#24

1.1K 152 1
                                    

Jeon Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeon Jungkook

☆☆☆

"Ibumu adalah wanita yang luar biasa. Cukup cantik sebenarnya. Sangat mudah untuk melihat jika kau adalah putranya." Kata Jungkook. Ia mendorong dirinya menjauh dari pintu dan melenggang ke wastafel di samping tempat tidur.

Jungkook yang sudah membuka seluruh kancing kemejanya itu melepaskan dan melemparkan pakaiannya di atas dua selimut basah yang menumpuk di lantai. Ia kemudian mengambil handuk dari wastafel dan mulai menggosok rambutnya dengan cepat.

"Ah, Jimin, apa yang akan aku lakukan kepadamu?" Jungkook berdiri di depan Jimin sekarang, menggosokkan handuk ke dadanya. "Aku akan mengakui aku marah ketika aku menemukan kau meninggalkan rumah. Kau beruntung aku tidak menemukanmu pagi itu, atau aku mungkin akan memberimu pukulan yang pantas seperti yang dipikirkan JaeHyun kalau kau membutuhkannya. Tapi aku punya waktu untuk menenangkan diri."

Saat Jungkook berjalan ke meja dan menuangkan segelas rum, Jimin mulai takut kalau Jungkook akan membiarkannya terikat di lantai. Jungkook telah mengatakan kepada ibu Jimin kalau ia akan menangani Jimin selama ia anggap pantas.

Apa yang akan ia lakukan?

Jungkook menatap Jimin, matanya tampak berseri-seri.

"Hukuman apa yang akan sesuai dengan kejahatanmu, Jimin? Aku sudah bilang kepadamu bahwa aku akan membuatmu menjadi tawananku kalau kau mencoba untuk melarikan diri dariku, dan itu akan aku lakukan. Tapi kau tidak hanya mencoba untuk melarikan diri, kau berhasil. Untuk sementara waktu. Kesalahanmu adalah dengan membiarkan kuda-kuda keluar dari kandang, karena salah satu dari binatang itu berlari melintasi halaman belakang dan membangunkanku. Dan ketika aku mulai keluar mengejarmu, kuda putih menyerbu keluar dari hutan seolah-olah iblis mengejarnya. Apa kau memar akibat jatuh? Aku ragu kau mengalaminya karena keberuntungan berpegang padamu pagi itu. Aku tiba di pantai saat kau baru saja naik kapal sialan itu. Aku sudah akan tiba disini sehari sebelumnya tapi mengalami badai yang membuatku menyimpang dari jalur."

Jadi begitulah caranya sehingga Jungkook bisa menemukan Jimin dengan begitu cepat. Jimin seharusnya menutup kandang, ia seharusnya tau kuda-kuda itu tidak akan pergi jauh.

"Jadi hukuman apa yang harus aku berikan, sayang?" Jungkook mendekat ke Jimin lagi dan berjongkok di sampingnya, mengangkat dagu Jimin dengan jarinya. "Aku masih bisa memukulmu. JaeHyun sepertinya berpikir bahwa itu akan menyelesaikan semuanya."

Jimin menyentakkan kepalanya menjauh. Tapi kemudian ia merasakan tangan Jungkook di bagian bawah perutnya dan rasanya seperti api.

"Kenapa kau melarikan diri dariku? Karena ini?" Tanya Jungkook dengan suara dalam yang menggoda.

Jungkook menggerakkan tangannya lebih rendah. Jimin mencoba bergerak menjauh darinya, tapi ia sudah menempel ke tempat tidur rakitan dan tidak bisa bergerak lebih jauh. Ia merasa takut sekarang. Bagaimana cara Jungkook akan menghukumnya?

Jimin ingin berteriak pada Jungkook. Kemudian matanya melebar penuh ketakutan ketika Jungkook menarik pisaunya. Jimin mencoba untuk menjerit, tapi hanya suara kecil yang keluar dari kain penyumbat mulutnya. Jungkook tersenyum padanya meskipun matanya tidak menunjukkan kehangatan.

"Tenanglah dan terimalah nasibmu, Jimin. Karena aku telah memutuskan hukuman yang layak untukmu."

Jimin menatap dengan ngeri saat Jungkook mengangkat pisau di depan bajunya. Ia memotong kain itu dibagian bahu Jimin dan merobek kain yang hancur itu hingga terlepas dari tubuh Jimin. Jungkook berdiri, melemparkan pakaian dan pisaunya ke samping dan menatap ketelanjangan Jimin. Mata Jungkook memeriksa setiap jengkal tubuh Jimin dan Jimin bisa merasakan panas merambat ke wajahnya.

Jungkook pindah ke kursi, duduk menghadap Jimin dan terus menatapnya dalam diam. Jimin tidak bisa melihat emosi di wajahnya, bahkan tidak juga nafsu. Ia ingin mati, tidak, ia berharap sudah mati. Kalau saja ia bisa menjeritkan kebenciannya pada Jungkook, ia akan mencongkel mata Jungkook saat laki-laki itu melepaskan ikatan di tubuhnya.

Jimin memejamkan mata karena ia tidak tahan melihat Jungkook menatap tubuhnya yang telanjang. Tapi setelah beberapa menit, Jungkook melintasi ruangan menuju ke Jimin dengan gerakan tak bersuara seperti seekor kucing. Jungkook menggendong Jimin dan membaringkannya dengan lembut di tempat tidur, kemudian ia duduk di sisi tempat tidur di sebelah Jimin.

Jimin menatapnya dan mata Jungkook tampak melembut lagi. Jungkook tidak lagi marah, tapi Jimin tau apa yang diputuskan akan dilakukannya.

"Untuk pertama kalinya aku bisa melakukan apa yang aku suka tanpa harus memaksamu atau mendengarkan penghinaanmu." Gumam Jungkook. Ia mulai membelai tubuh lembut Jimin menggunakan kedua tangan untuk mengusapnya, membakar kulit Jimin dengan sentuhannya. "Ini adalah yang membuatmu lari dariku, Jimin. Ini adalah apa yang berusaha kau ingkari."

Hentikan! Jimin berteriak di dalam kepalanya, tapi Jungkook membenamkan wajahnya di leher Jimin. Jungkook menggunakan bibirnya juga lidahnya. Dan ia meninggalkan jejak sepanas api saat mulutnya turun ke dada Jimin. Hasrat Jimin membesar dan muncul ke permukaan, menaklukan perlawanannya.

"Apa yang kau rasakan sekarang tidaklah menjijikan, bidadari kecilku. Inilah kenikmatan, murni dan sederhana. Kau tau itu dan aku tau itu. Kau memakiku, tapi kau menginginkan aku. Hasratmu menaklukan kebencianmu dan tubuhmu menjerit menginginkan pemenuhan yang hanya aku yang bisa memberikannya padamu."

Jungkook berdiri, melepas celana dan sepatu botnya. Kemudian ia membalik tubuh Jimin dengan lembut dan membuka ikatan kakinya sambil menyusurkan tangan ke kaki Jimin dan di atas pantatnya. Jimin mencoba untuk bangun, tapi Jungkook menekankan lututnya ke bagian tengah punggung Jimin, memaksa Jimin untuk tetap diam. Jungkook membuka ikatan tangan Jimin kemudian dengan cepat mengikatnya lagi di atas kepala Jimin.

Jungkook membalikkan tubuh Jimin lagi, lalu bergeser di antara kedua kakinya sebelum Jimin bisa menendang. Tapi Jimin tidak bisa berpikir atau melawan. Jungkook mengambil kain dari Jimin dan mereka berciuman dengan penuh nafsu.

Jimin tidak peduli. Ia tidak peduli terhadap apa pun kecuali gairah yang telah Jungkook timbulkan.

Kenapa Jungkook mengikat lengannya? Jimin ingin memeluknya, menempel padanya, merasakan otot-ototnya berdesir, menyusurkan tangannya ke rambut Jungkook yang basah. Tapi yang bisa Jimin lakukan hanyalah merasakan seluruh diri Jungkook dengan tubuhnya dan itu menjengkelkan namun sangat menarik dan penuh gairah. Tidak ada lagi yang penting pada saat ini.

Tidak ada.

TBC

[ FREE ] BereziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang