"Hah... pasti Gresa lagi seneng-seneng, disini gue senep!" Kata Saka menghela nafas. Ia terus bekerja disini, tidak sendiri sih. Tapi...
Bersama Bapak Reinaldo Jason Candra. Mampus gak tuh? Sama bapaknya Revaz sendiri! Bagaimana rasanya?
Ah! JELAS LEBIH ENAK DARI PADA DENGAN REVAZ.
Mungkin karena lebih dewasa dan berpengalaman kali ya? Tapi bekerja dengan Pak Jason 100x lebih manusiawi dari pada dengan Revaz.
Sudah hampir seminggu pimpinan itu kembali. Awalnya Saka kira ayah sama anak sebelas dua belas. Tapi ternyata yah agak mendingan sih. Entah ketemunya Saka orangnya sudah berumur atau tidak, tapi Jason terlihat lebih santai dari pada Revaz.
Oh, hari ini ia diminta untuk mengantarkan berkas oleh Jason. Karena sore tadi beliau pamit ada urusan.
Saka melihat jam dipergelangan tangannya, sudah jam delapan malam. Tidak menganggukan?
"Hah... alamatnya tadi sudah dikirim..." kata Saka pelan kemudian turun dengan membawa beberapa berkas.
Dibawah ia berpapasan dengan beberapa karyawan dan mereka menyapanya. Padahal Saka belum ada satu tahun kerja di HJN, tapi semua orang menghormatinya. Apa karena ia sekretaris CEO? Agak bangga dan ngenes dalam waktu bersamaan.
"Kalau dilihat dari alamatnya jauh. Masa gue naik motot malem-malem, pakai mobil perusahaan aja deh. Mumpung gak ada Revaz," kata Saka kemudian segera menuju parkiran mobil.
Karena mobil perusahaan itu kuncinya ada pada satpam, sebenarnya ada diruangan Revaz. Tapi Saka sudah males kembali ke atas.
"Halo Pak, ngopi nih?" Sapa Saka pada beberapa satpam yang berjaga.
"Loh, Pak Saka? Ada apa Pak?" Tanya mereka langsung berdiri.
Saka tersenyum, ah ia terkenal juga ya? Mana mungkin gak terkenal karena ia sering pinjam kunci juga beberapa hari ini. Karena biasanya Jason akan pergi ke tempat meeting dari rumah. Lah, Saka biasaya lupa kalau mau ambil kunci di ruangan Revaz. Jadi lah ia pinjam satpam.
Kenapa pakai mobil? Kok tidak pakai motornya saja? Yah! Jaga image lah, ke restoran mewah, kantor klien, hotel bintang lima, masa pakai motor matic. Apalagi ia sudah rapi berjas, yang ada awut-awutan. Ia juga harus jaga image HJN seperti nasehat Revaz beberapa bulan lalu.
Ini karena share lockasinya tadi jauh banget, mangkanya Saka naik mobil. Ia tidak mau besok masuk angin.
"Hadeh... rumahnya jauh amat. Ini setiap hari Revaz pulang pergi sebegini jauhnya? Masya Allah, harus dipuji nih Omnya Gresa karena tidak pernah telat."
"The Power of CEO, hujan badai angin ribut halilintar, malah nyanyi. Perjalanan sebegini jauhnya gak pernah telat," guman Saka yang masih mengikuti arahan GPS.
"Sudah dekat ya? Hadeh, gue gak yakin rumah keluarga konglomerat di daerah sekolahan gini," guman Saka pelan, karena jalanan padat ia juga harus memelankan laju mobil.
Belok kiri.
"Hah? Belok?" Tanya Saka keheranan, asistennya sudah berkata.
"Eh! Disebelah cuma ada bangunan besar. Tadi gue jelas lihat namanya Pesantren! Wah! Gak bener nih google," kata Saka agak ngegas.
Belok kiri.
"Ya Allah, google-google. Dah gue bilang gak mungkin—Eh! Beneran anjir titiknya," kata Saka tidak percaya.
Karena titiknya seperti didalam bangunan ini, akhirnya Saka mengikuti. Benar, disana ada pintu masuk Pesantren. Apa ia tanya ya? Tapi tidak mungkin juga konglomerat tinggal di tempat beginian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum CEO Ganteng
RomanceRevaz Adam Candra. Sosok CEO muda yang haus akan kehormatan. Ia selalu mendapat apa yang diharapkan. Cerdas, pandai, arogan, tidak pernah patuh pada siapapun kecuali Umi dan Abinya. Menjadi putra sulung membuatnya selalu dihormati oleh saudara-sauda...