𝗫𝗮𝘃𝗶𝗲𝗿 ❥︎ 𝗝𝘂𝗹𝗶𝗮𝗻
Julian mengerutkan dahinya. Lagi, belakangan ini seorang pria bersurai biru mengunjungi cafenya, memesan menu makanan yang sama atas namanya setiap hari.
Awalnya, Julian hanya bersikap acuh, berpikir bahwa pria itu memiliki nama yang sama dengannya dan sangat menyukai makanan yang ia pesan makanan jadi terus memesan.
Namun, setelah sebulan berlari dan setiap harinya pria itu mengunjungi cafenya tanpa absen satu haripun dan saat Julian tak sengaja mengetahui nama pria itu Julian mulai merasa aneh dan penasaran apa alasan pria itu memesan makanannya.
"Xavier, dimana kau?" itu yang Julian dengar saat pria bersurai itu mengangkat panggilan telepon, bisa Julian simpulkan nama pemuda itu Xavier.
Entah kenapa, Julian merasa tak asing dengan nama itu tapi lelaki bersurai merah maroon itu lebih memilih acuh dengan perasaan itu. Ah kembali ke topik
Lalu, apa alasannya menggunakan namanya untuk memesan? Dan, apa ada manusia yang tidak bisa merasa bosan? Siapa yang akan tahan memakan makanan yang sama setiap harinya dalam waktu sebulan.
Orang yang sangat menyukai coklat juga, jika di beri makan coklat setiap hari selama satu bulan pasti akan merasa muak bukan?
Sejujurnya Julian sangat amat penasaran, tapi ia tidak punya hak untuk bertanya. Dia ini pemilik Cafe, seharusnya jika ada orang terus-terusan mengunjungi Cafe-nya ia merasa senang karna memiliki pelanggan setia bukan bingung dan menegur lalu bertanya yang tak sepantasnya, seolah mengusir.
-
2 bulan sudah pria bersurai biru yang Julian tebak bernama Xavier itu terus mengunjungi Cafe Julian, yahh meski sebulan terakhir pria itu tampak mulai mengganti menu makanan yang ia pesan kadang kala hanya memesan minuman.
Hari ini seperti biasa Xavier mengunjungi Cafe Julian, duduk di salah satu kursi dekat jendela dan memesan makanan atas nama dirinya. Iya, Xavier.
"Permisi, pesanan atas nama Xavier," ucap Julian membawa nampan berisi pesan Xavier, Xavier mengangguk membantu Julian meletakkan makanan di meja.
"Terimakasih, boleh minta tolong?" tanya Xavier tiba-tiba, Julian yang hendak undur diri menghentikan aksinya.
"Iya?" Xavier tersenyum pada Julian yang berdiri di sampingnya menatapnya bingung, "Bisakah duduk di kursi yang ada di depanku?" pinta Xavier, Julian mengangguk lalu duduk di depan Xavier.
"Hampir setengah tahun, kau masih belum pulih ya," ucap Xavier tiba-tiba dengan wajah sendu, Julian memasang wajah kebingungan.
"Eh?" Xavier menghela nafas lalu menatap intens Julian. "Julian, mau kah kau menjadi kekasihku?"
Julian terdiam, kepalanya pusing, lelaki itu memejamkan matanya melihat sekelibat memori tak beraturan.
"Julian kau benar-benar menyukai si gila belajar itu?"
"Julian kau tidak apa-apa?"
"Julian, aku juga menyukaimu."
"Julian, mau kah kau menjadi kekasihku?"
"Aku sangat mencintaimu, Julian."
"Aku suka Julian yang cemburuan."
"Julian ku sangat menggemaskan."
"Julian sayang."
"JULIAN AWAS!"
Julian tiba-tiba berdiri, kenangan-kenangan masalalu yang terlupakan mulai menyatu kembali memberikan efek nyeri di kepala.
Xavier ikut berdiri dan mendekat, memegang tangan Julian membuat sang empu membuka mata lalu terjatuh pingsan di dekapan Xavier.
Xavier dengan lembut mengangkat Julian ala bridal style lalu bergegas pergi dari Cafe itu tak peduli dengan karyawan Julian dan pelanggan yang kebingungan dan khawatir.
-
Xavier duduk di samping ranjang rumah sakit, menggenggam jemari Julian yang masih terbaring pingsan. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka menampakkan Yin bersama sugar daddy-nya Yuzhong memasuki ruangan.
Yin mendengus melihat si bucin akut Xavier bergegas menyerahkan kantung berisi makanan yang ia beli.
"Plis deh, aku tau kau bucin akut tapi makan dulu kek, nanti Julian sadar kau sakit kan gak enak," omel Yin kelewatan kesal, Xavier menghela nafas dan mengangguk.
"Makasih Yin, Om Yuzhong." Yin melotot begitupun Yuzhong. afh afhan coba, Yuzhong masih muda ya, masih pantes disebut abang-abang, mas-mas.
"Mksdmu apa manggil saya om? ngajak adu mekanik kah?" tanya Yuzhong, Yin ikut mengangguk dan memasang wajah garang yang malah terlihat lucu.
"Bercanda, bang Yuzhong ampun," ujar Xavier buru-buru mengibarkan bendera putih bisa abis Xavier digebukin Yuzhong.
"Ugh," lenguh Julian terbangun dari pingsannya, Yin yang melihat itu langsung berlari kecil mendekat.
"Lian," panggil Xavier mengelus tangan Julian dengan lembut, Julian membuka mata melihat Xavier tengah tersenyum dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Xavier, ada apa?" Xavier menggeleng pelan dan beralih memeluk Julian dengan erat.
"Akhirnya kamu mengingatku."
-
Julian keluar dari supermarket engan wajah kesal, salahkan kasir supermarket yang genit pada Xavier dan Xavier yang kelewat cuek membiarkan dirinya digenitin.
Pokoknya Julian mau ngambek setengah tahun sama Xavier, Julian melirik lampu lalulintas yang berubah merah, pemuda itu lantas berjalan menyebrang tak menyadari sebuah mobil yang melaju kencang dengan mobil yang sedang teleponan dan tak sadar bahwa lampu sudah berubah merah.
"JULIAN, AWAS!"
Teriakan Xavier adalah suara terakhir yang Julian dengan sebelum lelaki itu merasa sesuatu menghantamnya dan semuanya gelap.
End
Mobil-kun berulah lagi ><
Sworry kalo kurang ngefeel.
Bener bener lagi gak ada ide tuh ihh.
Ngetik Leoestes juga gak selesai selesai, pusing deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Short StoryKolom request di akhir capter & chapter paling bawah, jika tidak ada catatan request berarti close! No, Natan, Gusion and Hanzo as submissive/bottom/uke! if you want ship Aana, Hayazo, Clausion, Hayasion, Xavna, ask another author. - ✿