Chapter 13

4.4K 409 28
                                    

"Satu minggu dia absen kemana saja sih?" Kesal Revaz yang duduk dengan gelisah dikursinya.

Satu minggu ia tidak melihat sosok Gresa yang sering menganggunya. Bahkan beberapa hari terakhir Revaz sampai mempimpikannya.

"Hah... sepi," guman Revaz menatap pintu ruangannya. Biasanya jam ini Gresa akan datang membawakan makanan dan minuman kemudian mengajaknya debat.

"Kemana dia? Apa ia sudah masuk sekolah kembali?" Tanya Revaz sembari menatap jendela kantornya.

"Ish! Kenapa kamu tidak bisa berhenti memikirkannya?" Tanya Revaz kesal kemudian kembali berusaha fokus pada dokumennya.

"Hah... lelahnya hari ini," guman Revaz. Entah kenapa harusnya beberapa hari ini ia bahagia karena tidak mendapat gangguan dari remaja ABG itu.

Tapi rasanya seperti ada yang mengganjal. Seperti ada yang kurang dalam kehidupannya. Tidak ada debat? Tidak ada yang mengantar makanan ataupun minuman? Tidak ada yang sekrekuensi?

"Apa yang telah kau lakukan padaku?" Kata Revaz memijit pelan kepalanya.

"Haish!" Revaz berdiri dengan sedikit membanting mejanya.

Ia berjalan keluar dengan kesal, bahkan Lucas yang berada diluar sempat bingung kemana Revaz akan pergi.

Revaz segera membuka pintu ruang HRD dengan kasar. Yah, ia turun karena tidak sanggup.

"Vano! Berikan aku data pegawai yang bernama Gresa!" Titah Revaz dengan cepat.

"E... Gresa? Pegawai yang mana? Ada ribuan nama pegawai dan mungkin kesamaan nama—"

"Cleaning service yang bertugas dilantaiku!" Tekan Revaz.

"Saya carikan," kata Vano cepat yang mengerti jika Revaz sedang tidak baik-baik saja.

"Gresa? Adelia Gresa? Ini?" Vano membalik layar komputernya.

Revaz segera melihat profil pegawainya. Yaps, foto itu adalah Gresanya. Tunggu, Gresanya? Oh, Revaz pasti sedang pusing.

"Yah... dimana dia?" Tanya Revaz penasaran.

"Maaf cukup lama, ia sudah bukan lagi karyawan aktif. Menurut data, satu minggu yang lalu pegawai ini sudah mengajukan surat resign."

Mendengar ucapan Vano membuat Revaz melotot. Apa? Resign? Bagaimana dia bisa resign dengan mudahnya setelah membuat Revaz marah-marah setiap hari.

"Resign? Kau yakin?" Tanya Revaz tidak percaya.

"Hm, awalnya ia sempat mebicarakan dengan bagian HRD jika akan menjalani kerja paruh waktu sehari sebelum ia resign. Namun besoknya, laporan mengatakan surat resignnya sudah tertandatangani. Dengan alasan... melanjutkan pendidikan."

Revaz terbelalak saat Vano membacakan keterangan Gresa. Apa? Resign sebelum ia sendiri yang memecat? Hei, jangan bercanda. Ia sudah membuat darah tinggi Revaz naik dan dengan mudahnya mengajukan surat resign.

"Statusnya?" Tanya Revaz.

"Masih pelajar aktif, SMA... Garuda Satya. Waw, sekolah elit bro ini," kata Vano tidak percaya.

"SMA Garuda Satya?" Tanya Revaz tidak percaya.

"Hm! Ini hasil interviewnya," kata Vano membalik kembali layar komputer.

Revaz segera membacanya dengan teliti. Masih kelas tiga SMA semester awal. Bekerja untuk mengisi waktu libur sekalian menambah pengalaman dan membutuhkan biaya. Tertulis ia mengaku sebagai anak beasiswa yang sedang terjerat masalah keuangan.

"Hah... intinya ia tidak akan kembali bekerja?" Tanya Revaz dan Vano mengangguk dengan ragu.

"E... untuk apa menanyakan cleaning service?" Tanya Vano sedikit pelan takut menyinggung Revaz.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang