Chapter 24

4.7K 396 8
                                    

"Pak saya menemukan—"

"Ini masih pagi Cas," kata Revaz mengangkat tangannya kemudian memasuki ruangan.

Semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan Gresa. Belum lagi ia dipanas-panasi adek-adeknya agar cepat menikah.

Apa tidak wajar seorang laki-laki berusia 28 tahun belum menikah? Ia kira itu wajar karena beberapa temannya di usia 30 tahun baru menikah.

Baru saja memikirkan masalah kapan menikah, pintu ruangannya di ketuk. Revaz menghela nafas dengan kasar, jika itu Lucas kenapa harus mengetuk pintu kembali.

"Masuklah!"

Baru saja berfokus pada komputer, Revaz langsung mendelik. Orang yang tidak pernah ia pikirkan, Arcel sedang berjalan menuju mejanya dengan angkuh.

Ada apa ini? Kenapa Arcel datang? Ada masalah lagi? Pasalnya hawa dingin yang ia bawa mampu membuatnya merasa terintimidasi.

"Ada apa kau di sini?" Tanya Revaz berusaha bersikap seolah biasa saja. Walau cukup sedikit takut melihat ekspresi Arcel yang sangat serius itu.

"Kau kecolongan lagi!" Ucapnya agak membentak.

"Maksudmu?" Tanya Revaz bingung, tiba-tiba datang dengan marah-marah.

Arcel melempar sebuah dokumen, itu membuat Revaz terkejut. Apalagi masalahnya kali ini? Sampai membuat Arcel semarah ini.

"Tidak perlu diajari membaca bukan?"

Revaz segera mengambil dokumen tersebut, ia membacanya. Seketika matanya terbebalak, apa maksud ini semua? Revaz mencengkeram dokumen itu dengan cepat.

"Kau tau Ev, aku sudah habis kesabaran selalu melihat tingkah cerobohmu itu!" Geram Arcel.

Revaz mengangkat kepalanya, melihat pria di depannya tengah kesal atau lebih buruknya marah.

Tidak penting, bagaimana Arcel bisa tahu kala ia sendiri yang mengurusi HJN tidak tahu? Lalu, siapa yang bisa menembus keamanan kantor pusat hingga memobocorkan data saham?

Sial! Untuk kesekian kalinya, Ia kalah kembali dengan Arcel. Dari pada bingung memperhatikan data perusahaan yang bocor, ia lebih kesal karena Arcel mengetahui informasi ini lebih dahulu.

"Kau tahu siapa pelakunya?" Tanya Revaz pelan, dalam hati ia amat malu harus menanyakan hal itu. Tapi kembali lagi, ia sudah kalah telak dengan Arcel. Entah kenapa kesombongannya seolah tidak berguna dihadapan CEO ini.

"Belum, tapi aku yakin pelakunya adalah wanita," jawab Arcel sembari mengusap rambutnya kasar kebelakang.

Baru Revaz sadari penampilan Arcel agak berantakan, walau kemeja, dasi, dan jasnya rapi, tapi rambutnya seperti baru saja diacak-acak. Tidak mungkin jika terkena angin puting beliungkan?

"Aku sudah lelah mengurusi perusahaanku sendiri. Jadi, kuberikan kau kesempatan menemukan sendiri pelakunya. Jika sampai kau kalah kembali denganku, buang saja status CEO mu!" Ancam Arcel kemudian keluar dari ruangan.

Revaz mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, ia sangat merasa tersinggung dan marah mendengar ancaman Arcel. Kenapa ia selalu kalah dengan pria itu? Rasanya dalam hal apapun Arcel selalu dua langkah dihadapannya.

"Kau mudah berkata seperti itu karena Ibumu adalah CEO besar Arcel!" Geram Revaz sampai menggertakkan giginya.

"LUCAS!"

Lucas yang ada diluar terkejut mendengan panggilan atau lebih tepatnya bentakan dari Revaz. Ia segera masuk dengan cepat, tidak ingin membuat sang pemilik ruangan lebih marah kembali.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang