"Hei! Kenapa tidak bisa menjelaskan laporannya hah? Siapa yang buat laporan ini? Kamu bodoh sekali presentasinya!"
Karyawan yang berada dihadapan Revaz hanya menunduk dan meminta maaf. Sebenarnya Revaz memang sudah mulai ramah pada seluruh karyawan. Namun tidak jika sedang marah-marah, aura iblisnya kembali lagi.
"Maafkan saya Pak, maafkan saya," kata karyawan itu yang masih terus minta maaf. Mungkin jika karyawan ini perempuan dia akan menangis karena sumpah, wajah Revaz sangat menakutkan.
"Maaf saja! Kamu kira saya dengar presentasi atau hanya kata maaf?! Siapa yang buat laporan ini?" Kata Revaz langsung memukul-mukulkan laporannya pada meja.
Sebenarnya ia tidak baca, karena hari ini sedang bad mood dan ia berinisiatif untuk mendengar saja. Malah karyawan ini mempresentasikannya dengan kacau, jika didengar sekilas harusnya bukan karyawan ini yang berbicara. Lagi pula, Revaz juga belum pernah melihat wajahnya.
"Ma–maaf Pak—"
"Siapa?!" Bentak Revaz membuatnya semakin bergetar.
"Ba–bapak Lucas. Be–beliau menyuruh saya menggantikannya."
"Di mana dia sekarang?" Tanya Revaz kembali.
"Sa–saya kurang tau. Tadi beliau turun."
"Awas saja anak itu!" Maki Revaz langsung bangkit dari duduknya.
Hari ini ia bad mood sekali, pertama di rumah keponakannya mengerjai ia sudah berapa kali sepanjang pagi. Sekarang sekretarisnya pergi tanpa pamit. Kenapa hari ini semuanya kompak mengerjainya?
Baru mau keluar area ruangannya, Revaz melihat orang yang membuatnya emosi datang dengan santainya membawa tablet berjalan tanpa mempedulikan sekitar.
"LUCAS!" Bentak Revaz langsung.
"Ada apa Pak?" Tanya Lucas bingung kemudian melihat orang yang ia suruh keluar dengan bahu bergetar. Oh, ia tahu masalahnya.
"Maaf Pak saya tadi dari bagian humas. Ada masalah mendesak dan baru saja akan melaporkannya pada anda. Saya kira bisa menghemat waktu meminta bantuan Dika," terang Lucas dengan santai.
"Menghemat waktu apanya? Laporan itu bukan pekerjaannya jadi tidak bisa membawakan dengan sempurna!"
"Baik Pak, akan saya bacakan ulang. Silahkan," kata Lucas karena ia bukan tipe orang yang suka berdebat.
Setelah itu Revaz kembali masuk ruangannya sedangkan Lucas hanya menggelengkan kepalanya malas.
"Sini laporannya, tadi latihan bersama saya bagus kok di depan Pak Revaz amburadul?" Tanya Lucas sambil mengadahkan tangannya.
"Ma–maaf Pak," kata Dika kemudian memberikan kertas itu.
"Sana kembali kebagianmu," kata Lucas dengan malas kemudian Dika segera pergi dengan secepat kilat.
"Pekerja dengan nilai tertinggi rekrutan tahun lalu? Mentalnya sangat buruk," guman Lucas menuju mejanya untuk mengambil sesuatu.
"Empat orang yang sudah kumintai tolong sudah down. Tiga diantaranya pegawai rekrutan baru," guman Lucas pelan kemudian merapikan kembali dokumennya dan pergi menuju dalam.
.
.
.
.
.
.
."Cas, kapan para magang itu akan mulai aktif?" Tanya Revaz setelah Lucas menyelesaikan semua laporannya.
"Dari datanya, hari ini," balas Lucas yang masih membereskan tumpukan dokumen.
"Apa? Hari ini? Termasuk Gresa?" Tanya Revaz tidak percaya.
"Hm, kau mau segera menemuinya dengan mood yang buruk?" Tanya Lucas dan Revaz menggeleng.
"Biarkan dia beradaptasi dulu, hah... aku lebih suka dia yang menghampiriku," balas Revaz kemudian menaruh punggungnya di sandaran kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum CEO Ganteng
RomanceRevaz Adam Candra. Sosok CEO muda yang haus akan kehormatan. Ia selalu mendapat apa yang diharapkan. Cerdas, pandai, arogan, tidak pernah patuh pada siapapun kecuali Umi dan Abinya. Menjadi putra sulung membuatnya selalu dihormati oleh saudara-sauda...