#16

1.2K 158 0
                                    

Jeon Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon Jungkook

☆☆☆

Pagi berjalan dengan baik dan Jungkook berusaha mengendalikan dorongan untuk memukul beberapa kepala sekaligus. Tatapan terkejut dan tawa diam-diam dari awak kapalnya seolah-olah mereka tidak bisa mengenali dirinya dengan rambut pendeknya, membuat Jungkook gelisah. Ia berpikir untuk mencukur mereka semua kemudian ia akan melihat siapa yang akan tertawa.

Dalam suasana hati marah itulah Jungkook menggedor pintu JaeHyun. Victoria membukanya, kemudian mundur darinya, ketakutan tampak di matanya. Dengan cemberut di wajahnya, Jungkook melangkah masuk ke kabin untuk menemukan JaeHyun yang duduk di meja sambil minum kopi hitam yang mengepul.

“Aku sudah berusaha meyakinkan yang satu ini kalau kau tidak memukuli Jimin semalam. Tidak bisakah kau membuat berezia sialan itu tidak menjerit terus-menerus?” Kata JaeHyun.

“Apa kau ingin aku membungkamnya? Itu hanya akan meningkatkan pendapatnya yang hina tentang diriku walaupun kenapa hal itu harus menggangguku, aku tidak tau.” Kata Jungkook. Ia menoleh ke Victoria dengan ekspresi jengkel. “Pergilah ke Tuan-mu, kau akan menemukan kalau dia tidak lebih buruk daripada kemarin.”

Jungkook melihat wanita itu meninggalkan kabin, kemudian ia menutup pintu dan menghadap JaeHyun yang tertawa penuh semangat.

“Sialan, JaeHyun!” Sembur Jungkook. “Hiburanmu karena pengorbananku sudah cukup jauh. Mungkin kalau aku mencukur rambutmu, kau tidak akan menganggapnya lucu.”

“Bukan wajah mulusmu yang ku anggap lucu, tapi lingkaran hitam di matamu.” Kata JaeHyun terkekeh.

Jungkook merasakan bagian lembut di bawah matanya dan meringis. Ia lupa tentang pukulan Jimin yang diarahkan ke pipinya.

“Kenapa kau membiarkan berezia itu mengalahkanmu?” Tanya JaeHyun, tenang. “Aku harus mengunci pelayan tua itu semalam ketika Jimin mulai berteriak. Dia akan menyerbu ke sana untuk menyelamatkan tuan mudanya.”

“Aku akan menangani pemuda itu dengan cara yang kurasa sesuai. Aku akan menjinakkannya dan aku telah memutuskan untuk mempertahankan dia sementara waktu.” Kata Jungkook, menyeringai.

“Apa yang kau bicarakan?”

“Aku hanya ingin menikmati keberadaan Jimin sedikit lebih lama. Aku mengubah arah menuju pulau kediaman kita semalam.” Jawab Jungkook.

“Tapi bagaimana dengan tebusannya?”

“Aku masih akan mengambil tebusannya, tapi belum. Keluarga Lord Daniel bisa menunggu sedikit lebih lama. Bisakah kau bersabar untuk kembali ke Maloma kecilmu?”

“Tapi Jimin dan Victoria pikir mereka akan menuju ke Saint Martin. Apa yang akan terjadi jika mereka menemukan tujuan mereka telah berubah?” Tanya JaeHyun.

“Mereka tidak perlu tau sampai kita sampai di rumah. Jimin akan menjadi satu-satunya yang akan mengamuk, tapi tidak akan ada apa pun yang bisa dia lakukan terhadap hal itu.” Jungkook berhenti dan merenung. “Satu hal lagi. Apapun yang kau lakukan, jangan biarkan wanita tua itu tahu tentang ini. Peringatkan para awak kapal untuk tidak berbicara tentang hal itu di depannya.”

☆☆☆

“Jimin, kau baik-baik saja?” Tanya Victoria. Ia menutup pintu dan duduk di seberang Jimin.

“Ya, kenapa kau bertanya?”

“Aku mendengar kau menjerit tadi malam. Kupikir dia…”

“Bukan apa-apa.” Kata Jimin, cepat. “Hanya jeritan frustasi, tidak lebih.”

Victoria bingung. Bibir Jimin terkatup rapat, buku-buku jarinya tegang saat ia melakukan jahitan yang ceroboh pada bajunya.

“Aku melihat kapten.” Kata Victoria, mencoba. “Dia mengatakan bahwa kau tidak lebih buruk dari sebelumnya. Tapi kau tidak tampak begitu.”

Jimin mendongak, matanya seperti zamrud yang berkilauan. “Dia bodoh.”

Jimin mengira kalau ia akan senang karena bisa melawan Jungkook. Tapi kalah terhadapnya benar-benar penghinaan. Ia tidak bisa berhenti memikirkan cara Jungkook yang telah memperkosanya dengan begitu hina, mengangkat kaki Jimin di atas bahunya dan menyodoknya begitu kasar.

Ia terbangun cukup dini, lega mendapati dirinya sendirian. Ia telah menggosok dirinya dengan air dingin dari wastafel, lalu mulai memperbaiki pakaiannya. Tapi dengan setiap jahitan yang ia lakukan, adegan-adegan dari malam sebelumnya terlintas di depan matanya. Bibirnya masih terasa lembut dan sedikit bengkak akibat ciuman Jungkook yang ganas dan marah. Dan ada tanda biru kecil di pergelangan tangannya, kesaksian terhadap kekuatan Jungkook yang besar.

Ia memutuskan untuk berhenti memperbaiki pakaiannya. Ia akan memakai pakaian Jungkook dan jika laki-laki itu bersikeras untuk merobeknya setiap malam, itu akan menjadi urusannya.

Jimin tersenyum sekarang kepada pelayannya. “Aku harus ingat untuk bertanya kepada Jungkook apakah ada satin putih di dalam palka. Aku harus mulai membuat baju pengantin baru sesegera mungkin.”

TBC

[ FREE ] BereziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang