Navier
POV Xavier.
Bagaimana perasaanmu jika menjadi korban bully di sekolah? Kebanyakan orang mungkin akan merasa sakit hati dan membenci para penganggu yang membullynya kan?
Namun, itu tidak terjadi padaku, jika kebanyakan orang akan membenci penganggunya, aku malah jatuh cinta pada salah pengangguku.
Lucu bukan? Aku pun merasa begitu, terkadang aku berpikir sepertinya aku adalah seorang masokis ( seseorang yang memiliki kecenderungan menyukai rasa sakit ).
Hari ini seperti biasa hari aku dilalui dengan hinaan dan kejahilan para pengangguku.
Namun, aku bersyukur karna hari ini dapat cepat terlepas dari para pengangguku, karna para penganggu pergi menjahili anak baru, aku sedikit kasihan pada anak baru itu, tapi mau bagaimana lagi sudah menjadi tradisi di sekolah jika ada anak baru maka para siswa penganggu akan mengolok-oloknya selama seminggu penuh.
Aku duduk di kursi halaman sekolah, membuka kotak bekal yang berisi sandwich yang aku buat tadi pagi.
Yah, mungkin dari sekarang aku harus membiasakan diri membawa bekal setiap hari mulai sekarang karna uang saku milikku habis dipakai untuk menaiki bus.
Awalnya aku berangkat ke sekolah menggunakan sepeda usang milik kakakku yang sudah bekerja sekarang.
Namun, para penganggu merusak sepeda itu beberapa waktu lalu membuatku terpaksa menaiki bus dan membawa bekal untuk menghemat uang saku.
Aku hidup dikeluarga dengan ekonomi menengah kebawah, aku tidak berani meminta uang saku tambahan karna selama ini keluargaku tidak tahu aku menjadi korban bully, aku takut orangtuaku overthinking dan tak fokus pada pekerjaan mereka.
Sepertinya aku terlalu senang terlepas dari para penganggu itu hingga melupakan botol minum aku. Aku menutup kotak bekal itu, beranjak berdiri hendak kembali ke kelas sebelum Natan ( penganggu yang saya sukai) menghampiriku dan memberikan botol minum milikku.
Aku tertegun, menatap Natan yang hanya memasang wajah datar dengan tangan menyodorkan botol minumku.
"Bodoh, cepat ambil tanganku pegal," sentaknya membuatku segera tersadar dari lamunan.
Meski dia pengangguku, entah kenapa aku merasa dia terkadang membantuku pada saat-saat tertentu. Namun, ketika dia bersama teman-temannya dia selalu berubah menjadi seseorang yang kejam dan jahil.
Beberapa kali aku pernah melihatnya menganggu anak cupu lain, ekspresi wajahnya seperti sangat puas dengan senyum tampan yang mengerikan.
Ekspresinya sangat berbeda jika dibandingkan dengan ekspresi saat membullyku, Natan hanya memasang wajah datar atau tanpa ekspresi ketika mengangguku
Itu sungguh menambah beban pikiranku.
"Terimakasih," ucapku lalu kembali duduk dan meminum air itu, Natan tak pergi hanya diam di hadapanku, menatapku dengan wajah datarnya.
Setelah puas minum aku kembali menutup botol itu, namun Natan tiba-tiba merebut botol minum itu dan meminumnya tanpa izin membuat pikiranku menjadi liar.
Aku baru saja selesai minum dari botol itu lalu Natan juga minum dari botol itu, bukankah itu seperti ciuman secara tidak langsung? Astaga kenapa aku berpikiran seperti itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Short StoryKolom request di akhir capter & chapter paling bawah, jika tidak ada catatan request berarti close! No, Natan, Gusion and Hanzo as submissive/bottom/uke! if you want ship Aana, Hayazo, Clausion, Hayasion, Xavna, ask another author. - ✿