Chapter 39

4.3K 393 82
                                    

Setelah ditinggal Anatasya dan Gresa kedua cogan itu hanya diam ditempat cukup lama.

"Hah... bis sudah lewat jam segini," guman Saka setelah cukup lama akhirnya mengecek jam dipergelangan tangannya.

Lucas melirik kemudian mengeluarkan smirk, mungkin ini waktu yang tepat untuk memulai rencananya.

"Mau bareng?" Tanya Lucas tiba-tiba membuat Saka terkejut.

"Lo tawarin gue?" Tanya Saka kaget.

"Hm, mau gak?" Tanya balik Lucas dengan wajah datarnya.

"Gratiskan?" Tanya Saka lagi, lalau disuruh ganti bensin mah dia mending jalan kaki.

"Hm, lo bisa nyetir?" Tanya Lucas dan Saka mengangguk. Ia pernah belajar nyetir mobil kok, yang dimaksud Lucas mobil bukan? Tidak mungkinlah orang berjas gini naik motor.

"Lo yang nyetir!" Lucas melempar kunci mobilnya dan berjalan menuju parikiran.

Saka dengan kaget namun karena refleknya bagus ia bisa menerima kunci mobil itu dengan tepat.

"Anjir, inimah gue jadi supirnya. Tapi gak apa deh yang penting tumpangan gratis," kata Saka kemudian mengikuti Lucas.

Kini mereka sudah berada di mobil dan dalam perjalanan menuju rumah Saka. Dari tadi Saka melihat Lucas yang terlihat fokus dengan tabletnya. Sebegitu kerasnya kah bekerja langsung dengan Revaz. Ia ngeri sendiri membayangkannya.

'Jauh-jauh deh gue dari Revaz. Ntar ditonjok lagi gak ada kompensasi,' batin Saka ngeri teringat kejadian beberapan bulan lalu.

Wajahnya lebam tiga hari. Mungkin penyembuhannya lebih cepat karena menggunakan obat dan salep berkualitas mahal dari rumah sakit mewah. Yah, ada harga ada kualitas.

Cukup lama hingga masuk perkapungan, untung ini sudah malam. Kalau pagi atau siang mereka pasti dilihati. Secara ada mobil berhenti didepan rumah Saka yang melarat. Apalagi, mobil Lucas bisa dibilang mahal.

"Sudah sampai?" Tanya Lucas mengangkat kepalanya dan Saka mengangguk.

"Itu rumah gue," balas Saka menunjuk rumah sederhana yang lampunya gelap sendiri.

Jadi dia tinggal di sini? Itulah batinan Lucas agak tidak percaya Saka tinggal di perkampungan.

"Gue turun dulu, lo mau mampir?" Yah, sebagai tuan rumah Saka menawari.

"Hm, minta minum sekalian mau cek email dari kantor bentar," balas Lucas dan Saka mengangguk.

Sebelumnya ia memberi kunci kembali pada Lucas setelah turun. Saka membuka kunci pintu rumah dan mulai menyalakan sklar lampu.

Kini kedua anak adam itu telah berada di dalam rumah yang sepi.

"Lo tinggal sendiri?" Tanya Lucas.

"Hm, sejak usia 6 tahun gue sudah tinggal sendiri," jawab Saka santai namun Lucas sudah tidak ingin bertanya kembali. Mungkin Saka juga memiliki masa lalu yang kejam sepertinya, sudahlah ia tidak mau membahasnya.

"Eh, rumah gue gak ada akses wifi. Katanya lo mau mau cek email?" Tanya Saka yang masih berdiri di tengah ruang tamu atau juga bisa dibilang ruang keluarga sekalian. Ia bingung mau ngapain, soalnya ia jarang kedatangan tamu selain Gresa.

"Gue punya sendiri," balas Lucas datar dan Saka hanya mengangguk.

"Gue buatin minum dulu, mau teh apa kopi?" Tanta Saka lagi kemudian menuju dapur.

"Kopi saja," balas Lucas kemudian tanpa dipersilahkan ia duduk di bawah karena sofa dan meja cukup ada jarak dan duduk di lantai adalah pilihan tepat. Walau agak dingin tapi, jarak antara duduk di lantai dengan meja kayu sangat pas.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang