harapan ke dia?" ucap Julian melirik kesal teman-temannya yang bungkam.

"Dipikir-pikir, Lian emg biasa aja ke dia, sifatnya ke Meli kayak ke Beatrix sama Wanwan." Vale nyeletuk bikin yang lain diem, mereka sampe dikelas terus lanjut ngobrolin hal lain.

Luna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang