Chapter 16

4.8K 389 10
                                    

"Jika seperti ini terus aku bisa gila!" Kata Revaz yang sudah berbolak-balik mengganti posisi tidurnya.

Ia tidak bisa tidur, setiap beberapa menit setelah kehilangan kesadaran ia akan bermimpi dengan seorang perempuan.

Karena lelah, Revaz memutuskan untuk duduk. Ia melihat ponselnya dan layar langsung menyala dengan terang. Ya ampun, jam dua pagi. Sekarang ia harus apa?

Yah, tadi jam satu ia sudah melaksanakan sholat sunnah. Walau tertidur beberapa menit, intinya ia sudah tidur.

Karena kesal, Revaz memutuskan untuk bangkit, ia menyalakan lampu dan keluar kamar. Ia menuju dapur dan mengambil air dari lemari es. Minum aie dingin mingkin dapat menyegarkan otaknya.

"Revaz? Kamu kok diluar?" Tanya Nadia kaget melihat putranya itu duduk dikursi dapur dengan segelas air ditangannya.

"Hehehe, mau ambil minum. Umi kok belum tidur?" Tanya Revaz bingung.

"Tadi baru bangun. Mau ambilin air karena dikamar sudah habis. Kasihan Abimu kalau bangun jika ingin minum air," kata Nadia yang sedang mengisi botol air.

"Masya Allah, dimana sih dapat istri seperti Umi. Abi kok beruntung sekali," kata Revaz dengan perasaan yang tenang.

"Semuanya sudah takdir Revaz, mempertemukan Abi dan Umi," balas Nadia dan Revaz hanya tersenyum.

Cukup lama mereka terdiam, Revaz masih melihat Uminya baru selesai mengisi air.

"Umi memiliki waktu sebentar?" Tanya Revaz dengan ragu.

"Ada apa?" Tanya Nadia kemudian meletakkan botol di atas meja dan duduk dikursi yang lain.

"Umi, Evaz ingin mengatakan sesuatu," kata Revaz dengan wajah mendungnya.

"Katakan saja," balas Nadia perlahan. Ia tahu pasti putranya sedang dilanda masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri.

Nadia dapat menebak ini bukanlah masalah kantor. Revaz tidak pernah menyangkut pautkan masalah kantor pada masalah pribadi, begitu juga sebaliknya.

"Umi, sekitaran satu bulan lalu ada seorang aneh yang memasuki area Revaz. Gadis yang energic, memiliki aura positive yang kuat, namun ia terlalu bersemangat. Evaz ingin selalu mengusir gadis itu. Ia sangat menganggu kerjaku," kaya Revaz mulai menceritakan keluh kesahnya.

Nadia tersenyum mendengar penjelasan Revaz, seorang perempuan rupanya. Ia menjadi penasaran, siapa gadis yang dapat membuat putranya menggalau.

"Evaz sangat jengkel dengan sikap dan senyumnya. Seakan itu semua tidak akan pernah luntur. Semuanya sangat kacau, hari yang tenang menjadi ribut, hak kecil menjadi debat, kesunyian menjadi bising. Semuanya berubah dan Evaz tidak nyaman jika area ini dimasuki oleh orang asing."

Nadia hanya mendengarkan tanpa ada niatan menyela. Biarlah putranya itu bercerita terlebih dahulu semuanya, kemudian ia bisa menarik kesimpulan.

"Tapi... satu minggu yang lalu ia tiba-tiba menghilang. Evaz bahagia, akhirnya ketenangan kembali lagi. Namun beberapa hari setelahnya, ketenangan itu menjadi kesunyian yang membuat Evaz semakin tidak nyaman."

Revaz mencurahkan seluruh isi hatinya, karena ia benar-benar tidak tahu harus bercerita kepada siapa.

"Evaz merasa hari-hari ini kosong. Umi, sekarang semakin parah. Evaz selalu memikirkan gadis itu, setiap tertidur dalam benak Evaz termimpikan gadis itu. Evaz tidak tahu perasaan apakah ini. Apa hanya kangen atau yang lain. Semuanya terjadi sangat kacau bagi Evaz Umi."

Nadia mengusap tangan putranya yang berada diatas meja.

"Kamu memikirkannya sampai seperti itu? Jadi ini alasan kamu murung dan tidak bisa tidur akhir-akhir ini?" Tanya Nadia dan Revaz mengangguk ragu.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang