Jeon Jungkook
☆☆☆
Jimin bergerak-gerak dengan jengkel di sebagian malam, menyebabkan Jungkook sangat terganggu. Sekarang Jimin masih lelah, tapi ia tau sekarang pasti sudah siang atau setelahnya, dan ia harus bangun.
Rasa mual yang berlebih akhirnya memaksanya untuk beranjak ke kamar mandi. Ia berlari dan memuntahkan isi perutnya, namun tidak ada apapun yang keluar.
Jimin tak bisa menyangkal lagi. Rasanya aneh sekali ketika dia merasa mual selama tiga hari terakhir. Akhirnya dia menemui Victoria dan berkonsultasi, tapi jawaban pelayannya itu sama sekali tak diharapkannya.
Jungkook sedang berada di meja, membungkuk di atas beberapa kertas saat Jimin menghampirinya. Jimin berlari menuruni sisa tangga dan muncul di belakang Jungkook. Jungkook menegakkan diri dan berbalik saat mendengar Jimin mendekat. Dan ketika Jungkook berbalik, Jimin mengayunkan kepalan tangannya dengan kekuatan penuh ke pipi Jungkook.
"Untuk apa tadi itu?" Geram Jungkook, menggosok wajahnya yang dipukul oleh Jimin.
"Sialan kau, Jungkook!" Teriak Jimin. "Aku hamil!"
"Aku tidak tau apa yang membuatmu begitu marah." Jungkook menyeringai. "Kau seharusnya sudah menduga ini akan terjadi cepat atau lambat. Kau seorang Berezia. Jadi, berapa usianya?"
"Dua!" Teriak Jimin. Ia lalu berlari kembali menaiki tangga sebelum Jungkook bisa mengatakan lebih banyak.
Jungkook mendengar pintu kamarnya dibanting dan ia terkekeh. Tapi kemudian wajahnya gelap seperti awan badai ketika ia menyadari bahwa sedikit lebih lama dari dua bulan yang lalu, Jimin berada di Saint Martin.
Jungkook berlari menaiki tangga dan menyerbu masuk ke kamarnya, menyebabkan pintu terbanting ke dinding. Jimin mundur ketika ia melihat kekerasan di wajah Jungkook. Jungkook meraih bahu Jimin dengan kasar dan mengguncangnya.
"Anak siapa ini?" Jungkook mengamuk.
"Apa?"
"Sialan kau, berezia! Anak siapa yang kau kandung?"
Jimin menatap Jungkook dengan tatapan tidak percaya di wajahnya. "Apakah kau sudah gila? Anak ini..."
Jimin berhenti tiba-tiba. Ia ingat keraguan yang ia tanamkan dalam benak Jungkook dan mulai tertawa.
Jungkook mengguncang lagi dengan keras sampai Jimin berhenti tertawa. "Jawab aku!"
"Anak ini anakmu, tentu saja." Jawab Jimin dengan suara mengejek. "Siapa lagi yang bisa menjadi ayahnya?"
"Kau tau betul siapa!"
"Ayolah, Jungkook. Sudah kuberitahu aku berbohong tentang Lord Daniel. Apa kau tidak percaya padaku?" Goda Jimin.
"Aku akan membuatmu bersumpah bahwa anak ini milikku!"
"Tidak, kau tidak akan melakukannya. Aku tidak akan memberikanmu kepuasan." Jawab Jimin menjadi marah lagi. "Tidak masalah ini anakmu atau bukan. Setelah aku pergi dari sini, kau tidak akan pernah melihatnya lagi."
"Aku punya hak untuk tau siapa anak yang kau kandung!"
"Hak apa yang kau miliki? Kau bukan suamiku, kau bukan kekasihku. Kau hanyalah laki-laki yang memperkosaku. Hak apa yang kau miliki?"
Jungkook menarik Jimin ke arahnya dan menciumnya dengan kejam, menyakiti Jimin di dalam pelukannya, lalu ia mendorong Jimin menjauh darinya dengan marah.
"Sialan kau, Jimin!"
"Biarkan aku pergi. Bagaimanapun juga, bentuk tubuhku akan segera membesar, kau harus pergi ke tempat lain untuk memuaskan nafsumu. Lepaskan aku sekarang."
"Tidak. Tapi aku harus pergi. Aku memiliki tujuan."
"Tujuan? Apakah kau pergi untuk menemukan Don Miguel?" Tanya Jimin.
Jungkook berbalik dan menatap Jimin dengan curiga. "Bagaimana kau..."
"Jika kau mengingatnya, aku berada disana ketika kau membicarakan tentang Don Miguel kepada kapten Choi."
Mata Jungkook bersinar dengan api yang datang dari jiwanya. "Dia adalah Bastida. Dia pembunuh!"
"Kenapa kau mencarinya?" Tanya Jimin, memberanikan diri.
"Karena sesuatu yang terjadi dulu sekali. Hal ini bukan urusanmu."
"Aku makan malam dengan dia di rumah Lord Daniel. Dia berkata..."
"Bastida ada disana?" Tanya Jungkook tak percaya.
"Ya."
"Ya Tuhan! Dia begitu dekat. Sialan, Jimin!"
"Aku tidak melakukan apa-apa padamu!" Teriak Jimin dengan marah.
"Apakah dia masih disana?"
"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu tentang dia."
Jungkook memegang lengan Jimin erat-erat. "Kau akan menjawabku tentang hal ini, Jimin. Atau demi Tuhan, aku akan memukulmu untuk mengetahuinya."
Jimin menjadi pucat.
"Aku... Kurasa dia sudah tidak ada disana. Aku mengetahui dia akan berada disana hanya beberapa hari."
"Kau tau kemana dia akan pergi?"
"Tidak." Jimin lalu tersenyum sinis. "Apakah kau pernah mempertimbangkan bahwa dia mungkin akan membunuhmu?"
"Itu pasti akan membuatmu bahagia, kan?" Tanya Jungkook dingin.
"Ya, pasti! Kau hanya membuatku sengsara. Kau tau aku membencimu dan sekarang aku tau kau juga membenciku. Kau akan memukulku meskipun aku sedang mengandung hanya untuk memperoleh informasi tentang Don Miguel!"
"Aku tidak akan memukulmu, Jimin." Kata Jungkook sambil mendesah berat. "Aku tidak akan pernah mengangkat tangan terhadapmu. Kau seharusnya sudah tau hal itu sekarang. Itu hanya ancaman kosong dan aku cukup marah untuk membuatmu percaya." Jungkook berbalik dan berjalan keluar kamar.
Jimin dibiarkan dalam kebingungan. Ia masih tidak mengerti kenapa Jungkook ingin mencari dan membunuh Don Miguel de Bastida.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
[ FREE ] Berezia
FanfictionJimin sang pemuda istimewa bertemu dengan Jungkook, pembajak laut yang tergila-gila padanya