#END

2.5K 174 20
                                    

Jeon Jungkook - Park Jimin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon Jungkook - Park Jimin

☆☆☆

Jungkook menunda kepulangannya sampai Jimin mendapatkan kembali kekuatannya. Namun mereka melakukan satu pemberhentian untuk membeli apa yang dibutuhkan untuk tanaman gula karena Jungkook berencana untuk tidak meninggalkan pulau lagi dalam waktu yang sangat lama.

Siwon dan Yoona menyambut mereka saat mereka kembali ke rumah. Yoona meneteskan air matanya, lega. Dan Siwon menepuk punggung Jungkook, mengatakan padanya bahwa ia yakin putranya akan diselamatkan.

Angela, bayi perempuan Jimin dan Jungkook, terbangun oleh semua keributan itu. Ia mulai merengek, membuat dirinya diperhatikan oleh semua orang. Yoona mengambil cucunya dari gendongan Jimin dan berseru atas kecantikannya.

"Sepertinya dia mirip dengan ayahnya." Kata Siwon, mengintip dari balik bahu Yoona pada Angela. Kemudian ia menatap Jungkook. "Kudengar kau sempat yakin bahwa bayi ini bukan anakmu. Apa kau masih ragu?"

"Bayi itu milikku, sama seperti ibunya." Kata Jungkook, tegas.

Victoria datang dari dapur dan menangis ketika ia melihat Jimin dan bayinya. Saat mereka semua berkumpul, saat itu juga lah Jungkook memberitahu mereka semua jika ia hendak menikahi Jimin hari itu juga.

☆☆☆

"Semua sudah diatur." Kata Jungkook ketika ia memasuki kamarnya, menemukan Jimin sedang bermain dengan Angela di tempat tidur. "Siwon telah pergi untuk menjemput pendeta."

Jungkook bergabung dengan Jimin di tempat tidur sambil berbaring miring dengan Angela berada di antara mereka. Tapi ketika ia melihat Jimin, ia terkejut oleh ekspresi sedihnya.

"Apakah kau memiliki keraguan untuk menikah denganku, sayang?"

"Tentu saja tidak! Kau tau betapa aku mencintaimu."

"Lalu, kenapa kau tidak sebahagia aku?"

"Aku bahagia." Kata Jimin, lirih. "Hanya saja aku berharap aku punya baju untuk kupakai."

"Kau akan mendapatkannya." Jawab Jungkook, mengangkat dagu Jimin dengan jarinya. "JaeHyun akan segera membawakannya."

Saat Jungkook mengatakan itu, JaeHyun datang melalui pintu yang terbuka membawa peti besar yang ia letakkan di kaki tempat tidur. Jimin segera mengenali peti itu dan Jimin berpaling pada Jungkook, yang menatap JaeHyun dengan tajam.

"Aku memintamu untuk menunggu sampai aku punya kesempatan untuk mengatakan padanya, sialan!" Sembur Jungkook, marah.

"Ibunya bersikeras supaya aku segera mengeluarkannya dari ruang bawah tanah." Jawab JaeHyun.

Jungkook berbalik dan melihat kebahagiaan di wajah Jimin. Ia membungkuk dan mencium Jungkook dengan lembut.

"Jadi kau berbohong padaku tentang meninggalkan baju pengantinku." Omel Jimin, tapi senyum riang bermain di bibirnya.

"Ini hanya untuk kebaikanmu sehingga aku melakukannya." Jawab Jungkook, cepat. "Kau membutuhkan sesuatu untuk membuatmu sibuk sementara berada di kapalku dan membuat pakaian baru merupakan solusi yang sempurna."

"Tapi kenapa kau tidak membiarkan aku mendapatkan kembali petiku setelah kau membawaku ke sini?"

"Bagaimana kau akan bereaksi pada waktu itu kalau aku memberikannya?"

Jimin tertawa, sangat tau kalau ia akan sangat marah. "Jadi itulah sebabnya pintu ruang bawah tanah selalu terkunci. Aku tidak akan mengetahui kalau petiku berada di sana."

"Apakah kau marah?"

"Tidak, Jungkook. Aku ingin baju yang indah, tapi aku tidak ingin menunda hari pernikahan kita untuk membuat baju yang baru. Kau telah menyelesaikan masalah. Apakah ini sebabnya kau menolak untuk memberiku satin putih ketika aku memintanya?"

"Tidak, aku tidak tahan membayangkan aku memberikanmu kain untuk membuat baju yang akan kau kenakan untuk menikah dengan laki-laki lain. Kurasa aku bahkan sudah mencintaimu pada saat itu."

☆☆☆

Jimin menyelinap dari perayaan pernikahannya untuk membuat susu bagi Angela. Ia membuat susu untuk terakhir kalinya malam itu. Ia pergi ke kamar Yoona karena atas desakan ibunya, Angela telah dipindahkan ke kamar kakek-neneknya untuk malam itu.

Angela terjaga ketika Jimin masuk ke ruangan membawa botol susunya. Bayi itu berdeguk dengan gembira dalam buaian kecil Jimin. Setelah terjaga pada sebagian malam, ada kemungkinan bahwa Angela akan tidur nyenyak sampai pagi dan Jimin menanti-nanti untuk menghabiskan satu malam tanpa gangguan dengan suaminya.

Jimin memberikan susu dalam diam, tenggelam dalam pikiran bahagianya hari itu. Ia mengingat betapa indahnya pernikahan tadi, sumpah yang mengikatnya dengan Jungkook, ekspresi di wajah Jungkook, cinta yang ia lihat di mata Jungkook. Itu adalah hari yang akan ia ingat selamanya.

Setelah Angela disusui dan tertidur dengan cepat, Jimin meletakkannya kembali di dalam buaian dan diam-diam menutup pintu. Jungkook menemuinya di bawah tangga dan tanpa Jimin memberi kesempatan untuk mengucapkan selamat bersenang-senang pada semua orang malam itu, ia meraih tangan Jimin dan menariknya kembali dengan riang ke atas tangga menuju kamar mereka.

Jungkook menggendong Jimin sebelum ia membuka pintu untuk membawa Jimin ke dalam. Kemudian Jungkook menendang pintu hingga tertutup di belakangnya. Ketika mereka sendirian, gerakan Jungkook melambat seolah ingin menikmati setiap detik dengan Jimin.

Rintik-rintik hujan yang lembut bisa terdengar di luar jendela dan angin yang sejuk dan harum menggoyangkan tirai, menggelembungkannya hingga membentuk busur yang bulat seperti kain layar di kapal. Jungkook menurunkan Jimin dengan lembut ditengah ruangan, hampir tak bisa melihatnya dalam kegelapan. Jari-jari Jungkook meraba-raba baju pernikahan Jimin dan akhirnya Jimin harus mendorong tangan Jungkook menjauh untuk melepaskannya sendiri karena Jungkook seperti pemuda gugup yang akan menghadapi pengalaman bercintanya yang pertama kali.

Tanpa berbicara, karena kata-kata memang tidak perlu, Jungkook bergerak untuk menyalakan sebuah lilin. Kemudian ia berbalik kembali pada waktunya untuk melihat Jimin melangkah keluar dari baju satinnya dan melepaskan sisa pakaiannya. Ia hampir tidak bisa percaya bahwa Jimin akhirnya menjadi miliknya dan akhirnya ia akan bercinta dengan Jimin lagi. Sebulan terakhir ini, Jungkook sudah menahan diri untuk tidak bercinta dengan Jimin, memberinya kesempatan untuk pulih sepenuhnya setelah melahirkan.

Jungkook telah menantikan saat ini seolah-olah itu adalah pertama kalinya ia akan bercinta dengan Jimin. Jungkook tersenyum sekarang, berpikir betapa bodoh dirinya karena takut terhadap pernikahan. Karena memiliki Jimin sebagai istrinya, mengetahui bahwa Jimin terikat padanya selamanya, membuat Jungkook diliputi dengan kepuasan yang tidak bisa dijelaskan. Ia tidak pernah bermimpi bahwa ia bisa sebahagia ini.

Jungkook segera melepaskan pakaiannya, melemparkannya ke samping dengan tergesa-gesa. Mereka berdiri terpaku selama beberapa saat, melihat ke dalam mata masing-masing.

"Aku sangat mencintaimu, Jungkook." Gumam Jimin. Senyuman bahagia tampak dibibirnya saat ia mengaitkan tangannya di belakang leher Jungkook.

"Apakah rubah betinaku yang bersemangat sudah berhasil dijinakkan, sayang?" Goda Jungkook.

"Sepertinya begitu." Jawab Jimin, matanya seperti safir yang bercahaya dalam cahaya lilin. "Apakah kau akan merindukannya?"

Mata Jungkook bersinar dengan cinta ketika ia menjawab. "Perairan yang bergolak merupakan suatu petualangan untuk diarungi. Tapi aku lebih suka berlayar di laut tenang. Sang rubah betina sudah menghilang dan sebagai gantinya adalah istriku."

Bibir Jungkook menemukan bibir Jimin pada saat itu dan ia mencium istrinya dengan penuh semangat. Dan dengan mulutnya yang masih terasa terbakar di atas bibir Jimin, ia menggendong Jimin dan membawanya ke tempat tidurnya. Di sana, dalam ledakan gairah yang menguasai mereka berdua, tubuh mereka bersatu dan cinta mereka melambung menuju ke ketinggian yang luar biasa.

THE END

[ FREE ] BereziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang