"Hari ini sampai disini dulu," kata seorang pria langsung membereskan dokumennya.
"Boleh saya meminta waktunya sebentar Bapak Lucas?" Tanya seorang wanita dengan lembut padanya.
Lucas menatapnya datar, ia melihat pergelangan tangannya. Jam tujuh malam, walau masih sore, entah perasaan ini menyuruhnya untuk pulang. Ia teringat ibunya.
"Jika tidak terlalu larut," balas Lucas membuat Seila senang.
"Kalau begitu bagaimana jika kita berpindah tempat? Lebih mengenakkan jika kita memesan meja dilantai dua," kata Seila dan Lucas hanya mengangguk.
Saat menuju lantai dua, mereka hanya berdua. Itu karena sekretaris Sheila pamit terlebih dahulu dan asisten yang Lucas bawa sudah izin untuk kembali.
Kini keduanya sudah berada dilantai dua. Lebih tepatnya dibalkon, mereka hanya duduk bersama.
"Ada sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?" Tanya Lucas santai namun nadanya terkesan datar dan masih formal.
"Jangan panggil saya Ibu, kita bicara non formal saja disini. Boleh bukan saya memanggil kamu Lucas?" Tanya Seila kemudian Lucas hanya mengangguk kecil.
"Terimakasih," balas Seila dengan senyum menawannya.
Lucas hanya menatapnya datar, sungguh ia belum pernah membuang waktu seperti ini. Jika bukan klien, ia akan pergi.
"Jalanan padat sekali ya," kata Seila saat melihat arah bawah.
"Jam pulang kerja. Ditambah hari sabtu," balas Lucas ikut memperhatikan jalanan. Apakah ia akan pulang larut?
"Yah... besok weekend. Kamu memiliki kegiatan khusus Lucas?" Tanya Seila membuat Lucas dengan malas mengalihkan pandangannya dari jalan yang sibuk.
"Maksudku, kamu memiliki kegiatan rutinan ataupun apa begitu?" Tanya Seila penasaran.
"Privasi," balas Lucas datar.
"A..." Sheila kehabisan kata-katanya. Jika tidak berurusan dengan pekerjaan, akan sulit mengajaknya untuk berbicara.
"Maaf... jika tidak ada kegiatan, aku ingin bersenang-senang denganmu. Maaf lancang," kata Seila membuat Lucas menghela nafas.
"Maaf kembali, aku juga tidak berniat membuatmu merasa tidak enak," balas Lucas dengan nada yang sedikit lembut.
Mendengar itu Seila tersenyum, ia tahu Lucas bukanlah orang yang keras. Ia hanyalah seorang pria dengan kadar kegilaan pekerjaan yang tinggi mungkin.
"Tidak apa, boleh kukatakan sesuatu?" Tanya Sheila kembali.
"Silahkan."
"Sejak... pertama kali melihat Lucas, rasanya kamu berbeda dengan pria lain. Aku tahu, ini terlalu dini namun aku ingin mengatakannya. Maaf jika akan membuatmu tidak nyaman. Tapi, setelah aku memikirkannya kembali. Sepertinya, aku menyukaimu... Lucas."
Lucas hanya terdiam mendengar ucapan Seila. Ini baru pertama kalinya ada seseorang yang mengungkap perasaan padanya.
Ia tidak pernah dekat dengan seseorang, bukan karena ia yang menjauh. Namun semua oranglah yang menjauh darinya. Satu-satunya orang yang dapat menerimanya secara baik dari kalayak umum hanyalah Revaz.
"Maaf membuatmu tidak nyaman," kata Seila setelah tidak mendapat respon cukup lama dari Lucas.
"Tidak, sama sekali tidak," balas Lucas sedikit membenarkan posisi duduknya.
Seila mengangkat kembali kepalanya, ia berharap setelahnya Lucas juga mengungkapkan hal yang sama. Namun kenyatannya, ia hanya melihat wajah yang datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum CEO Ganteng
RomanceRevaz Adam Candra. Sosok CEO muda yang haus akan kehormatan. Ia selalu mendapat apa yang diharapkan. Cerdas, pandai, arogan, tidak pernah patuh pada siapapun kecuali Umi dan Abinya. Menjadi putra sulung membuatnya selalu dihormati oleh saudara-sauda...