Chapter 57

4.7K 342 14
                                    

"Hah... sudah tiga bulan aku menikah. Dan setelah itu, selamat pekerjaanmu semakin menumpuk. Padahal aku ingin berduaan dengan Gresa. HJN kau jahat sekali," kata Revaz mengeluh untuk keberapa kalinya.

Akhir-akhir ini ia cukup sibuk, beruntungnya ada si Saka yang selalu membantunya. Jika bukan karena pria muda itu menghandle beberapa pekerjaannya. Revaz tidak yakin apa ia bisa pulang. Serta juga Gresa yang selalu pengertian.

Kehidupan rumah tangga mereka berjalan degan harmonis. Istrinya itu juga baru wisudah. Hah... senangnya Revaz akhirnya ia bisa bebas bermain dengan Gresa. Dulu ia harus menahan diri karena besoknya Gresa harus ke kampus. Yah, itu alasan klasik sang istri.

"Hari ini tidak ada kerjaan pentingkan? Pulang sore ah! Kangen Gresa," kata Revaz dengan semangat.

Tiba-tiba teleponnya berdering. Pasti dari Saka, ada apa lagi sih? Padahal Revaz sudah berbunga-bunga akan pulang sore nanti entah kenapa ia tiba-tiba kesal.

"Ck, ada apa?" Tanya Revaz malas.

"Pak, ada tamu," kata Saka dan Revaz bingung, perasaan ia tidak ada janji. Lalu siapa?

"Siapa? Saya tidak membuat janji perasaan," kata Revaz penasaran.

"E... seorang tamu bernama sebentar. Gue baca namanya, sulit Pak," kata Saka sambil bacain nama dicatatannya barusan.

"Namanya... Bapak Anselm Z...Zsi..Zsigm— Ya Allah ini nama apa huruf mati digabungin," kata Saka dan dengan sabar Revaz menerima keluhan sekretarisnya.

"Namanya gimana sih?" Tanya Revaz sabar, kalau gak sabar nanti bisa botak ia.

"Bentar, Pak namanya siapa? Saya gak bisa ngomonginnya. Another level ini," kata Saka yang masih dapat didengar Revaz yang mengelus dada.

Tidak lama suara memudar berarti Saka memberikan telponnya ke orang lain.

"Anselm Szigmond."

"Nah! Itu namanya Pak, orang mana sih namanya sulit kek gitu," gerutu Saka. Revaz hanya keheranan, perasaan nama itu bukan sejenis nama orang Indonesia.

"Dari?" Tanya Revaz cepat.

"Datanya tertulis Sagre Group. Bukannya itu perusahaan milik keluarga Gresa?" Tanya Saka penasaran.

"Sudah saya duga. Suruh orangnya masuk," kata Revaz kemudian menutup panggilan.

Setelahnya pintu terbuka dan masuklah pria asing. Wajahnya memang bukan wajah orang Indonesia, pasti ini didatangkan langsung dari Swiss oleh mertuanya.

"Can speak English?" Tanya Revaz berjaga-jaga jika lawan bicaranga menggunakan bahasa Jerman, itali, romania atau Perancis. Karena jujur Revaz tidak tahu pasti di daerah mana perusahaan keluarga Gresa itu.

"Saya bisa bahasa Indonesia Pak," balasnya terdengar faseh membuat Revaz bingung sebentar kemudian segera dinetralkan.

"Oh, lebih baik. Silahkan duduk, apa Bapak Hardin mengatakan sesuatu?" Tanya Revaz lebih santai.

"Beliau berpesan agar saya menemani anda. Jadi untuk pertama saya kira lebih baik kita berkenalan kemudian juga bertemu Ibu Gresa," katanya dan Revaz mengangguk.

"Itu keputusan yang tepat Mr. Szigmond," balas Revaz.

"Anselm, cukup panggil itu. Maaf belum memberitahu, sebelumnya saya bekerja sebagai kepala manajer perusahaan Sagre yang berada di Jerman. Saya disini akan menemani anda Bapak Revaz."

'Gak asik orang luar itu spaneng, enakan sama Saka,' batin Revaz setelah mengamati cara bicara Anselm.

"Kalau begitu, mohon kerja samanya. Sebaiknya kita berbicara juga dengan Bu Gresa," balas Revaz.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang