Chapter 62

4.3K 322 12
                                    

Ini bukan hari libur namun Revaz malah malas-malasan di rumah. Kasian Saka yang yang ngurus kantor sendirian.

Sebenarnya Revaz enggan ke kantor karena ia harus mengawasi sang istri. Ia ingin memastikan wajah siapa saja yang menganggu istrinya.

Yah ia tidak bisa memberi peringatan sih, soalnya ini berhubungan dengan santri putri. Tapi bisa ia adukan pada Uminya, kang ngadu? Biarin, soalnya Revaz tidak bisa turun tangan.

Mereka itu hebat ya? Kalau ada Nadia diam semua sok baik. Tapi kalau gak ada Uminya, keluar sifat aslinya. Mereka tahu jika Ziva bukan anak yang suka mengadu. Apalagi istrinya Brian, yang selalu diam saat digibahin. Lalu Gresa? Entah, sejak hamil ini taringnya mulai hilang. Padahal dulu dengannya bagaimana?

"Oh, nanti Saka akan kesini. Kamu gak ingin sesuatu Siyang?" Tanya Revaz saat istrinya keluar kamar.

"Saka ke sini?" Tanya Gresa, sedikit raut bahagia tercetak disana.

"Iya, kamu mau dibawain sesuatu?" Tanya Revaz namun Gresa menggeleng.

"Aku tidak ingin sesuatu kok Suyang," jawab Gresa dan Revaz bingung.

"Ibu hamil kok gak ngidam?" Tanya Revaz dan Gresa mengangkat bahunya tanda tak mengerti.

"Justru aku yang ingin makan rawon dan es krim. Aku sudah pesen ke dia sih. Kamu beneran gak ada? Biar dia saja yang cari makanannya," kata Revaz santai.

'Om beneran iblis ya?' Batin Gresa meringis.

"Gak ada kok..." jawab Gresa dan Revaz mengangguk.

"Assalamualaikum! Loh, ada bang Evaz?"

Mereka semua menoleh ke pintu, seorang gadis berhijab syar'i datang. Siapa lagi ini?

"Waalaikumsalam Mai. Tumben gak kelihatan?" Tanya Revaz dengan ramah.

Gresa yang baru menjawab salam saja bingung, apa gadis ini memiliki hubungan dengan Revaz?

"Yah, bulan lalu aku pulang. Abi dan Umi katanya kangen. Terus aku balik eh ujian, jadi gak bisa datang ke sini. Eh, aku dengar dari Ziva kalau kamu sudah menikah ya? Soalnya aku gak lihat abang di rumah akhir-akhir ini."

"Benar. Ini istriku, namanya Gresa," kata Revaz sambil menunjuk Gresa disampingnya kemudian menatapnya. "Gres, kenalkan ini Maisa. Dia kakak sepupu, putri bungsu Paman Faudzan, ingat?"

"Loh, kak Gresa? Eh, jadi ini istrinya Revaz?" Tanya Maisa terkejut.

"Hei, kita sering ketemu waktu di mushola ya?" Balas Gresa sambil melambaikan tangan.

"Kalian saling kenal?" Tanya Revaz kaget.

"Iya Om, Meisa ini sering bantu aku hafalan loh waktu setoran. Aku gak tau kalau dia sepupu Om," jawab Gresa menerangkan.

"Aku juga gak tau kalau kak Gresa ini kakak iparku hehehe. Padahal sudah lama kenal sejak di pesantren," jawab Meisa tersenyum kecil.

"Ziva gak pernah kasih tau?" Tanya Revaz kaget.

"Gak tuh!" Jawab Meisa polos.

"Kak Gres, kok mau sih sama Revaz?" Tanya Meisa membuat Revaz melotot. "Padahal gila loh!"

Gresa tersenyum, Meisa ini polos-polos mulutnya juga agak. Jika tidak ada Ziva, Meisa yang sering membantunya. Entah bagaimana mereka dekat. Padahal bagi Gresa, Meisa adalah anak yang cukup populer. Tapi sering membantunya semakan hingga hafalan.

"Justru gila itu," balas Gresa santai.

"Ya sudah, aku ke tante Nadia dulu ada urusan," kata Meisa dan keduanya mengangguk.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang