Chapter 63

7.3K 346 84
                                    

"Kenapa Suyang gak ke kantor lagi?" Tanya Gresa karena sudah tiga hari terhitung sejak hari ini Revaz tidak datang ke kantor.

"Aku akan menjagamu sampai dia lahir. Aku tidak akan meninggalkan kalian," kata Revaz kemudian merangkul bahu Gresa yang duduk di sampingnya dan mengecup dahinya.

"Perkiraan dokter masih satu minggu lagi loh," kata Gresa namun Revaz tetap keukuh.

"Ziva dulu lahir lebih cepat dua minggu dan Brian lahir lebih lambat tiga minggu dari perkiraan. Adakah dari kejadian itu yang tidak membuatku khawatir pada kalian?" Tanya Revaz penuh nada ke khawatiran.

"Tapi disini ada banyak orang..."

"Sebanyak apapun orang, siapapun yang ada. Aku hanya ingin kamu memanggilku untuk yang pertama."

Gresa tersenyum, entah sejak kapan kata-kata Revaz labih lembut dan terdengar puintis.

"Dia cewek atau cowok ya?" Tanya Revaz sembari mengelus perut buncit istrinya.

Usia kandungan Gresa sudah memasuki 9 bulan, dan menurut perkiraan dokter bayi masih ada waktu satu minggu sebelum kelahiran. Maka dari itu Revaz mulai dua hari lalu absen dari kantor. Ia sangat khawatir pada istri dan buah hatinya, padahal disini ada banyak orang yang siaga mengawasi Gresa.

"Cewek atau cowokkan sama saja. Lagi pula Suyang sendiri yang sudah sepakat untuk menjadikan ini kejutan," kata Gresa dan Revaz tersenyum.

"Benar sekali, tapi semoga dia perempuan," kata Revaz dengan tersenyum kecil.

"Kita tidak akan pernah tahu," balas Gresa kemudian tersenyum.

"Kenapa kalau cowok?" Tanya Gresa penasaran.

"Tidak masalah, tapi akan sedikit merepotkan saat kecil. Lihat para ponakanku itu? Lihat tingkah mereka saja pusing," kata Revaz dan Gresa cekikikan.

"Suyang dulu pasti seperti itu ya?" Tanya Gresa sengaja menggoda suaminya.

"Gak! Aku itu anak yang baik dan tidak nakal. Tanyakan pada Umi," kata Revaz membanggakan diri.

"Oh... baik ya..." tiba-tiba suara terdengar dari belakang membuat mereka menoleh.

"E... ngapain Abi dan Umi ada disini, tadi katanya...."

"Apa katanya-katanya!" Balas Jason sedikit melotot kemudian duduk disana bersama Nadia.

"Masa kecil Om Revaz itu seperti apa?" Tanya Gresa masih penasaran.

"Aku anak yang baikkan Umi!" Kata Revaz pada Nadia sengaja menghindari kontak dengan Jason.

"Bagaimana ya..." balas Nadia agak berpikir.

"Baik apanya! Kamu sudah lupa siapa yang sembunyiin sendal satu masjid di atas pohon mangga waktu habis sholawatan? Sampai di seret Umi ke Masjid untuk ngambilin semua!" Kata Jason membuat Revaz melotot.

"Apaan sih Bi! Aku cuma beri pelajaran sama ustadz dan santri yang mulutnya gak bisa dijaga itu. Memangnya salah? Mereka juga jelekin Abi," kata Revaz langsung cemberut dan memeluk istrinya.

"Dari kecil jawabanmu tidak berubah," kata Jason kemudian tersenyum.

"Sudahlah! Kalian itu sama saja," kata Nadia melerai mereka.

"Iya! Aku denger Abi juga pernah gebrakin meja pada salah satu ustadz dulu waktu muda!" Kata Revaz tidak mau kalah. Ia mendengar itu secara tidak langsung saat tidak sengaja mendengar nyinyiran pada ustadz yang tidak suka dengan Abinya.

"Yah memang ustadznya bangsat banget sih. Muka dua lagi! Padahal apa salahnya kalau belum bisa baca Al-Qur'an di usia 28," balas Jason nampak kesal walau kini hubungannya dengan ustadz Fian sudah membaik sih, tapi kalau diingetin juga masih kesal.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang