Chapter 34

4.3K 406 17
                                    

"Assalamualaikum semua," sapa Revaz saat memasuki rumah.

"Waalaikum...salam..."

Mereka yang ada di dalam rumah hanya menjawab salam dengan bingung. Sangat tidak biasa, atau tidak pernah mereka melihat Revaz mengucap salam sebahagia ini. Apa yang baru saja pria itu dapatkan dari luar?

"Kau baik-baik sajakan Bang?" Tanya si bungsu karena sikap kakaknya yang tidak wajar. Bukan lagi tidak, namun sangat tidak wajar.

"Hari ini aku lagi bahagia," balas Revaz dengan senyuman mengembangnya membuat siapapun akan ngeri melihatnya.

"Sebaiknya kita rukyah saja orang itu," guman Brian karena kemarin Revaz pulang dengan wajah yang amat kesal dan hari ini pulang dengan wajah yang sangat mengembang.

"Apa kau memenangkan sebuah pertaruhan?" Tanya Jason merasa heran dengan sikap putranya.

"Lebih dari taruhan Bi. Aku ke kamar dulu ya. Ingin segera mandi," kata Revaz yang semakin aneh di mata semua orang.

Bagaimana ekspresi pria itu berubah-ubah setiap hari. Itu sangat tidak wajar karena sejak hampir 3 tahun ini Revaz sungguh aneh. Kadang marah-marah, kadang senyum-senyum, sampai kadang berbicara sendiri. Berapa banyak masalah yang dihadapi pria itu? Tidak heran bukan jika keluarga menganggapnya mulai tidak normal?

Bahkan sampai saat ini semua orang masih memandangi punggung pria itu. Ia terlihat berjalan dengan bersenandung kecil, terlihat benar-benar seperti orang tidak memiliki beban.

"Ah... rasanya hari ini tidak ingin berakhir. Dasar Ana menganggu saja. Aku tau Gresa sahabatnya tapi... sudahlah! Aku ingin segera memimpikannya!"

Oke, semua orang masih mendengar itu dan sekarang mereka semakin merasa putra sulung itu sudah benar-benar kurang waras.

"Apa yang dia bicarakan?" Tanya Jason kebingungan karena putra sulungnya itu berguman sesuatu yang aneh.

"Feelingku Bang Evaz lagi bucin deh. Terlihat dari gerak-geriknya," kata Ziva berlagak sok detektif. "Dulu aku sama kak Afisah pernah ditanyai soal hadiah dari pasangan kami. Benarkan kak?"

"Oh... iya pernah," balas Afisa teringat kejadian itu setelah bertanya Revaz langsung pergi.

"Hahahaha bucin? Jika itu benar, aku akan membalik ucapan itu tepat di wajahnya!" Kata Brian yang entah dapat angin dari mana si kulkas itu tertawa.

"Memang dia pernah mengucapkan apa?" Tanya Jason bingung.

"SEORANG REVAZ ADAM CANDRA TIDAK AKAN PERNAH HILANG AKAL HANYA KARENA PEREMPUAN!" Ucap Brian dan Ziva secara bersamaan dengan menirukan gaya bicara sang kakak sulung.

"Kalian itu, bukankah lebih baik jika abang kalian menemukan calon pendamping hidupnya?" Tanya Nadia heran dengan tingkah putra putrinya.

"Ya, lagian kalian tidak malu dilihati istri, suami dan anak kalian?" Tanya Jason geleng-geleng.

"Harus dikasih pelajaran sih Bang Evaz. Dia selalu bilang seperti, bahkan ke Mas Om!" Kata Ziva dan diangguki oleh suaminya.

"Kau juga ikutan Gas?" Tanya Jason pusing. Entah kenapa jika semua orang kalem dekat dengan keluarganya, pasti akan ikut resek.

"Maaf Gus, tapi itu yang sering diucapkan Bang Revaz pada saya juga," balas Bagas dengan tampang tidak bersalahnya.

"Aku setuju dengan itu," balas Brian sangat menyetujui.

"Hah... kalian itu..." guman Jason pelan. Tapi jika Revaz benar menemukan jodohnya, ia juga akan sangat bersyukur. Mengingat anak itu tidak pernah terlihat bersama seorang perempuan.

Assalamualaikum CEO GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang