"Loh Ev, tumben bawa tas?" Tanya Nadia saat melihat putranya keluar dengan tas ransel dipunggungnya.
"Ehehehe.... lagi banyak pekerjaan," balas Revaz yang kemudian ikut duduk di meja makan bersama.
"Bang Revaz mau ngampus lagi?" Tanya Ziva saat melihat abangnya itu membawa tas ransel.
"Apaan sih, di kantor banyak kerjaan," balas Revaz santai kemudian mengambil makanannya.
"Semua baik-baik sajakan?" Tanya Jason pada putranya.
"Tidak pernah sebaik ini," balas Revaz santai.
"Ya sudah, ayo sarapan," kata Jason kemudian memimpin doa.
Setelah sarapan Revaz langsung pamit menuju kantor. Karena tidak terlalu siang, ia masih bisa sedikit bersantai walau debit kendaraan yang sudah tidak bisa diajak bersantai kembali.
Cukup lama, akhirnya Revaz sampai di kantor. Mungkin efek macet juga, ia segera memarkirkan mobilnya. Ransel yang berisi laptop dan beberapa data perusahaan ia taruh saja di mobil.
Keamanan parkiran khusus CEO ini sangat terjamin, lagi pula jika ada yang mencuri, kamera pengawas ada dibeberapa titik sudut bahkan dititik buta mata manusia.
Tidak ada data penting, karena itu laptop pribadinya dan juga beberapa berkas perusahaan yang sudah lama.
Setelah mengunci mobil, Revaz segera keluar. Mengingat kata-kata Christian kemarin, ia akan mencoba memperbaiki diri.
"Huft!" Ia menghela nafas kasar. "Santai dan serius."
Setelah memastikan dirinya siap, entah kenapa ia merasa seperti baru pertama kali menginjak kantor HJN ini. Padahal setiap hari ia selalu datang dengan kearoganannya.
"Kau bisa Ev, jadi dirimu sendiri!" Tekan Revaz kemudian melangkahkan kakinya menuju bangunan kator.
Saat di depan, Revaz sedikit memperhatikan bangunan kantor. Hanya bangunan empat lantai dengan luas yang tidak main-main. Kadang ia masih tidak percaya akan menjadi pemimpin tempat ini. Yah, ini hanyalah bagian kecil HJN jika dibandingkan dengan cabang lain.
Menghela nafas kemudian melanjutkan langkahnya, memasuki gedung besar ini sendirian dengan banyaknya orang lain yang berlalu lalang.
"Sebaiknya aku mengadakan kunjungan rutin untuk cabang," guman Revaz saat melangkahkan kakinya memasuki kantor.
"Selamat pagi Bapak Revaz," sapa satpam dengan senyum menyambut kedatangan sang CEO. Yah itu hal yang biasa terjadi, satpam akan menyapa siapapun yang memasuki pintu.
"Pagi," balas Revaz santai kemudian melanjutkan jalannya.
Satpam yang menyapa dan rekannya langsung terdiam kala mendapat balasan dari bos mereka. Ada apa dengan bosnya yang tiba-tiba membalas sapaan?
"Eh, tadi Pak Revaz bukan?" Tanya rekannya.
"Aku sendiri tak yakin, apa beliau membalas salam kita?" Tanya yang lain.
"Mungkin moodnya sedang baik," balas satpam yang lain dan segera diangguki.
"Hoam... aku kebanyakan makan sampai ngantuk," guman Revaz menutup mulutnya yang menguap. Sayup-sayup ia mendengar sesuatu.
"Hei! Itu Pak Revaz! Kasih datanya sana!"
"Tidak, lebih baik kuantar pada sekretarisnya saja."
"Hei! Dari pada kau repot ke atas, orangnya lewat sekalian sajalah."
"Kau sendiri yang beri, aku tidak mau."
"Ish! Kau kepala bagian kami, masa kacung kau suruh menghadap bos?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum CEO Ganteng
RomansaRevaz Adam Candra. Sosok CEO muda yang haus akan kehormatan. Ia selalu mendapat apa yang diharapkan. Cerdas, pandai, arogan, tidak pernah patuh pada siapapun kecuali Umi dan Abinya. Menjadi putra sulung membuatnya selalu dihormati oleh saudara-sauda...