Tidak terasa, perasaan baru kemaren Gresa magang. Kini ia sudah berada tiga bulan di HJN. Masa magangnya adalah enam bulan, berarti masih setengah jalan.
"Yuhu!!! Gak kerasa sudah tiga bulan. Mana Om Revaz makin nempel aku lagi," guman Gresa karena akhir-akhir kedekatannya dengan Revaz cukup tidak wajar.
Bagaimana tidak? Pria itu sering mengajaknya makan bersama atau sekedar mengantar Gresa jika kembali menuju kampus atau bagaimana. Modusnya banyak banget membuat Gresa semakin salting.
Selain kedekatannya dengan Revaz, gadis itu juga semakin dibuat merasa ingin meledak saat Revaz sudah mulai mengeluarkan gombalannya.
Hari ini jam dua siang, Gresa izin keluar kantor untuk menuju kampus. Ada beberapa keperluan, sekalian Gresa juga ingin bertemu Saka yang sudah membuat janji.
Lebih semangatnya, Saka akan mentraktirnya untuk hari ini. Karena demi apa, anak tidak terlalu pintar namun rajin itu sudah lulus sidang skripsi. Ia menyelesaikan masa studynya hanya 3,5 tahun. Waw sekali!
Maka dari itu ia berniat juga mengatakan pesta kecil-kecilan yang hanya ada mereka berdua. Nanti Gresa akan belanja sedikit bahan saja di mall atau di pasar karena Saka itu suka ngirit.
"Mau keluar?"
Saat Gresa sampai di depan kantor ia sudah mengutak-atik ponselnya berniat memesan ojek online. Belum sempat memesan suara sangat familiar terdengar di telinganya.
"Itukan suara—Pak Revaz?" Kata Gresa tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Kamu mau keluar?" Tanya Revaz sekali lagi dan pria itu sudah sampai di sampingnya.
"E... iya Pak. Ini saya mau ke kampus," kata Gresa terdengar santai.
Entah kenapa ia sudah terbiasa berbicara santai dengan Revaz sekarang. Dulu jantungnya selalu disko tapi sekarang ia bisa lebih netral mengatur ekspresi.
"Dari pada kamu pesan ojol, lebih baik saya antar. Anak kuliah itu harus hemat bukan?" Kata Revaz dengan santai.
"Tidak keberatan Pak?" Tanya balik Gresa, padahal sudah biasa ia nebeng Revaz.
"Biasanya bagaimana, ayo!" Kata Revaz mengajaknya untuk mengikuti dari belakang.
Gresa cuma nurut saja, orang tumpangan gratis. Lagi pula ia bisa melihat wajah Revaz lebih lama nantinya.
"Kamu masih ada kegiatan di kampus?" Tanya Revaz dan Gresa mengangguk.
"Apa tidak kelelahan? Jarak kampus dan HJN itu sangat jauh," kata Revaz khawatir.
"Tidak Pak, justru saya semakin bisa memanage waktu untuk itu. Jangan khawatir," balas Gresa sambil tersenyum.
"Kamu tau, kamu sekarang lebih serius. Sekali melihat senyummu itu bagai sedekah, dan saya orang termiskin yang akan selalu meminta sedekah itu."
Baper gak? Baper gak? Baperlah! Rasanya Gresa sudah mau terbang ke langit ketujuh. Ia sering mendengar gombalan Revaz. Laki-laki itu memang sudah sangat jauh berbeda dengan dulu.
"Bapak itu kaya, tidak miskin," kata Gresa setelah menetralkan emosinya. Ia harus terlihat tenang dan jangan mudah terkecoh.
"Hatiku akan miskin jika tidak mendapat senyummu," balas Revaz santai semakin membuat Gresa ingin meledak.
"Sebaiknya Bapak fokus ke jalanan deh. Saya tidak mau sampai di rumah sakit!" Kata Gresa langsung menatap jendela karena ia sudah salting brutal.
"Saya tidak akan sesembrono itu sebelum halalin kamu," balas Revaz semakin membuat Gresa ingin sudahlah. Hatinya sudah jedag jedug seperti area dancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum CEO Ganteng
عاطفيةRevaz Adam Candra. Sosok CEO muda yang haus akan kehormatan. Ia selalu mendapat apa yang diharapkan. Cerdas, pandai, arogan, tidak pernah patuh pada siapapun kecuali Umi dan Abinya. Menjadi putra sulung membuatnya selalu dihormati oleh saudara-sauda...