• 19 •

166 17 9
                                    

Yeji pulang ke rumahnya dengan perasaan yang campur aduk setelah mengetahui kalau sosok pria itu adalah Yeonjun, kekasihnya.

Bagaimana bisa kalau Yeji tidak marah? Yeonjun yang berstatus sebagai kekasihnya itu berjalan– lebih tepat nya bergandengan tangan dengan seorang wanita? Apalagi mereka sangat bahagia saat itu. Yeji bahkan melihat Yeonjun mengusap kepala wanita itu.

Ah, pantas saja belakangan ini Yeonjun jarang menemuinya. Ternyata sedang bersama wanita lain ya?

Yeji menutup pintu kamar nya, ia tak lupa untuk menguncinya. Ia tak perduli dengan pintu utama rumahnya yang tidak di kunci itu. Saat ini ia hanya ingin sendirian, bahkan Ryujin ia suruh pulang.

Bruk

Yeji terduduk di lantai.

"Lo bohong.." Gumam Yeji.

Yeji teringat perkataan Yeonjun saat mereka di Busan waktu itu. Sungguh, kalau bisa ia akan melupakan perkataan yang diucapkan oleh Yeonjun saat itu. Semua yang diucapkan oleh Yeonjun adalah kebohongan. Janji itu semua bohong.

"Gue janji bakal jadiin lo perempuan pertama dan terakhir yang ada di hati gue. Gue gak bakal pernah nyakitin lo lagi. Gue janji, Hwang Yeji."

Itu semua bohong.

"Lo bohong, lo janji gak bakal pernah nyakitin gue lagi. Tapi sekarang apa? Hubungan kita belum sampai setahun tapi lo sendiri yang bikin hubungan kita jadi renggang kayak gini?"

"Gue gak percaya sama yang nama nya janji lagi.."

Yeji mulai bergumam sendiri, ia terus bergumam kalau Yeonjun adalah pembohong. Ia mengulang ngulang gumaman nya itu. Yeji tidak sadar kalau air mata mulai mengalir deras di pipinya.

Karena sedang asik melamun, ia tidak sadar kalau pintu kamarnya di ketuk oleh beberapa orang. Yeji bisa mendengar nya, tetapi hanya sedikit. Ia lebih fokus untuk melamun.

Tok Tok!
Tok Tok Tok!

"YEJI!"

"BUKA PINTUNYA JI!"

"Astaga anak ini..
Yeji, buka pintunya! Aku Lia!"

"Kak! Kakak kenapa? Buka pintunya!"

"Kak? Kakak gak kenapa-napa kan?!"

Yeji bisa mendengar teriakan teriak itu, tapi ia tidak perduli sama sekali. Ia tidak ingin merepotkan mereka semua, ini hanya masalah kecil baginya. Mereka tidak perlu tau. Lagian ini masalah tentang hubungannya dengan Yeonjun, untuk apa mereka tau dan ikut campur?

"Hah..."

Yeji menghela nafasnya, ia sedikit terganggu dengan teriakan dari luar kamarnya. Tepatnya di depan kamarnya. Iya, Yeji bilang ia tidak perduli. Tapi semakin lama teriakan itu semakin nyaring, bahkan lebih banyak. Yang awalnya Yeji dengar cuma tiga atau empat suara, sekarang menjadi tujuh orang. Bagaimana Yeji tidak terganggu coba? Yang teriak aja sekitar tujuh orang.

"Bukain atau enggak ya?"

"Gak usah dulu deh, mereka gak perlu tau."

Yeji hanya bisa menatap pintu kamarnya yang sedari tadi sedang diketuk oleh teman-temannya. Yeji tetap kokoh dalam pendirian nya, ia tidak akan memberitahukan hal ini kepada teman-temannya, kecuali untuk Ryujin. Karena ia sudah tau apa yang terjadi kepada Yeji.

"YEJI!"

Tunggu, suara itu...

"Yeonjun?"

Dendam | Yeonjun × Yeji [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang