Chapter 52

5.2K 405 14
                                    

"Selamat atas pernikahannya Ev, semoga langgeng."

Revaz menoleh dan segera tersenyum, "terima kasih Ante."

"Selamat pernikahannya," guman pria disebelahnya datar.

"Om, kalau gak niat mending disimpan saja," balas Revaz ingin mengelus dada.

"Oh Gres, kenalkan ini Ante Hera dan Om Adi. Mereka orang tuanya Axcel dan Arcel tadi," kata Revaz dan Gresa mengangguk mengerti walau tidak perlu dijelaskan.

Siapa yang tidak kenal pasangan mantan CEO pertama HJN dan pemilik rumah sakit Abdi Nugroho? Setiap orang dari kalangan bisnis pasti mengetahui mereka berdua.

"Halo Om, Tante," sapa Gresa sopan.

"Halo juga Gresa, kamu cantik sekali," puji Hera dan Gresa tersenyum.

"Makasih Ante." Gresa akhirnya ikut-ikut memanggil Hera Ante seperti Revaz.

"Loh, Princess ikut?" Tanya Revaz kaget melihat si bungsu keluarga Nugroho hadir bersama kedua orang tuanya.

'Princess? Kenapa panggilnya seperti itu?' Batin Gresa penasaran.

"Iya Ev, bereng Mom dan Dad," balas Marsha dengan senyum menawannya.

Revaz membalas juga dengan tersenyum.

"Ev, Om dan Ante pergi dulu. Istirahatlah," kata Adi kemudian pergi bersama istrinya setelah berbicara dengan Gresa sebentar.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya Ev," kata Marsha kemudian hendak pergi namun ditahan oleh Revaz.

"Disini lah dulu Princess. Aku masih ingin bicara," kata Revaz kemudian agak sedikit menarik Marsha agar perempuan itu tidak pergi dan sedikit memberi jarak pada Gresa.

"Nanti kalau kak Ilham sampai, aku ke sini lagi," kata Marsha namun Revaz menggeleng.

"Tunggu saja sampai suamimu ke sini. Btw, tripet sudah sembuh?" Tanya Revaz dan Marsha menggeleng.

"Loh, kok kamu datang?" Tanya Revaz bingung.

Tidak mungkin Marsha yang seorang dokter spesialis anak meninggalkan pasien sekaligus putra-putrinya sendiri yang sedang sakit.

"Kak Ilham jaga mereka?" Tanya Revaz kembali dan Marsha menggeleng.

"Kak Ilham sedang ada rapat dengan direksi rumah sakit. Entah bisa datang atau tidak, tadi aku nungguin lama banget jadi berangkat bareng Mom dan Dad. Eh, hampir lupa, ini dari kak Ilham."

Revaz melihat Marsha memberi amplop. Jelas tidak mungkin itu amplop berisi uang. Jika uang kenapa tidak dimasukkan di depan?

Tidak banyak bicara Revaz menerima amplop tersebut dan segera dimasukkan dalam saku jas. Sehingga tidak ada yang menyadari selain keduanya.

"Rapat kok kamu gak ikut? Masih direktur, kan?" Tanya Revaz penasaran.

"Yah, rapat gak terlalu penting sih. Mangkanya aku gak ikut, aku juga mulai sedikit lepas tangan Ev. Mungkin lima tahun lagi aku percayakan posisi wakil direktur ke Kak Ilham. Yah biar ada jeda waktu juga, dia kan juga baru jadi presdir di perusahaan keluarganya," terang Marsha dan Revaz tahu itu.

"Kalau aku yang jadi kak Ilham mah pecah otakku. Disuruh ngurus rumah sakit mertua sama perusahaan sendiri. Belum tuh pasiennya, masih operasi?" Tanya Revaz lagi.

"Iya, mau bagaimana lagi kalau pasiennya milih?" Balas Marsha dan Revaz tertawa kecil.

"Aku kalau jadi dia pecah deh. Ngurus HJN saja depresi setiap hari," kata Revaz kemudian teringat sesuatu.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang